Naik Ke Puncak Peringkat, Alcaraz Tetap Harus Waspada
Carlos Alracaz meraih gelar ketiga dari ATP Masters 1000 dan menjadi petenis tunggal putra nomor satu dunia saat juara di Indian Wells. Namun, dia berisiko kehilangan ranking itu dalam dua pekan jika gagal juara di Miami
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
INDIAN WELLS, MINGGU - Delapan pekan setelah kehilangan posisinya pada peringkat teratas dunia, petenis muda Spanyol, Carlos Alcaraz, kembali mendapat status tersebut setelah menjuarai turnamen ATP Masters 1000 Indian Wells. Namun, dia bisa kehilangan kembali statusnya dengan cepat jika gagal mempertahankan gelar juara Miami Masters yang akan berlangsung 22 Maret – 2 April.
Gelar juara dari Indian Wells diraih Alcaraz setelah mengalahkan Daniil Medvedev dengan skor 6-3, 6-2 di Indian Wells Tennis Garden, California, Amerika Serikat, Minggu (19/3/2023) sore waktu setempat atau Senin dinihari waktu Indonesia. Gelar itu menjadi gelar ketiga Alcaraz dari turnamen ATP Masters 1000. Dua gelar lain didapat dari Miami dan Madrid pada 2022.
Trofi dari Indian Wells juga menaikkan Alcaraz dari peringkat kedua menjadi teratas mulai awal pekan ini. Dia menggeser Novak Djokovic yang absen di Indian Wells dan akan absen di Miami. Djokovic tak bisa memasuki Amerika Serikat karena tidak divaksin Covid-19.
Ini menjadi momen kedua kalinya Alcaraz berada di puncak peringkat. Dia menempati posisi tersebut untuk pertama kalinya pada 12 September 2022 setelah menjuarai Grand Slam AS Terbuka. Petenis berusia 19 tahun itu menjadi petenis ranking satu ATP termuda sejak sistem komputerisasi ranking disusun pada 1973.
Namun, setelah merayakan kemenangan di Indian Wells, Alcaraz tidak bisa santai. Dia berisiko kehilangan ranking pertama kembali jika tidak bisa mempertahankan gelar juara Miami Masters.
Sebagai juara bertahan, Alcaraz harus mempertahankan 1.000 poin yang didapatnya dari gelar juara 2022. Jika gagal, Djokovic dapat kembali menggeser posisinya karena tidak punya poin dari Miami untuk dipertahankan. Itu karena Djokovic absen di Indian Wells dan Miami 2022 dengan sumber masalah yang sama.
“Bagi saya, ini bagaikan mimpi yang menjadi nyata kembali. Rasanya tentu luar biasa ketika bisa berada lebih depan dari petenis besar seperti Novak,” tutur Alcaraz yang menjadi unggulan teratas di Miami, seperti juga di Indian Wells.
Meski mengawali musim kompetisi 2023 lebih lambat dari petenis lain karena cedera—Alcaraz baru bertanding pada Februari—dia menjalani start dengan cepat dan konsisten dengan penampilannya. Alcaraz langsung menjuarai turnamen pertamanya, ATP 250 Buenos Aires, lalu menempati peringkat kedua turnamen berikutnya, ATP 500 Rio de Janeiro.
Rasanya tentu luar biasa ketika bisa berada lebih depan dari petenis besar seperti Novak (Djokovic).
Dalam enam pertandingan selama hampir dua pekan di Indian Wells, Alcaraz konsisten dengan penampilannya yang agresif dari baseline, termasuk ketika melawan Medvedev. Pukulan pengembalian servis pun bisa membuahkan winner. Performa itu membuatnya selalu menang dua set dalam enam pertandingan, seperti yang dilakukan Roger Federer ketika menjuarai Indian Wells Masters 2017.
“Saya sangat percaya diri dengan setiap pukulan. Kalaulah meleset, itu tidak menjadi masalah,” kata Alcaraz yang tak pernah menghadapi break point Medvedev. Dalam setiap set, dia pun selalu unggul jauh lebih dulu yaitu 3-0 pada set pertama dan 4-0 pada set kedua.
Atlet yang dilatih mantan petenis Spanyol nomor satu dunia, Juan Carlos Ferrero, itu tidak menyebut kemampuan teknis sebagai faktor yang bisa mengantarkannya konsisten pada tiga bulan pertama 2023. “Saat ini, saya bisa bermain dengan rileks, tidak melihat ada beban pada setiap pertandingan. Karena itulah, saya bisa bermain pada level tinggi,” katanya.
Seperti Alcaraz, Medvedev juga berada pada performa stabil sejak Februari. Setelah tersingkir pada babak ketiga Grand Slam Australia Terbuka, dia menang dalam 19 pertandingan beruntun, sebelum akhirnya dikalahkan Alcaraz. Sebelum tampil di Indian Wells, Medvedev menjuarai ATP 500 Rotterdam, ATP 250 Doha, dan ATP 500 Dubai. Alcaraz pun memuji pencapaian juara AS Terbuka 2021 itu.
Dalam persaingan tunggal putri, Elena Rybakina membawa momentum dari kemenangan straightsets atas Iga Swiatek pada semifinal ke final. Dia meraih gelar pertama dari turnamen WTA 1000 setelah mengalahkan Aryna Sabalenka 7-6 (11), 6-4 pada final. Sehari sebelumnya, juara Wimbledon 2022 itu menyingkirkan petenis nomor satu dunia, Swiatek, 6-2, 6-2.
Kemenangan dari laga selama dua jam tiga menit itu menjadi pembalasan kekalahan dari Sabalenka pada pertemuan terakhir, final Australia Terbuka. Dalam laga tiga set, Sabalenka membuat 17 as dan menjadi juara setelah kehilangan set pertama. Namun, di Indian Wells, Sabalenka justru membuat 10 doublefault.
Dia pun menyesali servis yang tidak akurat hingga kebiasaan buruknya, yaitu bereaksi berlebihan dengan marah-marah muncul kembali. Sebaliknya, Rybakina tetap bisa mengontrol emosi untuk mendapat kemenangan pertama dari lima pertemuan dengan Sabalenka.
“Luar biasa. Dua pekan ini menjadi momen yang berat bagi saya, tetapi saya senang karena bisa mendapat hasil yang baik,” tutur petenis Kazakahstan kelahiran Rusia itu.
Dengan gelar juara tersebut, posisi Rybakina dalam peringkat dunia naik dari urutan kesepuluh menjadi ketujuh. Adapun Sabalenka tetap berada di posisi kedua, di bawah Swiatek. (AP/AFP)