Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan lagi-lagi membuktikan bahwa usia 30 tahunan tak menjadi penghalang untuk bertahan dalam persaingan level elite bulu tangkis. Mereka akan tampil pada final All England untuk keempat kalinya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
AP/RUI VIEIRA
Ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan, meluapkan kegembiraan seusai menyingkirkan Liang Wei Keng dan Wang Chang (China) pada semifinal All England 2023 di Arena Utilita, Birmingham, Inggris, Sabtu (18/3/2023) malam waktu Indonesia. Hendra/Ahsan menang, 21-15, 19-21, 29-27.
BIRMINGHAM, SABTU — Berkurangnya kekuatan dan kecepatan karena faktor usia tidak lantas menghilangkan kemampuan lain dari Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan untuk menggapai final All England. Ganda putra Indonesia yang masing-masing berusia 38 dan 35 tahun itu akan tampil pada final keempat di All England.
Seusai dikalahkan ”adik” mereka, Bagas Maulana/M Shohibul Fikri, pada final 2022, Hendra/Ahsan punya kans menambah gelar juara All England yang sebelumnya diraih pada 2014 dan 2019. Gillian Clark, komentator turnamen BWF, mencatat, final nanti menandai setidaknya satu final ganda putra yang dijalani Hendra setiap tahun sejak 2002.
Tiket final tahun ini didapat Hendra/Ahsan setelah mengalahkan pasangan lebih muda belasan tahun, Wang Chang/Liang Wei Keng (China), pada laga semifinal di Birmingham, Inggris, Sabtu (18/3/2023) malam. Hendra/Ahsan menang dengan skor 21-15, 19-21, 29-27.
Pada laga perebutan gelar juara, Minggu (19/3/2023), Hendra/Ahsan akan menghadapi rekan senegara, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, atau He Ji Ting/Zhou Hao Dong (China). Mereka menjalani laga semifinal pada Minggu dini hari WIB.
AP/RUI VIEIRA
Ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan (belakang) dan Hendra Setiawan, tampil menghadapi Liang Wei Keng dan Wang Chang (China) pada laga semifinal All England 2023 di Arena Utilita, Birmingham, Inggris, Sabtu (18/3/2023) malam waktu Indonesia. Hendra/Ahsan menang, 21-15, 19-21, 29-27.
Ganda Indonesia berjulukan ”The Daddies” itu mengatakan, kunci kemenangan mereka adalah fokus pada permainan sendiri serta komunikasi dengan partner dan pelatih. ”Meski sudah unggul berkali-kali, kami harus tetap fokus pada poin demi poin,” kata Hendra.
Hendra/Ahsan memenangi laga semifinal dalam match point keenam setelah menggagalkan tiga match point lawan. Wang/Liang, yang masing-masing berusia 21 dan 22 tahun, adalah pemain satu angkatan dengan ganda putra pelapis pelatnas utama, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. Tak heran, Wang/Liang pun mengandalkan kecepatan dan kekuatan dalam permainannya kemarin.
Cerdik dan sabar
Namun, bukan kali ini saja Hendra/Ahsan harus melawan pemain yang jauh lebih muda. Dengan kekuatan dan kecepatan yang menurun, apalagi usia mereka tergolong ”tua” untuk pebulu tangkis, Hendra/Ahsan lantas mengandalkan kecerdikan dan kesabaran.
Mereka luar biasa. Bisa keluar dari tekanan dengan tenaga pemain senior. Apa yang mereka lakukan selalu menjadi contoh untuk pemain-pemain muda.
Kedua faktor itu berperan penting ketika perburuan poin berlangsung ketat pada gim penentu versus Wang/Liang. Selisih poin tertinggi pada gim ketiga adalah empat poin, yaitu saat Hendra/Ahsan unggul 13-9. Sejak skor 14-14, hanya ada selisih satu angka di antara kedua pasangan tersebut.
AP/RUI VIEIRA
Ganda putra China, Liang Wei Keng dan Wang Chang, tampil menghadapi ganda Indonesia, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan, pada laga semifinal All England 2023 di Arena Utilita, Birmingham, Inggris, Sabtu (18/3/2023) malam waktu Indonesia. Hendra/Ahsan menang, 21-15, 19-21, 29-27.
Dalam situasi seperti itu, ketegangan yang berbuah kesalahan punya pengaruh besar. Liang, yang naik daun bersama Wang pada 2022, dua kali memberi poin ”gratis” kepada lawan karena melakukan kesalahan saat servis. Berbekal pengalaman untuk tenang saat menjalani momen kritis dalam ajang besar, Hendra/Ahsan lalu memenangi pertandingan itu saat skor mendekati batas maksimal dalam pertandingan bulu tangkis, yaitu 30.
Momen yang tak kalah menegangkan dijalani Hendra/Ahsan dalam perempat final saat menghadapi pasangan China lainnya, Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi. Ganda putra peringkat ketiga dunia itu menang 16-21, 21-19, 21-19 setelah tertinggal hampir sepanjang gim ketiga hingga berbeda enam poin, selisih terjauh.
Penampilan itu dipuji pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi. ”Mereka luar biasa. Bisa keluar dari tekanan dengan tenaga pemain senior. Apa yang mereka lakukan selalu menjadi contoh untuk pemain-pemain muda,” kata Herry.
Berkat sikap pantang menyerah, bertanggung jawab, dan rendah hati, Hendra/Ahsan selalu diminta pelatih tim nasional berlatih di pelatnas. Padahal, Hendra/Ahsan berstatus pemain independen. Hendra/Ahsan menjalani setiap turnamen perorangan dengan biaya mandiri, tidak terkecuali di All England.
AP/RUI VIEIRA
Ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan (kanan) dan Hendra Setiawan, tampil menghadapi Liang Wei Keng dan Wang Chang (China) pada laga semifinal All England 2023 di Arena Utilita, Birmingham, Inggris, Sabtu (18/3/2023) malam waktu Indonesia. Hendra/Ahsan menang, 21-15, 19-21, 29-27.
Rehan/Lisa terhenti
Pada ganda campuran, cita-cita Rehan Naufal Kusharjanto menjuarai All England, hal yang tak pernah dicapai ayahnya, Tri Kusharjanto, tidak terwujud pada tahun ini. Bersama partnernya, Lisa Ayu Kusumawati, Rehan tersingkir di semifinal. Namun, berkat semangat juang, kemampuan, dan motivasi tinggi, mereka memiliki potensi besar menjadi pemain top dunia.
Kiprah Rehan/Lisa pada debutnya di All England dihentikan ganda campuran nomor satu dunia, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China), dengan skor 17-21, 21-13, 13-21. Meski kalah, pujian patut diberikan kepada ganda campuran Indonesia peringkat ke-15 dunia tersebut.
Meskipun prestasinya jauh berbeda dibandingkan Zheng/Huang, Rehan/Lisa bisa memberikan perlawanan terbaik. Zheng bahkan berkali-kali berteriak sambil mengepalkan tangan untuk mengekspresikan emosi karena begitu sulitnya menambah angka.
Zheng/Huang, yang selalu menang dua gim pada dua pertemuan sebelumnya, memiliki reputasi sebagai tiga kali juara dunia. Mereka meraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020 dan 24 gelar dari turnamen BWF World Tour. Sejak 2018 hingga 2022, kecuali pada 2020 dan 2021 ketika pemain China tidak banyak mengikuti turnamen karena pandemi Covid-19, mereka meraih setidaknya delapan gelar per tahun.
AP/RUI VIEIRA
Ganda campuran Indonesia, Rehan Naufal Kusharjanto (kanan) dan Lisa Ayu Kusumawati, memukul kok saat menghadapi pasangan China, Zheng Si Wei dan Huang Ya Qiong, pada laga semifinal All England 2023 di Arena Utilita, Birmingham, Inggris, Sabtu (18/3/2023). Rehan/Lisa takluk, 17-21, 21-13, 13-21.
Adapun Rehan/Lisa, yang berpasangan sejak Maret 2019, baru meraih satu gelar dari turnamen BWF World Tour, yaitu dari level rendah Hylo Terbuka Super 300 pada 2022. Pada level lebih tinggi, mereka menjadi semifinalis Perancis Terbuka Super 750 pada tahun yang sama. Namun, rentang prestasi yang begitu jauh itu tak membuat Rehan/Lisa takut sebelum bermain. Meski smesnya kalah tajam dari Zheng, Rehan berkali-kali bisa melihat celah kosong untuk menempatkan kok dalam tempo permainan yang cepat.
Lisa pun jatuh bangun bertahan dari pasangan China yang terkenal dengan konsistensi kecepatannya itu. Pada gim kedua, Lisa bisa mengembalikan pukulan net tipis, lalu empat kali mengembalikan smes Zheng/Huang dalam posisi duduk.
Kalian harus bisa menerima hasil dengan bersyukur supaya bisa mengambil hikmahnya untuk jadi bahan evaluasi. Hasil di All England ini memberi harapan besar untuk bisa bersaing dengan pemain-pemain kelas atas.
Reli yang berakhir dengan kok dari Lisa jatuh di luar lapangan itu disambut meriah penonton di stadion berkapasitas sekitar 15.000 penonton tersebut. Cuplikan reli itu ditayangkan dalam media sosial BWF dan All England. BWF menyebut reli itu adalah yang terbaik dalam tiga pertemuan kedua pasangan.
Diapresiasi
Apresiasi pun disampaikan penggemar bulu tangkis Indonesia melalui media sosial. Juara All England 2016, Debby Susanto (bersama Praveen Jordan), juga menyampaikan pujian melalui akun Instagram-nya.
Sementara mantan pelatih ganda campuran pelatnas, Richard Mainaky, menilai Rehan/Lisa memiliki peluang untuk menjadi pasangan top dunia. Dari pengalaman melatih mereka di pelatnas, Richard menilai Rehan/Lisa adalah pemain yang disiplin dalam latihan.
”Sejak masih di pelatnas pratama, mereka sudah memperlihatkan karakter sebagai pemain yang haus dengan latihan-latihan tambahan. Lisa sering meminta latihan tambahan,” kata Richard sambil memperlihatkan video ketika Lisa berlatih footwork di pasir.
Selain itu, lanjutnya, Rehan/Lisa juga memiliki pertahanan yang kuat dan komunikasi yang baik. ”Rehan juga memiliki karakter bisa membimbing partnernya,” kata Richard yang dihubungi Lisa sebelum berangkat ke All England.
Karena Rehan/Lisa tampil di All England pertamanya, Richard membangun rasa percaya diri mereka. Richard tetap memupuk kepercayaan diri ketika Lisa menyampaikan rasa sedihnya setelah kalah di semifinal.
”Sedih boleh, tetapi jangan berlarut-larut. Kalian harus bisa menerima hasil dengan bersyukur supaya bisa mengambil hikmahnya untuk jadi bahan evaluasi. Hasil di All England ini memberi harapan besar untuk bisa bersaing dengan pemain-pemain kelas atas,” ujar Richard kepada Lisa.