Gugur di Liga Europa, Berkah atau Musibah Arsenal?
Arsenal akan diuntungkan dari sisi jadwal setelah gugur di Liga Europa, tetapi tidak dalam hal psikologis. Mereka turut dibayangi masa lalu kurang baik.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
AFP/GLYN KIRK
Pemain Arsenal, Gabriel Martinelli, melepas tendangan pada adu penalti saat melawan Sporting Lisbon, tetapi gagal berbuah gol pada laga kedua babak 16 besar Liga Europa di Stadion Emirates, London, Jumat (17/3/2023) dini hari WIB. Laga berakhir imbang 1-1 pada waktu normal dan Sporting memenangi adu penalti dengan skor 5-3.
Bagi Arsenal, gugur dari Liga Europa musim ini terasa seperti meminum obat. Rasanya memang pahit, tetapi bisa bermanfaat. Mereka bisa fokus penuh mengejar gelar juara Liga Inggris yang sudah dinanti 19 tahun, tidak seperti para pesaing.
Jamie Carragher, pengamat yang juga mantan bek Liga Inggris, sudah berkata sejak awal tahun. Manajer Arsenal Mikel Arteta sebaiknya melepas Liga Europa, lalu fokus ke Liga Inggris. ”Arsenal mungkin tidak akan berada di posisi yang sama (di Liga Inggris) musim depan,” ujarnya.
Maksud Carragher sangat jelas. Arsenal tidak memiliki kedalaman skuad, misalnya seperti Manchester City, yang bisa bersaing di lebih dari satu kompetisi. Karena itu, lebih baik memaksimalkan usaha di liga dengan status sebagai pemuncak klasemen sementara.
”Si Meriam” benar-benar menyisakan satu kompetisi saat ini. Mereka gugur di babak 16 besar Liga Europa setelah kalah adu penalti dari Sporting Lisbon 3-5 di Stadion Emirates, Kota London, pada Jumat (17/3/2023) dini hari WIB. Sporting sukses memaksa kedudukan imbang pada laga kedua 1-1, agregat 3-3, untuk memaksa laga ditentukan dengan adu tos-tosan.
Rencana kami akan berubah pada sisa musim (untuk fokus di liga domestik).
Arteta kecewa dengan hasil itu. Meskipun merotasi nyaris separuh pemain utama, dia berharap bisa melaju jauh di Liga Europa. Bersaing di dua kompetisi merupakan alasannya mendatangkan tiga pemain baru di jendela transfer Januari. ”Rencana kami akan berubah pada sisa musim (untuk fokus di liga domestik),” jelasnya.
AFP/GLYN KIRK
Manajer Arsenal Mikel Arteta memberi perintah kepada para pemainnya saat melawan Sporting Lisbon pada laga kedua babak 16 besar Liga Europa di Stadion Emirates, London, Jumat (17/3/2023) dini hari WIB. Laga berakhir imbang 1-1 pada waktu normal dan Sporting memenangi adu penalti dengan skor 5-3.
Di atas kertas, peluang Arsenal menjuarai liga semakin besar saat ini. Mereka tinggal memainkan 11 laga terakhir di liga. Arteta mengatakan, seluruh laga tersisa itu sudah seperti partai final. Mereka masih unggul 5 poin atas City yang terus menempel di peringkat kedua.
Martin Odegaard dan rekan-rekan diuntungkan karena City masih bertarung dalam tiga kompetisi. Sementara itu, mereka hanya perlu bertanding sekali setiap pekan. Tidak lagi menghadapi jadwal mepet Liga Europa yang selalu membawa dilema bagi tim peserta.
Pertandingan Liga Europa dimainkan setiap Jumat dini hari WIB. Artinya, tim seperti Arsenal hanya mempunyai waktu istirahat kurang dari tiga hari untuk berlaga di liga domestik pada hari Minggu. Bukan tanpa alasan bek Arsenal William Saliba cedera pada awal laga dini hari tadi setelah tampil tiga kali beruntun dalam rentang sepekan.
Banyak tim yang sudah membuktikan lebih efektif ketika bermain di satu kompetisi. City, misalnya, pada musim 2011-2012. Mereka sama seperti Arsenal, kalah di babak 16 besar Liga Europa dari Sporting. Hasilnya, mereka menjuarai liga dengan hanya kalah 1 kali dalam 10 laga terakhir sejak medio Maret.
Leicester City juga hanya tampil di liga pada nyaris separuh musim kedua 2015-2016 setelah tersingkir dari Piala FA, 20 Januari. Mereka hanya kalah sekali setelah itu. Hasilnya Leicester menjuarai liga, mengalahkan bursa taruhan satu banding 5.000 yang setara dengan kemungkinan legenda musik Elvis Presley masih hidup.
AP PHOTO/IAN WALTON
Kiper Sporting, Antonio Adan, melakukan penyelamatan gawangnya dari serangan pemain Arsenal, Leandro Trossard (atas kanan), pada laga kedua babak 16 besar Liga Europa di Stadion Emirates, London, Jumat (17/3/2023) dini hari WIB. Laga berakhir imbang 1-1 pada waktu normal dan Sporting memenangi adu penalti dengan skor 5-3.
”Tentu ada kekecewaan, tetapi memang sepertinya Arsenal akan menghadapi laga yang terlalu banyak (dengan Liga Europa). Apakah ini akan memengaruhi momentum mereka? Saya pikir tidak. Ini justru bisa menjadi berkah untuk mereka,” kata Martin Keown, mantan pemain Arsenal.
Beban psikologis
Cerita City dan Leicester adalah pemanis untuk Arsenal. Namun, yang perlu diingat, ”Si Meriam” memulai musim ini dengan rerata skuad dan manajer termuda di liga. Mereka memang bisa fokus hingga akhir musim, tetapi beban yang ditanggung akan jauh lebih berat.
Tolok ukur kesuksesan Arsenal musim ini akan bergantung pada trofi Liga Inggris. Arteta dan anak asuhnya akan dianggap gagal jika tidak mampu memanfaatkan keunggulan poin dan bermain di satu kompetisi. Tidak ada lagi Liga Europa yang bisa membagi beban psikologis mereka pada sisa musim.
Tim asal kota London Utara itu seperti mengembalikan memori buruk musim lalu. Mereka juga hanya fokus di liga domestik karena tidak lolos kompetisi Eropa dan kalah di babak awal Piala FA. Ketika itu, target Arsenal adalah masuk zona Liga Champions.
Namun, Arsenal tidak mampu menahan ekspektasi tersebut. Mereka yang diunggulkan masuk empat besar justru menghadapi tren buruk pada fase akhir musim. Mereka kalah 5 kali dari 10 laga terakhir yang membuat terjatuh hingga peringkat ke-5.
AFP/GLYN KIRK
Reaksi gelandang Arsenal, Martin Odegaard, dan rekan setimnya setelah adu penalti pada laga kedua babak 16 besar Liga Europa di Stadion Emirates, London, Jumat (17/3/2023) dini hari WIB.
Odegaard mengingatkan rekan-rekannya agar tidak terlalu terbebani lagi musim ini. ”Kami harus mengingat ini adalah musim yang hebat (bagi Arsenal). Kami harus menghadapi sisa liga dengan tenang. Hanya itu yang bisa kami lakukan. Kami harus mengambil motivasi lebih dari kekalahan semalam,” katanya.
Tentu musim ini Arsenal lebih siap menghadapi tekanan. Mereka punya para pemain pelapis yang lebih berkualitas dibandingkan musim lalu, seperti Leandro Trossard. Termasuk pemain berpengalaman juara seperti Oleksandr Zinchenko, Gabriel Jesus, dan Jorginho yang akan menjadi pembeda.
Meskipun begitu, sebelum berbicara gelar yang masih terlalu jauh, Arsenal harus terlebih dulu memastikan kemenangan atas Crystal Palace pada akhir pekan. Mereka bisa unggul 8 poin atas City sampai jeda internasional. Kemenangan itu juga akan menjadi penanda kebangkitan moral ”Si Meriam”.
”Kami harus menegakkan kepala, menatap Crystal Palace. Tinggal 11 pertandingan lagi dan yang pertama dimulai pada Minggu nanti. Kami harus siap dengan kondisi mental dan fisik terbaik. Kekecewaan ini tidak akan hilang begitu saja, tetapi akan menjadi pelecut semangat kami,” kata Arteta.
Crystal Palace sudah menyiapkan kejutan setelah memecat manajer Patrick Vieira, hanya dua hari jelang laga. Arsenal sangat memahami betapa berbahaya tim yang baru mengganti manajer. Mereka menjadi korban pantulan nasib manajer baru, saat Sean Dyche menjalani debut bersama Everton, awal Februari.
AFP/GLYN KIRK
Para pemain Sporting Lisbon melakukan selebrasi setelah adu penalti pada laga kedua babak 16 besar Liga Europa antara Arsenal dan Sporting Lisbon di Stadion Emirates, London, Jumat (17/3/2023) dini hari WIB.
Jika gagal meraup poin penuh, rotasi skuad yang dilakukan Arteta pada Jumat dini hari tadi akan semakin percuma. Mentalitas para pemain tim juga bisa semakin terpuruk. Hal itu tentu bukan yang diinginkan mereka. Adapun jawaban tentang berkah dan musibah dari ironi di Liga Europa berada di tangan skuad Arsenal. (AP/REUTERS)