Haaland mencetak ”quintrick” berkat kedigdayaan fisiknya, juga kemenangan taktik Guardiola. Kemenangan tujuh gol meloloskan City ke perempat final.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
MANCHESTER, RABU — Presensi penyerang Manchester City Erling Haaland di kotak penalti tidak kuasa dibendung pertahanan Red Bull Leipzig. Dengan tubuh jangkung dan kekar, Haaland tidak tersentuh. Bola seakan menghampirinya saat menciptakan quintrick atau lima gol ke gawang ”Si Banteng Merah”.
Hujan deras di Stadion Etihad pada Rabu (15/3/2023) dini hari WIB seolah mewakili perasaan sedih dan kecewa skuad Leipzig. Mereka tidak hanya pulang dengan tangan hampa, tetapi juga rasa malu setelah ditaklukkan 0-7 oleh tuan rumah City dalam drama hujan gol laga kedua babak 16 besar Liga Champions. City lolos dengan keunggulan agregat 8-1.
Saya tidak pernah kalah tujuh gol tanpa balas sepanjang karier. Kekalahan itu sangat brutal dan pahit bagi kami. Fisik Haaland sangat kuat. Dia punya begitu banyak hal untuk ditawarkan. Sangat sulit untuk menjaganya.
”Saya tidak pernah kalah tujuh gol tanpa balas sepanjang karier. Kekalahan itu sangat brutal dan pahit bagi kami. Fisik Haaland sangat kuat. Dia punya begitu banyak hal untuk ditawarkan. Sangat sulit untuk menjaganya,” ucap pemain bertahan Leipzig, Benjamin Henrichs.
Haaland terlalu tangguh untuk para pemain tim tamu. Dia yang membuka gol dengan tendangan penalti, sudah mencetak hattrick atau tiga gol pada paruh pertama. Dia menyumbang sepasang gol lagi setelah turun minum, sebelum ditarik keluar oleh Manajer Josep Guardiola pada menit ke-63.
Quintrick Haaland merupakan perisitiwa bersejarah. Menurut Opta, dia sukses menjadi pemain kedua yang mencetak lima gol dalam satu laga babak gugur setelah Lionel Messi (2012, Barcelona versus Bayer Leverkusen). Istimewanya, sang penyerang 22 tahun hanya butuh 57 menit untuk memborong seluruh gol itu.
”Kemampuan super saya adalah mencetak gol. Haruskah saya jujur? Saya tidak berpikir pada nyaris seluruh gol itu. Saya hanya mencoba secepat mungkin untuk menyarangkan bola. (Terkait pergantian) saya berkata kepadanya (Guardiola), ingin mencetak dobel hattrick, tetapi apa yang bisa saya lakukan,” ujar Haaland yang menghormati keputusan sang manajer.
Menariknya, seluruh gol Haaland seperti terjatuh dari langit. Empat golnya, selain penalti, dicetak dalam situasi kemelut di depan gawang Leipzig. Dia selalu menjadi ”pria tepat di posisi tepat”. Bola seakan datang menghampirinya. Adapun tiga gol terakhir Haaland berawal dari kekacauan akibat skema tendangan sudut.
Haaland memang tampak beruntung. Namun, hujan gol darinya lebih dari sekadar peran ”Dewi Fortuna”. Dia memadukan insting penempatan posisi dan kondisi fisik prima. Terbukti, bek muda yang digadang-gadang akan menjadi penjualan termahal musim panas mendatang, Josko Gvardiol, hanya bisa terpana melihat kedigdayaan Haaland.
Total, Haaland mencatat 8 tembakan dengan 100 persen tepat sasaran, 3 kali menang dari 3 kali duel udara, dan 2 kali dribel sukses. Dia juga mencatat expected goals (xG) hingga 2,94. Jumlah itu lima kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan seluruh xG milik Leipzig (0,58) yang hanya mencatat 1 tembakan tepat sasaran.
Kalah strategi
Penampilan sang penyerang 22 tahun itu bagai bumi dan langit jika dibandingkan dengan laga pertama di kandang Leipzig. Dalam laga yang berakhir imbang 1-1 tersebut, dia tidak berhasil menyumbang gol. Dia juga hanya mencatat satu kali tembakan yang berujung tidak tepat sasaran.
Perbedaan tersebut berasal dari kemenangan strategi Guardiola atas Pelatih Leipzig Marco Rose. City berhasil mengepung pertahanan lawan dengan tekanan intens sejak awal laga. Tim tamu yang tertekan pun mulai merasa panik setelah diserang bertubi-tubi.
Kepanikan itu berhasil dicium oleh Haaland sebagai predator paling berbahaya di Eropa saat ini. ”Kami sudah berlatih menekan kemarin. Di kandang, kami memang selalu diwajibkan berlari lebih banyak dan menekan lebih agresif. (Hari ini) kami sangat baik dalam merebut bola kembali,” kata Haaland.
Gol pertama City dari hadiah kontroversial memang berperan mengubah jalan laga. Keputusan itu datang tiba-tiba dari video asisten wasit (VAR) karena tangan Henrichs dinilai bersentuhan dengan bola. Eksekusi Haaland tidak mampu ditahan kiper Janis Blaswich meskipun arah bola bisa terbaca.
Namun, sebelum gol penalti pada menit ke-22, City memang seperti tinggal menunggu gol datang. Mereka terus mendapatkan peluang. Total 6 tembakan dilesakkan dalam rentang waktu tersebut. Adapun dua tembakan Haaland nyaris berbuah gol, tetapi masih bisa ditepis Blaswich.
Rose terlalu naif di Stadion Etihad. Sang pelatih yang mengganti formasi, dari 4-2-2-2 jadi 4-2-3-1, berencana membangun serangan dari bawah sepanjang laga. Padahal, City selalu berhasil menjebak mereka dengan pertahanan blok tinggi yang sangat agresif. Leipzig berkali-kali kehilangan bola di separuh lapangan sendiri.
Kecerebohan Leipzig saat membangun serangan berbuah jadi gol kedua City, hanya berselang 2 menit setelah gol pembuka. Haaland dengan mudah memanfaatkan pantulan bola dari tendangan gelandang Kevin De Bruyne yang membentur mistar gawang. Gol itu tercipta hanya beberapa detik setelah Leipzig kehilangan bola.
”Kami tidak mampu mengatasi situasi sepanjang laga. Itu adalah tanggung jawab saya. City pantas menang. Mereka mengubah beberapa hal dalam menekan kami. Kami tidak memperkirakan itu. Selain itu, kami juga dihukum karena bertahan dengan buruk di kotak penalti,” ujar Rose.
Di sisi lain, strategi Guardiola sukses untuk menampilkan empat bek tengah sekaligus, yaitu John Stones, Manuel Akanji, Nathan Ake, dan Ruben Dias. City memainkan formasi 4-1-4-1 saat bertahan dan 3-2-4-1 ketika menyerang. Stones ditugaskan naik mendampingi Rodri sebagai gelandang jangkar ketika dalam penguasaan bola.
Selain tangguh dalam menahan gempuran serangan Leipzig yang dipimpin Timo Werner, empat bek itu juga menjadi ancaman saat bola mati. Mereka memberikan keunggulan fisik City di kotak penalti, terutama ketika skema tendangan sudut.
Gvardiol dan rekan-rekan tidak punya cukup banyak pemain untuk mengimbangi dalam duel udara. Tidak pelak, empat dari tujuh gol City berawal dari tendangan sudut. Termasuk hadiah penalti yang didapatkan setelah Henrichs kalah duel udara dari Rodri.
Kemenangan City dilengkapi dengan dua gol dari De Bruyne dan Ilkay Gundogan. ”Performa yang sangat baik dari semua pemain sejak menit pertama hingga terakhir. Kami bermain bagus dengan atau tanpa bola. Tentunya Erling luar biasa. Dia adalah seorang pemenang sejati,” tutur Guardiola. (AP/REUTERS)