Kejatuhan Liverpool sudah terlihat sebelum laga, jika mencermati masalah mereka sepanjang musim, yaitu bertandang melawan tim papan bawah.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
BOURNEMOUTH, MINGGU – Gempita pesta Liverpool dari kemenangan tujuh gol atas Manchester United hanya bersifat semu. Kurang dari sepekan, mereka kembali menderita usai kalah di markas Bournemouth. Hasil itu memang tampak kontras, tetapi kejatuhan “Si Merah” sama sekali tidak mengejutkan.
Manajer Liverpool Juergen Klopp mengakui, timnya mengalami kemunduran nyata seusai takluk dari Bournemouth 0-1 di Stadion Vitality, pada Sabtu (11/3/2023) WIB. “Itu adalah pukulan telak. Sama sekali bukan penampilan kami. Kami terjebak dalam permainan yang diharapkan mereka,” ujarnya.
“Si Merah” bagai terjun bebas jika berkaca dari hasil pekan lalu, ketika mempermalukan MU di Stadion Anfield. MU adalah tim dengan tren hasil terbaik sepanjang tahun 2023, sementara Bournemouth hanya tim juru kunci yang sedang berjuang lolos dari zona degradasi.
Namun, ada dua perbedaan kontras yang menyiratkan masalah klasik Liverpool. MU bermain dengan garis pertahanan tinggi, sementara Bournemouth tampil dengan blok rendah. Liverpool berpesta di kandang dan terpuruk saat bertandang.
Kombinasi bertandang dan melawan tim blok rendah adalah “kryptonyte” (mineral yang bisa melemahkan Superman, dalam film "Superman") bagi Liverpool musim ini. Mohamed Salah dan rekan-rekan menempati peringkat ke-11 dalam rekor tandang (7 kalah dari 13 laga). Mayoritas takluk dari tim papan bawah, antara lain Nottingham Forest dan Wolverhampton Wanderers.
Bahkan masalah itu masih terlihat dalam tren positif “Si Merah” sebelum datang ke Stadion Vitality. Mereka mencatat empat kali menang dari lima laga terakhir. Namun, mereka ditahan imbang saat bertamu ke markas Crystal Palace dan kesulitan menghadapi 10 pemain Newcastle, meksipun menang 2-0 di kandang lawan.
“Saya khawatir. (Bertandang) selalu menjadi kekuatan terbesar kami selama beberapa tahun terakhir. Kami tidak pernah berbeda kandang dan tandang. Tetapi itu realitas yang terjadi saat ini. Kami tidak bisa menemukan konsistensi saat ini,” lanjut Klopp.
Liverpool memang mendominasi Bournemouth dengan unggul jumlah tembakan, 15 berbanding lima, dan penguasaan bola, 69,3 persen. Namun, permainan mereka cenderung datar. Tidak tampak sosok kreatif yang bisa membongkar “parkir bus” lawan, nyaris hanya mengandalkan umpan dua bek sayap.
Itu adalah pukulan telak. Sama sekali bukan penampilan kami. Kami terjebak dalam permainan yang diharapkan mereka.
Saat bersamaan, tim asuhan Klopp justru sangat rapuh menghadapi transisi serangan balik Bournemouth. Gol tunggal gelandang Bournemouth Phillip Billing dihasilkan dari transisi pada menit ke-28. Pada awal laga, mereka juga nyaris ketinggalan akibat skema serupa.
Inkonsistensi “Si Merah” tidak lepas dari masalah di posisi gelandang, sejak awal musim. Gelandang veteran mereka tidak dalam kondisi fisik terbaik nyaris sepanjang musim. Klopp sampai harus memainkan dua gelandang remaja sebagai pemain mula, Harvey Elliot (19) dan Stefan Bajcetic (18), di Stadion Vitality.
Seperti layaknya pemain remaja, Elliot dan Bajcetic masih inkonsisten. Mereka kadang tampil brilian, tetapi kadang menghilang. Apalagi, laga tandang selalu sulit bagi para gelandang dalam hal mental maupun fisik. Mereka harus menghadapi intensitas fisik berlipat dari pemain tuan rumah dan tekanan pendukung lawan.
Hal itu yang membedakan wajah Liverpool di kandang dan tandang. Adapun mereka adalah tim dengan rekor kandang terbaik ketiga musim ini (sembilan kali menang, tiga kali seri, sekali kalah). Mereka mencetak 34 gol dan hanya kemasukan sembilan gol. Saat di markas lawan, mereka hanya mencetak 13 gol dan kemasukan 20 gol.
Adapun pada pertemuan pertama di Stadion Anfield, pada Agustus 2022, Liverpool menang telak atas Bournemouth 9-0. Namun, mereka justru kalah ketika berbalas kandang dengan tim yang sama. Hal itu cukup untuk memperlihatkan betapa berbedanya “Si Merah” ketika berpindah stadion.
Di sisi lain, keberuntungan tidak berpihak ke Liverpool. Terbukti dari kegagalan penalti Mohamed Salah pada paruh kedua. Kata Klopp, jika gol, penalti itu akan mengubah momentum pertandingan. Adapun sebelum malam itu, “Si Raja Mesir” baru 2 kali gagal penalti dari 12 percobaan di liga.
Liverpool juga menghadapi Bournemouth pada waktu yang salah. Tim tuan rumah sedang berjuang lolos dari zona degradasi jelang 10 laga terakhir musim ini. Bara semangat Billing dan rekan-rekan sudah terlihat pekan lalu, saat nyaris mengalahkan tim terbaik di liga saat ini, yaitu Arsenal.
Tim asuhan manajer Gary O’Neil itu unggul 2-0 sampai sejam laga berlalu di markas Arsenal, Stadion Emirates. Namun, mereka terpaksa pulang dengan tangan hampa setelah kebangkitan Arsenal lewat gol pada menit terakhir injury time. Kekalahan itu menjadi motivasi lebih mereka.
“Semua pemain merasa sakit hati pekan lalu. Karena itu, misi kami hari ini adalah bermain dengan sikap yang sama dengan membawa hasil berbeda. Kami ingin bermain pintar, serapat mungkin, dan membantu satu sama lain. Hari ini semua terbayar lunas,” jelas Billing.
Menurut Squawka, tercatat empat kali sudah kemenangan sembilan gol tanpa balas di Liga Inggris. Uniknya, empat tim tersebut selalu gagal menang melawan tim yang sama pada pertemuan berikutnya. Tim yang dipermalukan sudah belajar banyak dari laga sebelumnya.
Liverpool pun kembali menjauhi zona empat besar. Mereka berada di peringkat ke-5 klasemen sementara (42 poin), di bawah peringkat ke-4 Tottenham Hotspur (48 poin). Adapun Liverpool yang menyimpan satu laga belum dimainkan, seharusnya bisa mengudeta posisi Spurs jika menyapu bersih laga.
“Kami hanya akan menjalani satu pertandingan laga sebelum jeda internasional, melawan Real Madrid (laga kedua 16 besar Liga Champions). Kami akan fokus ke pertandingan terdekat, lalu akan berjuang lagi di liga setelah itu (jeda),” ujar bek sayap Liverpool, Trent-Alexander Arnold. (AP/REUTERS)