Piala Asia U-20 telah memberikan Indonesia ”hadiah” penting yang tersembunyi sekalipun mereka gagal menjejak perempat final.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
ANTARA/SIGID KURNIAWAN
Penyerang tim Indonesia U-20, Dzaky Asraf (bawah), terjatuh saat berebut bola dengan pemain tim Uzbekistan, Esanov Sherzod, dalam laga terakhir Grup A Piala Asia U-20 di Stadion Istiqlol, Fergana, Uzbekistan, Selasa (7/3/20230). Indonesia ditahan imbang Uzbekistan, 0-0, dan gagal lolos ke perempat final.
Kegagalan mengulangi pencapaian melaju ke perempat final Piala Asia bukanlah akhir bagi tim sepak bola Indonesia U-20. Pengalaman bertarung di Piala Asia U-20, 1-18 Maret 2023 di Uzbekistan, memberikan petunjuk penting bagi Indonesia dalam mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 di Jakarta dan lima kota lainnya. Pelatih Indonesia U-20 Shin Tae-yong punya tantangan berat untuk menambal begitu banyak kekurangan tim dalam waktu dua bulan ke depan.
Bermain di Grup A bersama Irak, Suriah, dan tuan rumah Uzbekistan, Indonesia sempat membuka asa ketika mampu menaklukkan Suriah, 1-0, di laga kedua. Sebelumnya, kans ”Garuda Muda” melaju ke perempat final Piala Asia U-20 terbilang cukup berat setelah takluk 0-2 dari 10 pemain Irak.
Sepakan terukur penyerang Hokky Caraka ke gawang Suriah membangun asa itu. Gol Hokky juga menjadi satu-satunya yang mampu dicetak Indonesia di Uzbekistan. Dari tiga laga, Indonesia kemasukan dua gol dan hanya mampu mencetak satu gol.
Ketangguhan barisan pertahanan Garuda Muda ketika meladeni tuan rumah Uzbekistan di laga pamungkas, Selasa (7/3/2023), memperlihatkan bahwa Indonesia punya potensi yang besar untuk terus berkembang. Tim yang pada laga pertama dibobol dua kali dengan mudah oleh Irak perlahan membaik dan terus disiplin.
ANTARA/SIGID KURNIAWAN
Para pemain tim Indonesia U-20 menyanyikan lagu ”Indonesia Raya” sebelum melawan Uzbekistan pada laga terakhir Grup A Piala Asia U-20 di Stadion Istiqlol, Fergana, Uzbekistan, Selasa (7/3/20230).
Ketangguhan pertahanan Indonesia, yang merupakan kombinasi kekompakan bek serta kepiawaian kiper Daffa Fasya mementahkan peluang lawan, adalah muara dari hasil latihan berbulan-bulan yang ternyata baru terlihat hasilnya di dua laga terakhir.
”Walaupun hasilnya kurang memuaskan, kami bermain cukup baik sesuai apa yang diinginkan pelatih. Kami sedikit kurang beruntung,” kata bek tengah Muhammad Ferarri ketika disinggung mengenai kekompakan pertahanan Indonesia seusai melawan Uzbekistan.
Dengan begitu, pekerjaan Shin untuk membenahi pertahanan Indonesia sesungguhnya tidak terlalu berat. Dalam dua bulan jelang sepak mula Piala Dunia U-20, pada 20 Mei-11 Juni 2023, Shin punya waktu yang sangat cukup untuk meningkatkan kekuatan pertahanan Indonesia. Apalagi, Indonesia masih punya senjata rahasia, yaitu bek tengah tangguh, Justin Hubner, yang masih merampungkan proses naturalisasinya.
Ketidakhadiran tiga pemain naturalisasi, seperti Hubner, Ivar Jenner, dan Rafael Struick, membuat Indonesia tidak tampil dengan kekuatan penuh di Piala Asia U-20. Apalagi gelandang serang andalan Indonesia, Marselino Ferdinan, juga tidak dibawa Shin karena tidak dilepas klubnya, KMSK Deinze, lantaran Piala Asia U-20 tidak masuk kalender resmi FIFA.
ANTARA/SIGID KURNIAWAN
Penyerang tim Indonesia U-20, Ronaldo Kwateh (kanan), berebut bola di udara dengan pemain Uzbekistan, Esanov Sherzod (atas), dalam laga terakhir Grup A Piala Asia U-20 di Stadion Istiqlol, Fergana, Uzbekistan, Selasa (7/3/20230).
”Kami tidak bisa membawa beberapa pemain penting untuk turnamen ini. Tetapi, performa pemain kami sudah bagus di grup ini. Saya pikir kami bermain cukup bagus melawan tim tuan rumah,” kata Shin.
Lebih dari itu, Shin menganggap kegagalan melaju ke perempat final bukanlah persoalan besar bagi timnya. Bagaimanapun, tim sepak bola U-20 dipersiapkan untuk tampil bagus di rumah sendiri saat Piala Dunia U-20. Pada saat itulah suporter Indonesia berharap ada perkembangan pesat dari tim besutan Shin dan Piala Asia U-20 telah memberikan Shin petunjuk tentang apa aspek yang masih harus dia benahi di timnya.
Walaupun hasilnya kurang memuaskan, kami bermain cukup baik sesuai apa yang diinginkan pelatih. Kami sedikit kurang beruntung.
Kalah fisik
Setelah mendampingi tim dalam tiga pertandingan di Uzbekistan, Shin menyimpulkan, para pemain Indonesia kerap kalah berebut bola dengan lawan yang bertubuh lebih besar dan atletis. Selain itu, aspek penyelesaian akhir Garuda Muda masih terlampau lemah. Boleh dikatakan, aspek itulah yang paling tidak mengalami perkembangan signifikan.
HUMAS PSSI
Gelandang Indonesia, Arkhan Fikri (kedua kiri), mengadang pemain Suriah, Amer Alfayad, pada laga penyisihan Grup A di Tashkent, Uzbekistan, Sabtu (4/3/2023) malam WIB. Indonesia menang 1-0 atas Suriah dalam laga ini.
Sebelum berjuang di Uzbekistan, Garuda Muda sempat mengikuti Turnamen Mini U-20 PSSI di Jakarta. Seperti di Piala Asia, aspek penyelesaian akhir Hokky Caraka dan rekan-rekannya juga buruk. Hokky mengungkapkan, kepergian asisten pelatih Dzenan Radoncic menjadi kehilangan besar bagi barisan pemain depan Indonesia. Menurut Hokky, Radoncic adalah pelatih yang mengerti cara memoles ketajaman penyerang-penyerang Indonesia.
”Terasa sekali setelah dia (Radoncic) pergi, kami tidak begitu banyak mendapat latihan finishing. Saya percaya federasi dan pelatih akan memberikan solusi untuk persoalan ini,” kata Hokky ketika ditemui sebelum bertolak ke Uzbekistan.
Kelemahan lain Indonesia yang tersibak berkat Piala Asia U-20 adalah ketidakmampuan para pemain untuk memikirkan alternatif pola serangan ketika satu cara menemui jalan buntu. Dalam tiga laga, para pemain Indonesia kerap kehabisan akal ketika pola serangan sudah diantisipasi lawan. Mereka mendadak kurang berani bereksperimen, setidaknya memainkan bola dengan cara yang lebih variatif.
Bagi Ferarri, Piala Asia U-20 telah memberikan Indonesia ”hadiah” penting yang tersembunyi sekalipun mereka gagal menjejak perempat final. ”Hadiah” itu akan menjadi petunjuk bagi Indonesia dalam menatap Piala Dunia U-20.