Liverpool kembali menjadi sosok tim yang ditakuti seperti sediakala. Kembalinya intensitas bertahan dan efektivitas serangan menjadi kunci.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LIVERPOOL, SENIN — Liverpool terjebak di papan tengah nyaris separuh musim. Tidak ada yang menyangka mereka hanya terpaut satu kemenangan lagi untuk menggapai empat besar saat ini. Kemenangan tujuh gol atas Manchester United memberi perspektif, ”Si Merah” mulai kembali ke habitat asli sebagai tim papan atas.
Stadion Anfield menjadi saksi kebangkitan hakiki Liverpool pada Senin (6/3/2023). Menghadapi MU yang sedang berapi-api bersama manajer Erik ten Hag, mereka menang 7-0. Kemenangan terbesar dalam sejarah ”derbi barat laut” yang dijuluki rivalitas terpanas di Inggris Raya itu.
Hasil mencolok di papan skor itu bukan hal lumrah, apalagi dalam duel tim raksasa dari liga terbaik dunia. Manajer Liverpool Juergen Klopp juga merasa aneh dengan ”pembantaian” itu. Timnya memang bermain nyaris sempurna, tetapi dia masih belum percaya bisa menang tujuh gol.
Namun, hasil tersebut adalah realitas sebenarnya. Sebuah kenyataan yang menyiratkan Liverpool masih tim besar dan Stadion Anfield masih angker seperti sediakala. ”Penting untuk semua orang tahu bahwa kami masih di sini dan kami masih hidup,” ujar Klopp.
”Beberapa bulan lalu semua orang berpikir momen saat ini adalah yang terbaik untuk menghadapi Liverpool. Sebab, mereka merasa kami sedang menderita. Tetapi, sekarang semua sudah membaik. Kami mulai terlihat lagi seperti diri kami sendiri,” lanjutnya.
Wajar saja jika Liverpool yang nyaris meraih quadruple pada musim lalu, begitu direndahkan musim ini. Mereka terseok-seok di papan tengah pada separuh pertama musim, sempat berada di peringkat ke-10 karena hanya menang 4 kali dari 12 laga awal. Mereka juga masih menempati peringkat ke-8 hingga pekan ke-21.
Namun, Mohamed Salah dan rekan-rekan hanya butuh satu kemenangan lagi untuk merebut peringkat ke-4 milik Tottenham Hotspur. Liverpool saat ini berada di peringkat ke-5 (42 poin), hanya terpaut 3 poin dari Spurs. Adapun Liverpool masih menyimpan satu laga sisa dan lebih unggul dalam selisih gol.
”Si Merah”, menurut prediksi super komputer Opta, akan kembali finis di zona Liga Champions pada akhir musim. Probabilitas mereka masuk empat besar mencapai 52,7 persen, lebih tinggi dari para pesaing, seperti Spurs (23,6 persen), Newcastle United (23,6 persen), dan Brighton (11 persen).
Bek legendaris Liverpool, Jamie Carragher, mengatakan, kemenangan itu lebih dari sekadar tiga poin. ”Hasil itu memberikan dorongan besar kepada Liverpool untuk finis empat besar. Ketika melihat Liverpool memainkan performa seperti ini, Anda berpikir, bagaimana mereka bisa sampai seburuk itu pada sebagian besar musim?” ujarnya.
Becermin
Kebangkitan Liverpool sebenarnya sudah bermula sejak medio Februari, setelah mereka ditumbangkan Wolverhampton Wanderers 0-3. Klopp marah kepada anak asuhnya ketika itu. Dia sempat meliburkan latihan selama dua hari menjelang laga derbi Merseyside. Sang manajer meminta para pemain untuk becermin.
Penting untuk semua orang tahu bahwa kami masih di sini dan kami masih hidup.
Wajah asli ”Si Merah” yang terkenal dengan permainan intens dan ofensif perlahan muncul sejak itu. Mereka tidak terkalahkan dalam 5 laga beruntun, 4 menang dan 1 seri. Hebatnya, semua laga berakhir dengan nirbobol. Kembalinya karakter ”gegenpressing” menguatkan kembali pertahanan mereka.
Lihat saja MU. Lini tengah tim tamu tidak bisa mengimbangi intensitas para pemain Liverpool. Mereka kalah telak dalam transisi yang menjadi awal tragedi tersebut. Saat bersamaan, lini tengah Liverpool mampu membatasi umpan-umpan panjang ke penyerang MU Marcus Rasfhord.
Permainan dengan blok pertahanan tinggi dan tempo cepat itu adalah ciri khas Liverpool di bawah rezim Klopp. Ciri itu kembali setelah tidak terlihat nyaris sepanjang musim. Hal tersebut tidak terlepas dari performa gelandang veteran, Jordan Henderson dan Fabinho, yang mulai kembali ke level terbaik.
”Kami seperti ada di mana pun mereka berada. Kami juga seperti mengetahui bola akan berjalan ke mana setiap saat. Tentunya, kepercayaan diri ini harus dibawa untuk pekan berikutnya. Kami berada di jalur yang tepat dan harus memanfaatkannya untuk sisa musim,” jelas bek sayap Liverpool, Andrew Robertson.
Pertahanan kokoh ”Si Merah” mampu merilis beban di pundak para penyerang. Terbukti, lini serang mereka sangat efektif dengan mencetak 7 gol hanya dalam expected goals (xG) 3,35. Artinya jumlah gol itu melompat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan kualitas peluang mereka.
Trisula lini serang Liverpool, yaitu Salah, Darwin Nunez, dan Cody Gakpo, menyumbang masing-masing dua gol. Roberto Firmino, masuk dari cadangan, menutup kemenangan dengan sumbangan satu gol. Adapun 7 gol itu berasal dari hanya 8 kali tembakan tepat sasaran.
Efektivitas seperti itu tidak terlihat pada paruh pertama musim, 19 laga awal. Salah dan Nunez yang menjadi andalan, hanya mencatat total 12 gol dari xG mencapai 20,2 sampai akhir Januari. Liverpool pun sering melewati momen krusial untuk memenangi laga.
Bagi penyerang tim papan atas, sudah sewajarnya jumlah gol lebih tinggi dari pada xG. Arsenal, tim pemuncak klasemen, contohnya. Penyerang sayap mereka, Bukayo Saka dan Gabriel Martinelli, mencetak 21 gol hanya dari xG 15,9.
Adapun ketajaman di lini depan Liverpool bisa semakin baik karena pilihan lebih banyak. Selain Gakpo yang mulai menyetel setelah didatangkan Januari lalu, penyerang andalan, seperti Diogo Jota juga sudah kembali dari cedera. Angin surga sedang berembus ke arah mereka saat ini.
Jadi, jangan terkejut jika ”Si Merah” akan menjadi ancaman terbesar para kompetitor pada sisa musim, seperti yang sudah dilakukan musim-musim sebelumnya. (AFP/REUTERS)