Laga melawan Suriah adalah batas antara hidup dan mati bagi kiprah tim sepak bola Indonesia U-20 di Piala Asia. ”Garuda Muda” bisa mengoptimalkan skema bola mati untuk mencetak gol.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
SIGID KURNIAWAN
Pemain Tim U-20 Indonesia melakukan pemanasan di Lapangan Bunyodkor 1, Tashkent, Uzbekistan, Jumat (3/3/2023). Indonesia akan melawan Suriah pada laga kedua kualifikasi Grup A Piala Asia U-20, di Stadion Lokomotiv, Tashkent, Uzbekistan, Sabtu (4/3/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Para sepak bola muda Indonesia akan menjalani laga hidup mati menghadapi Suriah pada babak penyisihan Grup A Piala Asia U-20 di Stadion Lokomotiv, Tashkent, Uzbekistan, Sabtu (4/3/2023) pukul 19.00 WIB. Pertandingan ini menjadi pertaruhan terakhir ”Garuda Muda”. Hasil imbang, apalagi kalah, akan menutup rapat-rapat pintu kelolosan ke babak perempat final.
Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga Grup A setelah takluk, 0-2, dari Irak di pertandingan pertama. Nasib tidak jauh berbeda dialami Suriah, yang juga kalah dengan skor serupa dari tuan rumah Uzbekistan. Oleh sebab itu, Indonesia wajib meraih hasil maksimal atas Suriah sebelum bertemu Uzbekistan, yang dinilai sebagai tim terkuat di Grup A. Kans Indonesia mengalahkan Suriah, di atas kertas, masih mungkin bisa diwujudkan.
Akan tetapi, Garuda Muda wajib mengeleminasi kelemahan yang muncul ketika melawan Irak. Saat itu, Indonesia yang unggul jumlah pemain sejak akhir babak pertama tidak kunjung mampu mencetak gol. Sebaliknya, Indonesia justru kebobolan satu gol di akhir babak kedua ketika sedang unggul jumlah pemain.
Kekalahan dari Irak memperpanjang tren Indonesia yang tidak pernah mampu mencetak gol kendati unggul jumlah pemain. Sebelumnya, Indonesia juga takluk, 0-1, dari Guatemala di Turnamen Mini U-20 PSSI walau salah satu pemain lawan terkena kartu merah.
HUMAS PSSI
Para pemain Indonesia menyanyikan Indonesia Raya menjelang sepak mula Indonesia melawan Irak pada laga pembuka Grup A Piala Asia U-20 2023 di Stadion Lokomotif, Tashkent, Uzbekistan, Rabu (1/4/2023) malam. Indonesia kalah, 0-2, pada laga itu.
Pemain sayap kanan Indonesia U-20, Alfriyanto Nico Saputro, menyampaikan, ada tiga aspek yang dievaluasi dari Pelatih Shin Tae-yong setelah pertandingan pertama menghadapi Irak. Tiga aspek itu, kata Nico, persoalan akurasi operan (passing), komunikasi antarpemain, dan penyelesaian akhir (finishing).
”Semoga kami bisa tampil lebih baik daripada kemarin (melawan Irak) dan bisa memaksimalkan peluang, juga tidak kebobolan,” ujar Nico, dilansir dari laman PSSI, Jumat (3/3/2023).
Memaksimalkan peluang dan mencegah kebobolan akan sangat vital bagi kelanjutan napas Indonesia di Piala Asia U-20. Hanya dua tim teratas dari masing-masing grup yang berhak lolos ke perempat final. Apabila ada beberapa tim dengan poin sama, tiket perempat final akan diberikan kepada tim dengan selisih gol terbaik.
Persoalannya, kedua hal itulah yang masih menjadi kelemahan Indonesia. Saat melawan Irak, Indonesia bukannya tanpa peluang. Permainan Garuda Muda sangat menjanjikan dengan beberapa kali sukses meneror gawang Irak.
HUMAS PSSI
Penyerang sayap Indonesia, Arkhan Fikri (kiri), berupaya melewati pemain Irak pada laga penyisihan Grup A Piala Asia U-20 2023 di Stadion Lokomotif, Tashkent, Uzbekistan, Rabu (1/4/2023) malam.
Namun, penyelesaian akhir yang buruk serta umpan yang terburu-buru kembali menjadi momok. Oleh sebab itulah, Indonesia tidak mampu memaksimalkan keuntungan jumlah pemain dari Irak.
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong menyadari kelemahan anak asuhnya tersebut. Untuk itu, ia meminta para pemainnya berjuang lebih keras pada pertandingan melawan Suriah, yang bisa dibilang sebagai pertaruhan terakhir Garuda Muda di ajang Piala Asia U-20.
Semoga kami bisa tampil lebih baik daripada kemarin dan bisa memaksimalkan peluang, juga tidak kebobolan.
Shin menganalisis, Suriah akan tampil lebih menyerang karena juga membutuhkan kemenangan untuk menjaga harapan lolos ke perempat final. Oleh sebab itu, Shin memperingatkan para pemain belakang untuk meminimalkan kesalahan sendiri saat bertemu Suriah. Dia juga menekankan kepada para pemain untuk mempertajam penyelesaian akhir.
”Karena kita kalah lawan Irak di pertandingan pertama. Jadi, saya meeting terus dan minta para pemain bisa lebih mempersiapkan pertandingan berikutnya secara lebih baik. Saya minta terus supaya mereka melakukan permainan yang lebih berani dan percaya diri daripada sebelumnya. Saya percaya kami akan lebih baik,” papar Shin.
SIGID KURNIAWAN
Pemain Tim U-20 Indonesia melakukan pemanasan di Lapangan Bunyodkor 1, Tashkent, Uzbekistan, Jumat (3/3/2023).
Solid bertahan
Kendati kalah melawan Uzbekistan, Suriah bukan lawan yang bisa dianggap remeh. Tim besutan Pelatih Mark Wotte itu mampu menyulitkan Uzbekistan yang didukung puluhan ribu suporter tuan rumah. Pertahanan Suriah begitu solid sehingga dua gol Uzbekistan hanya lahir dari skema eksekusi bola mati. Cara yang sama bisa dilakukan Indonesia dengan mengincar kelemahan Suriah tersebut.
Pertahanan tangguh Suriah berbanding terbalik dengan lini serang Indonesia yang tumpul. Shin mengatakan, kekalahan Indonesia dari Irak kendati unggul jumlah pemain disebabkan karena ketidakmampuan pemain untuk mengembangkan permainan.
”Kami tidak bisa mencetak gol meski mendapat banyak peluang. Hal ini harus kami perbaiki dan tentu saja ini terkait kemampuan pemain. Di babak kedua kami unggul jumlah pemain. Mungkin kami harus meningkatkan pola permainan kami,” ujar Shin.
Di sisi lain, Wotte tidak ingin timnya terpuruk karena kekalahan dari Uzbekistan. Walau begitu, dia mengakui kekalahan itu membawa tekanan tersendiri kepada timnya dalam menatap pertandingan melawan Indonesia. ”Hasil ini membuat kami sedikit tertekan untuk pertandingan kedua. Kami harus memenanginya agar tetap sesuai target untuk lolos (dari fase grup),” ujar Wotte.