Pelampiasan Duo Dinamis Madrid di ”El Clasico”
Madrid menyambut ”El Clasico” dengan motivasi berlebih. Di sisi lain, Barca datang dengan keterbatasan skuad dan tren buruk.
MADRID, KOMPAS — Setahun bergelimang prestasi tidak cukup bagi duo dinamis Real Madrid, Karim Benzema dan Vinicius Jr, untuk diapresiasi sepadan dalam penghargaan pemain terbaik FIFA. Laga teranyar ”El Clasico” pun pun akan menjadi panggung pertunjukan terbesar mereka kepada dunia.
Benzema hanya menempati peringkat ketiga pemain terbaik FIFA, di bawah Lionel Messi dan Kylian Mbappe. Padahal, dalam rentang penilaian nominasi, dia mencatat total 63 gol dan 21 asis yang berujung 6 trofi untuk klub dan tim nasional. Prestasi itu sempat mengatarnya sebagai peraih Ballon d’Or 2022.
Sang striker asal Perancis tampak kurang puas dengan hasil tersebut. Dia sempat menampilkan unggahan salah satu pendukung di Instagram yang berisi deretan prestasinya. Dia juga menyiratkan kekesalan dengan unggahan video seorang laki-laki yang berujar, ”Pembohong, ya, Anda pembohong.”
Baca juga : Atletico Empaskan Real Madrid ke Bumi
Vinicius lebih tidak dihargai. Pemain sayap tim nasional Brasil itu bahkan tidak masuk dalam 26 besar nominasi peraih gelar. Padahal, dia adalah sosok kunci ”El Real” meraih Liga Spanyol dan Liga Champions musim lalu. Pelatih Madrid Carlo Ancelotti sampai menyebut FIFA salah tulis nominasi.
Saat ini dia adalah paling, paling, menentukan di dunia. Tidak ada pemain lain dengan konsistensi seperti itu.
Bahkan, Vinicius telah menjadi pemain terpenting di Madrid musim ini. Kontribusi golnya di seluruh kompetisi (28) sudah melebihi Benzema (23). Dia adalah pemain terbaik di klub terhebat dunia. ”Saat ini dia adalah paling, paling, menentukan di dunia. Tidak ada pemain lain dengan konsistensi seperti itu,” ucap Ancelotti, seperti dikutip The Athletic.
Pelampiasan Benzema dan Vinicius pun menjadi bumbu dalam edisi terbaru El Clasico di Stadion Santiago Bernabeu, Kota Madrid, pada Jumat (3/3/2023) dini hari WIB. El Real akan menjamu Barcelona dalam semifinal pertama Piala Raja Spanyol.
Persiapan serius
Ancelotti mengatakan akan mempersiapkan laga dengan sangat serius. Dia berencana menurunkan skuad terbaik, termasuk duo Benzema dan Vinicius. ”Piala (Raja) adalah hal terpenting saat ini. Kami sudah sangat dekat dengan gelar. Hanya 270 menit lagi. Jika tampil baik, kami akan juara,” ujarnya.
Baca juga : Rahasia Nyawa Kedua ”El Real”
Seperti para pemainnya, Ancelotti juga gagal menyandang gelar pelatih terbaik FIFA meskipun meraih lima trofi bersama Madrid sejak musim lalu. Dia kalah dari pelatih tim nasional Argentina, Lionel Scaloni, yang sukses menjuarai Piala Dunia Qatar 2022.
Dorongan Madrid di Stadion Santiago Bernabeu semakin besar karena diiringi rencana balas dendam. Mereka ditaklukkan Barca 1-3 dalam duel El Clasico terakhir di Final Piala Super Spanyol, Januari lalu. Ketika itu, mereka kalah segala-galanya dari tim rival abadi, bahkan sempat tertinggal 0-3.
Motivasi berlebih Madrid menjadi sesuatu yang tidak diharapkan Barca. Tim tamu datang terpincang-pincang setelah kalah dua kali beruntun, dari Manchester United 1-2 di Liga Europa dan Almeria 0-1 di Liga Spanyol. Padahal, sebelumnya mereka tidak terkalahkan dalam 18 laga (16 menang) di seluruh kompetisi.
Pelatih Barca Xavi Hernandez juga tidak bisa menurunkan penyerang Robert Lewandowski dan gelandang Pedri akibat cedera. Adapun keduanya merupakan penyumbang gol dalam El Clasico terakhir. Mereka juga berstatus pencetak gol terbanyak sementara Barca di liga, Lewandowski (15 gol) dan Pedri (6 gol).
Baca juga: Pengejaran Real Madrid Terus Berlanjut
Pedri adalah roh dalam permainan ”Blaugrana” sepanjang musim ini. Dia absen ketika Barca kalah dalam dua laga sebelumnya. Adapun di laga versus Almeria, Barca menyebut pertandingan tersebut sebagai yang terburuk sepanjang musim. Mereka kehilangan kreativitas dari sentuhan Pedri.
Gelandang berusia 20 tahun itu selalu menjadi sumber peluang Barca. Pedri tercatat sebagai pemain dengan umpan kunci terbanyak dalam tim (34 kali). Dia juga mencatat umpan progresif terbanyak (148 kali). Umpan progresif pemecah tekanan lawan itu sangat dibutuhkan Barca yang membangun serangan dari bawah.
Barca, menurut Opta Jose, menyudahi 73 persen laga dengan kemenangan ketika Pedri bermain, sedangkan hanya 45 persen saat sang gelandang absen. ”Dia adalah pemain penting yang telah berkembang pesat bersama kami. Dia tahu bagaimana bermain dalam sistem ini dan punya kepekaan di lapangan,” kata Xavi kepada AS.com.
Di tengah segala keterbatasan, Xavi tetap percaya diri untuk bertamu ke markas tim rival. Dia meyakini, intensitas tinggi laga bisa mengembalikan semangat anak asuhnya. ”Berkunjung ke Bernabeu selalu berhasil memotivasi saya. Saya selalu ingin pergi ke sana dan pulang sebagai pemenang. Jika bisa, bahkan saya ingin bermain di gelandang,” pungkasnya.
Lihat juga : Ketika Liverpool Kalah Telak dari Real Madrid
Madrid lebih diunggulkan karena selalu identik dengan mentalitas juara. Karakter itu yang ditampilkan mereka dalam dua laga terakhir. El Real tertinggal lebih dulu ketika lawan Liverpool dan Atletico Madrid, tetapi bisa terhindar dari kekalahan pada akhir laga.
”Kami kurang berkomitmen pada laga (El Clasico) terakhir di Piala Super. Kami juga membuat banyak kesalahan. Saya pikir itu tidak akan terulang lagi. Laga ini akan sangat penting dan menentukan untuk kami,” ujar Ancelotti, yang berharap membawa modal berharga ke semifinal kedua di Stadion Camp Nou. (AP/REUTERS)