Real Madrid memperkuat identitas sebagai tim dengan kekuatan mental yang luar biasa berkat ”come back” dramatis atas Liverpool. Beberapa faktor berperan dalam pencapaian itu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LIVERPOOL, RABU — Real Madrid kembali menegaskan dirinya sebagai ”Raja Come Back” di kompetisi antarklub terelite Benua Biru. Liverpool yang sempat unggul lebih dulu akhirnya merasakan derita yang sama dengan korban-korban Real pada masa lalu. Ada sejumlah alasan Real punya kecenderungan memiliki nyawa kedua setelah tertinggal lebih dulu.
”El Real” menyudahi perlawanan Liverpool, 5-2, pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, Rabu (22/2/2023) dini hari WIB. Tidak ada yang menyangka Liverpool akan kalah telak meski unggul cepat, 2-0, di awal babak pertama lewat gol Darwin Nunez dan Mohamed Salah. Terlebih, Real bermain di Stadion Anfield, markas Liverpool, yang dikenal kurang ramah terhadap tim tamu.
Kemenangan ini melanjutkan sukses Real yang selalu mampu bangkit kendati tertinggal lebih dulu. ”El Real” seolah-olah memiliki nyawa kedua untuk bangkit dan keluar sebagai pemenang. Sebelum Liverpool, ada Paris Saint-Germain (PSG), Chelsea, dan Manchester City yang lebih dulu merasakan betapa sulitnya menaklukkan Real di Liga Champions Eropa.
Musim lalu, identitas Real sebagai tim yang sulit mati mulai menguat. Menghadapi PSG di babak 16 besar, Real membalikkan keadaan menjadi 3-2 meski sempat tertinggal 0-2 secara agregat.
Di babak perempat final, Real kembali memperlihatkan nyawa kedua saat meladeni Chelsea. Pasukan Carlo Ancelotti yang tertinggal agregat 3-4 berbalik unggul 5-4 berkat dua gol yang dilesakkan Rodrygo dan Karim Benzema di pengujung laga.
Manchester City menjadi korban ”come back” Real berikutnya di semifinal. City yang sudah unggul agregat 5-3 dipaksa memainkan babak perpanjangan waktu karena Real menyamakan kedudukan melalui dua gol Rodrygo. Real akhirnya lolos final dengan agregat 6-5 berkat gol Benzema dari titik penalti pada babak perpanjangan waktu. Dari tiga pertandingan itu tercipta julukan Real sebagai ”Raja Come Back” yang menguat hingga musim ini.
”Kami tidak pernah terkalahkan. Kami selalu bereaksi. Dua gol cepat itu membantu kami melakukannya. Kami tenang secara mental, dan ketika sedang bangkit, kami bermain dengan sangat baik,” kata kiper Real, Thibaut Courtois, seusai laga melawan Liverpool, dikutip dari laman UEFA.
Selain kekuatan mental dan ketenangan, rahasia Real pernah diungkapkan Ancelotti. Menurut pelatih asal Italia tersebut, skuad Real saat ini dihuni para pemain berkualitas. Di samping itu, ada sejarah panjang Real sebagai raja kompetisi Eropa dan dunia, yang turut memegang peranan dalam memainkan aspek psikis para pemain.
Real adalah juara bertahan Liga Champions Eropa. Mereka juga baru saja memenangi Piala Dunia Antarklub. Reputasi sebagai klub terbaik di Eropa dan dunia menghasilkan pemain bermental juara yang tidak mudah terpuruk ketika tertinggal.
Hal itu membuat para pemain Real bermain dengan penuh keyakinan. Mereka tidak lelah mengejar bola meski tertinggal lewat dua gol cepat Liverpool pada 14 menit pertama. Real membalas dengan dua gol dari Vinicius Junior dan dari Benzema, serta gol Eder Militao yang membalikkan keadaan sekaligus meruntuhkan mental para pemain Liverpool.
Mereka merasakan sesuatu yang istimewa saat mengenakan seragam itu. Ini bukan hal baru bagi Real Madrid dan saya pikir inilah alasannya.
”Mereka merasakan sesuatu yang istimewa saat mengenakan seragam itu. Ini bukan hal baru bagi Real Madrid dan saya pikir inilah alasannya,” kata Ancelotti.
Rapuh
Kegagalan Liverpool mempertahankan keunggulan 2-0 memperlihatkan, tren kebangkitan yang tengah dijalani pasukan Juergen Klopp amatlah rapuh. Kemenangan beruntun Liverpool atas Everton dan Newcastle United di Liga Inggris membangkitkan rasa kepercayaan diri Liverpool. Namun, menghadapi Real adalah masalah lain.
Kekalahan telak dari Real membuat Liverpool gagal membalas kekalahan di final Liga Champions musim lalu. Hasil ini juga menjadi tamparan telak bagi Liverpool yang untuk pertama kalinya harus kebobolan lima gol di Anfield pada Liga Champions. Selain itu, menurut catatan Opta, Liverpool adalah tim pertama dalam sejarah Liga Champions yang kalah dengan margin tiga gol setelah unggul dua gol lebih dulu. Kenyataan ini menjadi pertanda ada yang tidak beres dari kinerja lini pertahanan Liverpool.
Sebelum laga, mantan Pelatih Liverpool Rafael Benitez memperingatkan bahwa masih ada kelemahan di lini pertahanan yang dikawal Virgil van Dijk dan Joe Gomez. Masalah Liverpool jadi lebih buruk karena mereka tidak punya sosok gelandang yang mampu melindungi dua palang pintu tersebut.
”Permainan Liverpool sangat amburadul dan memalukan. Ini tentang pertahanan yang kacau sepanjang musim ini. Saya harus mengatakan kinerja Real Madrid luar biasa kali ini,” kata mantan bek Liverpool, Jamie Carragher, dikutip dari Sky Sports.
Carragher mengatakan, keyakinan Klopp bahwa timnya mulai menemukan kebangkitan adalah omong kosong. Tidak masuk akal menyebut Liverpool telah bangkit dari keterpurukan hanya dari dua pertandingan saja. Kemenangan atas Everton dan Newcastle, bagi Carragher, bisa diraih Liverpool karena tim lawan bermain buruk. (REUTERS)