Gagal di Kejuaraan Asia, Evaluasi untuk Piala Sudirman
Meski menurunkan kekuatan terbaik di setiap nomor, Indonesia gagal menjuarai Kejuaraan Asia Bulu Tangkis Beregu Campuran. Indonesia disingkirkan Korea Selatan, 1-3, di perempat final.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
DUBAI, JUMAT — Setelah mendapat peringatan dari Thailand pada penyisihan grup Kejuaraan Asia Bulu Tangkis Beregu Campuran, Indonesia disingkirkan Korea Selatan pada perempat final. Kekalahan pada babak delapan besar itu menjadi peringatan lebih keras untuk menghadapi kejuaraan Piala Sudirman karena Indonesia kehilangan angka dari nomor andalan, yakni ganda putra dan putri.
Kekalahan 1-3 dari Korea Selatan pada pertandingan yang berlangsung di Dubai Exhibition Center, Dubai, Uni Emirat Arab, Jumat (17/2/2023), dialami setelah Indonesia kehilangan poin, di antaranya dari ganda putra dan putri. Bersama tunggal putra, kedua nomor itu sebenarnya menjadi andalan Indonesia untuk meraih poin dari lima nomor.
Tunggal putri masih sulit bersaing saat bertemu pemain top dunia, sementara ganda campuran, meski selalu menyumbang kemenangan dalam empat pertandingan, belum bertemu pasangan top di Dubai. Saat melawan Korea Selatan, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari batal bertemu Kang Min-hyuk/Lee Yu-lim karena Indonesia kalah lebih dulu dalam tiga partai.
Dengan hasil ini, Tim ”Merah Putih” tidak pernah menjuarai ajang yang digelar dua tahunan sejak 2017 ini. Hasil terbaik adalah ketika mencapai semifinal di Hong Kong 2019. Adapun pada 2021, kejuaraan yang seharusnya berlangsung di Wuhan, China, dibatalkan karena pandemi Covid-19.
Tahun ini, persaingan di Dubai menjadi kualifikasi Piala Sudirman yang akan berlangsung di Suzhou, China, 14-21 Mei. Zona Asia mendapat kuota empat tiket, di luar juara bertahan dan/atau tuan rumah. Itu artinya tim harus mencapai semifinal agar bisa lolos ke Suzhou. Kuota lain, untuk memenuhi 16 tim peserta Piala Sudirman, diberikan pada Eropa (4), Afrika (1), Oseania (1), Pan Amerika (1), dan tim berdasarkan peringkat terbaik (4).
Indonesia gagal menjadi semifinalis, tetapi tetap lolos ke Piala Sudirman karena memiliki peringkat dunia secara tim yang cukup tinggi, yaitu keempat dunia. Jika posisi China dikesampingkan dari ranking teratas, karena berstatus tuan rumah sekaligus juara bertahan, posisi Indonesia naik ke urutan ketiga. Meski demikian, banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan agar bisa menjuarai Piala Sudirman yang belum pernah dilakukan Indonesia sejak penyelenggaraan pertama pada 1989 di Jakarta.
Becermin pada kekalahan dari Korea Selatan, Indonesia kesulitan ketika ganda putra tak dapat menyumbangkan kemenangan. Padahal, nomor ini menjadi sektor ”wajib” menang bagi Merah Putih.
Ganda putra peringkat teratas dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, bermain pada partai ketiga setelah kedua tim berbagi kemenangan, 1-1. Indonesia meraih kemenangan terlebih dulu melalui Chico Aura Dwi Wardoyo yang menang atas Lee Yun-gyu dengan skor 21-17, 21-16. Setelah itu, Korea Selatan menyamakan kedudukan melalui Kim Ga-eun yang mengalahkan Putri Kusuma Wardani, 21-17, 14-21, 12-21.
Status ganda putra nomor satu dunia dengan dominasi mereka pada 2022 membuat Fajar/Rian sangat diharapkan membawa Indonesia unggul. Namun, mereka kalah dari Kim Won-ho/Na Sung-seung 21-16, 13-21, 16-21. Fajar/Rian kesulitan menembus pertahanan rapat pasangan dadakan itu.
Meski pasangan dadakan, kualitas permainan mereka secara individu sangat bagus. Serangan kami sulit tembus karena pertahanan mereka solid.
”Meski pasangan dadakan, kualitas permainan mereka secara individu sangat bagus. Serangan kami sulit tembus karena pertahanan mereka solid. Kami minta maaf tidak bisa menyumbang poin bagi Indonesia, padahal kami sangat diharapkan menang,” tutur Fajar.
Selain memiliki pertahanan tangguh, Rian menilai, lawan bisa bermain tanpa beban justru karena status mereka sebagai pasangan dadakan. Mereka juga kian percaya diri pada gim ketiga.
Tertinggal 1-2, Indonesia berharap pada kemenangan ganda putri dan campuran, seperti ketika menang 3-2 atas Thailand pada penyisihan Grup C. Saat itu, Indonesia tertinggal 0-2 karena kekalahan Anthony Sinisuka Ginting dan Gregoria Mariska Tunjung, tetapi berbalik menang melalui tiga nomor ganda.
Ini bisa dimaklumi karena kekuatan ganda putra dan campuran Thailand berada di bawah Indonesia. Ganda putri, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, pun sedikit di atas ganda putri Thailand peringkat ke-10 dunia, Benyapa/Nuntakarn Aimsaard.
Namun, situasi melawan Korea Selatan berbeda. Setelah Fajar/Rian kalah, Apriyani/Fadia harus berhadapan dengan pasangan dengan kualitas individu yang lebih baik, Le So-hee/Baek Ha-na. Apriyani/Fadia pun kalah 14-21, 9-21.
”Kami mohon maaf belum bisa memberikan hasil terbaik. Tentu, saya dan Fadia kecewa. Kami gagal bermain baik dan menang. Kegagalan ini harus menjadi bahan evaluasi untuk menghadapi Piala Sudirman nanti. Kami pun merasa masih banyak hal yang harus diperbaiki,” kata Apriyani.
Minta maaf
Kekalahan pada perempat final terasa lebih menyesakkan karena Indonesia menurunkan kekuatan terbaik di Dubai. PP PBSI mendaftarkan pemain terbaik pada setiap nomor, yaitu Anthony, Gregoria, Fajar/Rian, Apriyani/Fadia, dan Rinov/Pitha.
Hanya ada tiga tim kuat yang melakukan hal yang sama, yaitu Indonesia, India, dan Malaysia. Adapun tim elite lain, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Taiwan menurunkan gabungan pemain pelapis dan pemain utama atau dengan hanya mengandalkan pemain pelapis.
Tantangan untuk Piala Sudirman akan makin sulit karena setiap tim dipastikan akan menurunkan pemain terbaik. Persaingan, juga, akan ditambah tim kuat dari Eropa, yaitu Denmark, Inggris, Jerman, dan Perancis, yang tak dapat dianggap remeh.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky pun meminta maaf atas hasil di Dubai. ”Kami mohon maaf belum bisa memberikan prestasi seperti harapan masyarakat Indonesia. Performa masing-masing atlet belum mencapai yang terbaik. Pelajaran pahit ini harus kita terima dan menjadi bahan evaluasi agar tidak gagal lagi di Piala Sudirman,” katanya.