Apakah Tim Muda seperti Arsenal Tidak Ditakdirkan Juara?
Ungkapan ”Anda tidak bisa memenangi apa pun dengan anak-anak” bisa jadi relevan untuk Arsenal, tim termuda di Liga Inggris yang sedang dilanda tren buruk. Namun, terlalu dini memvonis mereka bakal berakhir antiklimaks.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Dunia Arsenal berbalik begitu cepat. Akhir Januari lalu, mereka sempat difavoritkan menjuarai Liga Inggris musim ini. Namun, setelah tiga laga di Februari berlalu, ”Si Meriam” sudah kehilangan posisi puncak klasemen, juga tidak lagi diunggulkan dalam perebutan gelar juara dengan Manchester City.
Nihil kemenangan dalam tiga laga terakhir menipiskan kans juara Arsenal. Tim asuhan Mikel Arteta itu hanya meraup satu poin dalam rentetan pertandingan versus Everton, Brentford, dan Manchester City. Puncaknya, mereka kalah 1-3 dari City di Stadion Emirates, Kamis (16/2/2023).
City, tim juara bertahan, mengudeta puncak klasemen dengan poin sama seperti Arsenal (51 poin), tetapi unggul dalam selisih gol. Adapun Arsenal, yang masih memiliki satu laga dalam genggaman, kehilangan posisi teratas untuk pertama kali sejak November 2022.
Menurut prediksi superkomputer Opta, kans City mempertahankan gelar naik signifikan jadi 66 persen, sementara peluang Arsenal juara tinggal 32,2 persen. Padahal, sebelum laga Kamis lalu, Si Meriam masih lebih diunggulkan atas City dalam perburuan gelar, 48,9 persen-48,89 persen.
Thierry Henry, legenda hidup Arsenal, berkata, saat ini menjadi momen paling menentukan untuk Si Meriam. ”Karena sekarang semua akan menjadi sangat sulit. Apakah mereka bisa kembali tenang? Selain City, Manchester United juga datang dari belakang,” ujarnya kepada Sky Sports.
Ungkapan terkenal ”Anda tidak bisa memenangi apa pun dengan anak-anak” dari mantan pemain Liverpool, Alan Hansen, pun menjadi relevan. Arsenal memulai musim ini dengan rerata usia skuad termuda, yaitu 24,2 tahun. Mereka juga dipimpin manajer termuda, Arteta (40). Dua kombinasi itu membuat mereka selalu diragukan soal mentalitas juara.
Arsenal saat ini lebih mirip dengan Chelsea pada musim 2004-2005. Ketika itu, Chelsea memulai musim dengan rerata skuad berusia 24,9 tahun.
Sudah 28 tahun sejak Hansen mengucapkan kalimat tersebut. Dia merujuk kepada tim muda MU yang sedang berlari mengejar trofi liga musim 1995-1996. Ketika itu, mereka diperkuat lulusan akademi ”Kelas 92”, di antaranya adalah Gary Neville (20) dan David Beckham (20).
”Setan Merah”, julukan MU, pada akhirnya juara pada musim itu. Ucapan Hansen pun hanya menjadi lelucon. Mereka juara dengan total 6 pemain di bawah 23 tahun yang tampil lebih dari 10 pertandingan liga. Menurut Sky Sports, jumlah itu merupakan yang terbanyak dalam sejarah Liga Primer Inggris.
Rerata usia skuad MU dengan pemain yang tampil lebih dari 10 kali adalah sekitar 26 tahun 137 hari. Sejak itu, hanya Chelsea pada musim 2004-2005 yang mencatat rerata usia lebih muda, yaitu 25 tahun 312 hari. Hal itu memperlihatkan musim-musim itu hanyalah sebuah anomali.
Gary Neville pun akhirnya mengaku sepakat dengan ucapan Hansen. ”Anda memang tidak bisa menang dengan anak-anak. Kelas 92 tidak memenangi gelar. Kami ketika itu punya pemain kelas dunia, seperti Roy Keane, Eric Cantona, dan Peter Schemichel,” ucapnya dalam siniar The Gary Neville.
Situasi MU saat itu berbeda dengan Arsenal musim ini. Si Meriam ditopang oleh para pemain muda. Lihat saja empat pemain di lini serang mereka ketika bertemu City. Semuanya di bawah 25 tahun. Mereka adalah Eddie Nketiah (23), Bukayo Saka (21), Gabriel Martinelli (21), dan Martin Odegaard (24). Adapun tiga di antaranya adalah penyumbang gol terbanyak tim itu musim ini.
Mirip Chelsea
Arsenal saat ini lebih mirip dengan Chelsea pada musim 2004-2005. Ketika itu, Chelsea memulai musim dengan rerata skuad berusia 24,9 tahun. Mereka juga dilatih manajer termuda saat itu, Jose Mourinho (42). Adapun ”Si Biru”, julukan Chelsea, juara dengan fondasi pemain tidak lebih dari 26 tahun, seperti Frank Lampard (26), Joe Cole (22), dan Arjen Robben (20).
Kasus Chelsea, yang mungkin hanya terjadi satu atau dua dekade sekali, memberikan asa terhadap Arsenal. Tim muda ternyata bisa berbicara juga meskipun butuh momen dan bakat spesial. Tentu saja perjalanan Arsenal akan lebih sulit karena Liga Inggris kini jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan era 2000-an.
Jika melihat jadwal hingga akhir musim, Arsenal lebih diuntungkan ketimbang City dan MU. Manajer City Josep Guardiola sudah mengatakan, prioritas utama mereka adalah Liga Champions Eropa. Sementara MU masih berlaga dalam empat kompetisi sekaligus. Adapun Arsenal hanya fokus di Liga Inggris dan Liga Europa.
”Hal terpenting bagi Arsenal saat ini adalah tidak panik. Saya percaya Arsenal punya kesempatan besar menjuarai musim ini, terutama jika City memutuskan untuk fokus bertarung di Liga Champions,” kata pengamat sekaligus mantan pemain Liga Inggris, Jamie Carragher.
Sejauh yang saya lihat, kami berjalan di arah yang tepat dengan permainan yang sudah kami tunjukkan.
Sebelum berpikir jauh untuk juara, Arsenal harus kembali ke jalur kemenangan terlebih dulu. Mereka sudah dinanti Aston Villa di Stadion Villa Park, Sabtu pukul 19.30 WIB. Mereka akan menghadapi mantan manajernya, Unai Emery, dan kiper Emiliano Martinez.
Skuad Arsenal, sebagai tim termuda, selalu bergantung terhadap momentum dan tren penampilan. Musim lalu, misalnya, mereka bisa menang lima kali beruntun setelah tiga kali kalah beruntun. Seusai kemenangan beruntun, mereka kalah lagi dua berturut-turut. Belajar dari itu, Si Meriam hanya butuh satu kemenangan untuk kembali bangkit.
”Kami ingin meraih poin maksimal dalam tiga laga terakhir, tetapi tidak berhasil. Sekarang, kami harus melihat diri sendiri, lalu mengambil kesempatan yang ada di depan mata. Sejauh yang saya lihat, kami berjalan di arah yang tepat dengan permainan yang sudah kami tunjukkan,” ujar Arteta.
Lalu, apakah tim muda seperti Arsenal memang tidak ditakdirkan untuk juara? Pertanyaan itu masih terlalu dini. Liga Inggris masih menyisakan belasan pertandingan. Jawabannya baru akan terungkap pada akhir musim nanti. (AP/REUTERS)