Erick Thohir Terpilih, Tonggak Besar Reformasi Sepak Bola
PSSI memasuki era baru bersama Erick Thohir. Dengan rekam jejaknya yang mentereng, Erick punya bekal membenahi sepak bola Indonesia yang selama ini sarat persoalan nan kompleks.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, MAWAR KUSUMA WULAN
·5 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) memberikan pernyataan pers seusai terpilih sebagai Ketua Umum PSSI periode 2023-2027 dalam pemungutan suara pada Kongres Luar Biasa PSSI di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Terpilihnya Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia periode 2023-2027 menjawab keinginan publik terkait perbaikan sepak bola nasional. Ia dinilai punya modal awal untuk mewujudkan cita-cita reformasi di tubuh PSSI.
Mantan presiden klub sepak bola Italia, Inter Milan, itu unggul dari para pesaingnya dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Kamis (16/2/2023), di Jakarta. Erick unggul atas tiga pesaingnya, yaitu La Nyalla Mattalitti, Doni Setiabudi, dan Arif Putra Wicaksono. Erick mengoleksi 64 suara, sedangkan La Nyalla 22 suara. Adapun Doni dan Arif tidak mendulang satu pun dukungan dari 86 pemilik suara.
Untuk membenahi sepak bola nasional, Erick akan didukung sosok-sosok yang selama ini mendukung visinya memimpin PSSI. Ia akan dibantu dua wakilnya, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dan Ratu Tisha Destria, mantan Sekretaris Jenderal PSSI.
Erick juga didukung mayoritas wajah baru yang akan mengisi posisi anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI. Mereka adalah Muhammad, Eko Setyawan, Rudi Julianto, Arya Mahendra Sinulingga, Khairul Anwar, dan Sumardji.
Eko Noer Kristiyanto, pengamat hukum olahraga, menilai, Erick punya tiga modal penting yang tidak dimiliki Ketua Umum PSSI terdahulu, yakni kemampuan manajerial yang unggul, kekuatan materi, serta dukungan politis yang kuat. ”Kekuatan politis memang terasa di KLB kali ini, tetapi itu dilakukan konstitusional. PSSI periode 2023-2027 memiliki roh pemerintah yang bisa menjadi bekal untuk mewujudkan ambisi bersama membenahi sepak bola nasional,” ujar Eko.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ketua Umum PSSI periode 2024-2027 Erick Thohir (kanan depan) mengibarkan bendera PSSI yang diberikan Ketua Umum PSSI periode 2019-2023 Mochamad Iriawan saat serah terima jabatan seusai Kongres Luar Biasa PSSI di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
CEO Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) Hardika Aji berharap Erick bisa mengimplementasikan pengalamannya di dunia industri olahraga ke sepak bola nasional. Ia berharap Erick bisa lebih aktif melibatkan pemangku kepentingan sepak bola, termasuk pemain, dalam pengambilan keputusan strategis.
Harapan terjadinya reformasi menyeluruh sepak bola nasional, dengan terpilihnya Erick sebagai nakhoda PSSI, juga disampaikan Presiden Joko Widodo. ”Kami harapkan, dengan ketua umum yang baru nanti, terjadi reformasi total sepak bola Indonesia. Ini harapan dari kita sehingga persepakbolaan kita menjadi hidup dan paling tidak di ASEAN, step (langkah) pertama bisa kita pegang (raih prestasi). Asia step yang kedua. Harapan pemerintah itu saja,” kata Presiden ditemui terpisah.
Jokowi lalu menegaskan, pemerintah tidak ikut campur tangan dalam proses pemilihan di KLB PSSI. ”Pemerintah tidak ikut-ikutan di sana, sesuai dengan statuta (PSSI),” ujarnya.
Menjawab harapan itu, Erick pun menegaskan komitmennya menghasilkan perubahan untuk sepak bola nasional. ”Belumlah ada kemenangan siang ini. Kemenangan adalah ketika timnas berprestasi di tingkat dunia, suporter aman menonton tim kesayangan, kualitas wasit dan pelatih meningkat, lalu PSSI bisa dikelola terbuka dan profesional,” ucapnya kepada para jurnalis seusai terpilih.
Untuk menghadirkan masa depan sepak bola lebih baik, Erick menegaskan, dirinya perlu mendapat dukungan dari seluruh elemen sepak bola Indonesia. Tidak hanya pengurus PSSI, tetapi juga pemerintah, masyarakat Indonesia, pemain, pelatih, wasit, dan pemangku kepentingan lainnya.
”Dalam dua minggu ke depan, saya akan mengadakan sarasehan sepak bola. Kita buat per kelompok untuk Liga 1, Liga 2, Liga 3, tim nasional, perwasitan, kepelatihan, futsal, dan sepak bola putri. Di situ, saya akan melempar garis besar visi misi yang akan disepakati bersama untuk pembenahan di seluruh sektor,” ujar Erick.
Ia juga berencana mendorong perubahan Statuta PSSI yang diharapkan menjadi fondasi transformasi sepak bola Indonesia. Salah satu perubahan yang diinginkan Erick adalah menambah jumlah keterwakilan perempuan di sepak bola, yaitu mencapai 20 hingga 25 persen. Ia bertekad di masa kepemimpinannya perempuan lebih aktif di sepak bola, misalnya kehadiran wasit putri di kompetisi profesional.
”Kita coba membuat transformasi sepak bola yang benar-benar punya fondasi. Bukan hanya ada mimpi, cita-cita, dan tujuan,” katanya.
La Nyalla, rival Erick yang juga Ketua Dewan Perwakilan Daerah, tidak ketinggalan memberikan dukungan penuh kepada Erick untuk melanjutkan estafet kepemimpinan di PSSI. La Nyalla mendukung langkah Erick yang memulai pembenahan di internal dengan menghadirkan mayoritas wajah baru yang memiliki semangat dan kemauan untuk memberikan PSSI masa depan lebih baik.
Keputusan (mundur) ini saya ambil karena saya merasa tidak lebih baik dari pak Zainudin Amali. Saya yakin, di tangan Pak Erick, Pak Zainudin, dan Bu Tisha, sepak bola Indonesia semakin luar biasa.
Meskipun demikian, masih ada sejumlah wajah lama yang kembali terpilih sebagai anggota Exco. Mereka adalah Endri Erawan, Juni Rahman, Vivin Cahyani, Hasnuryadi Sulaiman, Pieter Tanuri, dan Ahmad Riyadh. ”Penting bagi Mas Erick didukung pengurus baru. Saya pasti akan membantu jika diminta,” ucap La Nyalla.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali (kiri) dan Ketua Umum PSSI 2029-2023 Mochamad Iriawan membuka secara resmi Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Sempat memanas
Berbeda dengan pemilihan ketua umum yang berjalan kondusif, persaingan sengit nan panas sempat terjadi pada proses pemilihan wakil ketua umum. Pemilihan dua wakil untuk mendampingi Erick sempat diulang karena hadirnya protes dari para pemilik suara akibat dugaan ketidakcermatan Komite Pemilihan PSSI melakukan penghitungan suara.
Awalnya, Zainudin unggul dengan 66 suara, sedangkan Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi mengoleksi 63 suara. Adapun Tisha mendulang 41 suara dan Sadikin Aksa 1 suara.
Erick mengungkapkan, setelah mendapat rekomendasi dari utusan FIFA, Komite Pemilihan PSSI dan pemilik suara sepakat mengulang pemungutan suara calon wakil ketua umum. Seusai pemilihan ulang, Tisha mengoleksi suara terbanyak dengan 54 suara, Yunus Nusi meraih 53 suara, Zainudin 44 suara, dan Doni Setiabudi 1 suara.
Namun, sebelum pengesahan hasil pemilihan wakil ketua umum, Yunus mengundurkan diri. Maka, Zainudin lantas menggantikannya. ”Saya mohon maaf kepada pemilik suara. Keputusan (mundur) ini saya ambil karena saya merasa tidak lebih baik dari pak Zainudin Amali. Saya yakin, di tangan Pak Erick, Pak Zainudin, dan Bu Tisha, sepak bola Indonesia semakin luar biasa,” kata Yunus terkait pengunduran dirinya.
Terkait dinamika dalam pemilihan wakil ketua umum itu, Eko Noer menilai hal itu menunjukkan besarnya komitmen pemilik suara untuk menghadirkan pengurus PSSI yang sesuai dengan aturan konstitusi yang berlaku. Komitmen itu juga ditunjukkan dengan adanya pengawasan langsung dari perwakilan FIFA dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Mochamad Iriawan, Ketua Umum PSSI sebelumnya, bersyukur KLB PSSI telah selesai. Menurut dia, PSSI sudah berada di tangan yang tepat. ”Semoga dengan terpilihnya Pak Erick sebagai Ketua Umum PSSI yang baru, sepak bola kita kian baik,” ujarnya.