Gagasan untuk memperbaiki liga menjadi janji utama empat ketua umum PSSI 2023-2027. Tidak hanya meningkatkan kualitas laga, mereka juga ingin melepas jebakan masalah finansial klub profesional.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, ADRIAN FAJRIANSYAH, I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Empat calon ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia periode 2023-2027 telah memanfaatkan waktu 10 hari terakhir untuk menyampaikan gagasan dan program kerja mereka. Hal itu dilakukan dengan berkeliling ke sejumlah daerah untuk bertemu 87 pemilik suara, hingga berbicara di ruang publik.
Meskipun berasal dari latar belakang dan pengalaman berbeda dalam sepak bola, keempat sosok itu memiliki benang merah yang sama dalam program utama jika diberi amanah memimpin PSSI. Mereka berkomitmen untuk membenahi pelaksanaan liga, yang menjadi candradimuka bagi kehadiran pemain tim nasional dan wajah bagi sepak bola nasional.
Tak bisa dimungkiri, pengurus PSSI periode 2019-2023 gagal menjalankan kompetisi profesional secara berkesinambungan. Pasalnya, PSSI di bawah kendali Mochamad Iriawan hanya bisa merampungkan satu musim kompetisi pada edisi 2021-2022.
Pandemi Covid-19 hingga Tragedi Kanjuruhan menjadi penghambat pelaksanaan liga yang konsisten. Situasi itu amat memengaruhi nasib ribuan pemain, pelatih, dan staf klub yang menggantungkan mata pencariannya dari sepak bola.
Kondisi itu menjadi salah satu motivasi Ketua Dewan Perwakilan Daerah La Nyalla M Mattalitti untuk kembali mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI. Sebelumnya, La Nyalla sempat menjadi orang nomor satu di PSSI pada periode 2015-2016.
Untuk bisa meraih kemenangan kedua pada pertarungan kursi ketua umum PSSI pada Kongres Luar Biasa 2023, Kamis (16/2/2023) ini, La Nyalla menyiapkan tiga komponen program utama untuk kompetisi, yaitu penguatan klub, profesionalisme pengelolaan liga, dan industri sepak bola.
”Jika ketiga komponen itu berjalan dengan baik, bisa dipastikan klub akan menjadi profesional seutuhnya, lalu tentu menjadikan industri sepak bola berjalan dengan baik dan menarik minat banyak sponsor,” ujar La Nyalla kepada Kompas, akhir pekan lalu.
Dia juga berencana menaikkan nilai pasar Liga 2 dan Liga 3 yang selama ini dianaktirikan. Itu terlihat dari penghentian kompetisi Liga 2 dan 3 musim 2022-2023 setelah Tragedi Kanjuruhan. Sebaliknya, Liga 1 yang salah satu laganya berujung Tragedi Kanjuruhan tetap dilanjutkan.
”Saya juga akan membuat operator baru untuk Liga 2 dan 3 sehingga (dua) kompetisi itu akan lebih tertata rapi dan aspek bisnisnya bisa lebih dikembangkan,” ucapnya.
Memberikan kemandirian kepada Liga 2 dan 3 juga disampaikan calon ketua umum PSSI lainnya, Doni Setiabudi. Perintis kompetisi amatir, Bandung Premier League, itu yakin kompetisi Liga 2 dan 3 punya potensi untuk bisa berjalan secara mandiri.
”Selama ini Liga 2 berjalan berkat subsidi oleh PT Liga Indonesia Baru. Jadi, salah satu cara agar Liga 2 dan 3 berjalan baik harus ada pemisahan operator. Saya yakin dua liga itu memiliki nilai jual selama kompetisinya berjalan secara kompetitif,” kata Doni.
Kesempatan tim Liga 3 bertemu tim Liga 1 bisa terjadi di Piala Indonesia. Hal itu tentu akan memberikan motivasi berbeda bagi pemain di Liga 3 serta menggeliatkan atmosfer kompetisi.
Hal yang nyaris serupa disampaikan Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara itu bertekad memberikan kesempatan yang sama bagi Liga 2 dan 3 agar bisa kembali berjalan di sisa musim ini. Hal itu membuat Erick akan menganulir keputusan rapat Komite Eksekutif PSSI, 12 Januari 2023. Janji itu disampaikan Erick saat mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PSSI, 15 Januari lalu.
Selain itu, Erick juga berkomitmen mengembalikan kompetisi Piala Indonesia, yang terakhir bergulir pada edisi 2018-2019. Kehadiran Piala Indonesia, kata Erick, adalah untuk memperbanyak pertandingan yang membuka kesempatan lebih banyak berkompetisi bagi pemain muda.
”Kesempatan tim Liga 3 bertemu tim Liga 1 bisa terjadi di Piala Indonesia. Hal itu tentu akan memberikan motivasi berbeda bagi pemain di Liga 3 serta menggeliatkan atmosfer kompetisi,” kata Erick, yang pernah menjadi Komisaris Utama Persib Badung pada 2009 hingga 2019.
Kemandirian suporter
Secara terpisah, kandidat ketua umum PSSI, Arif Putra Wicaksono, ingin menggagas kemandirian finansial bagi semua elemen yang terlibat dalam kompetisi, mulai dari suporter hingga klub. Menurut dia, kondisi finansial menjadi masalah utama bagi kompetisi Indonesia seiring kasus tunggakan gaji oleh klub hingga kekurangan dana operator liga untuk menjalankan kompetisi.
Pembangunan kesejahteraan itu dilakukan dari akar rumput alias suporter sepak bola. Arief berjanji menyuntikkan dana kepada kelompok suporter melalui program kredit usaha rakyat (KUR).
Ia ingin kelompok suporter bisa memiliki unit usaha sendiri, seperti cendera mata atau berjualan makanan dan minuman. Kesejahteraan suporter yang lebih baik akan mendorong suporter untuk rutin membeli tiket pertandingan dan atribut klub yang asli sehingga membuat kondisi finansial klub lebih baik.
”Hal itu akan menutup celah mafia yang selama ini beraksi dengan memanfaatkan kondisi finansial klub yang tidak sehat,” kata Arif.
Terkait dengan peningkatan kondisi finansial peserta liga, Doni akan mewajibkan klub memberikan deposit kepada operator kompetisi melalui program bank guarantee. Kebijakan itu menjadi langkah untuk menghindari klub melakukan tunggakan gaji pemain dan pelatih akibat kehabisan dana di tengah kompetisi.
Keempat calon ketua umum itu satu suara terkait dengan teknologi asisten wasit peninjau video (VAR). Mereka berjanji akan menghadirkan VAR di Liga 1 pada masa kepemimpinan mereka. Kehadiran VAR menjadi pencegahan terhadap hadirnya mafia yang selama ini mengatur pertandingan.
Doni, misalnya, menjadikan Bandung Premier League, kompetisi amatir di Bandung, Jawa Barat, menjadi liga sepak bola pertama di Indonesia menggunakan VAR. Dengan pengalaman itu, mantan Manajer AHHA PS Pati di Liga 2 2021-2022 itu optimistis VAR bisa diterapkan di Liga 1. PSSI pun telah mendapatkan sosialisasi VAR dari FIFA pada 2019 lalu.
Benang merah gagasan yang disampaikan empat calon ketua umum ini menumbuhkan harapan untuk kehadiran kompetisi profesional yang lebih baik. Siapa tahu di bawah kendali ketua umum PSSI 2023-2027, Liga Indonesia bisa kembali menembus predikat 10 besar Asia. Mari berharap.