Jawa Timur menjadi salah satu daerah yang melahirkan pemanah-pemanah andal. Wilayah itu telah menjadi juara umum Pekan Olahraga Nasional selama sepuluh kali berturut-turut.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
Siswa sekolah dasar mengasah kemampuan dalam olahraga panahan di lingkungan SD Pembangunan Jaya Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, 30 November 2019. Panahan tengah menjadi salah satu olahraga yang makin digandrungi masyarakat, khususnya di tingkat usia dini.
JAKARTA, KOMPAS — Jawa Timur merupakan wilayah paling potensial bagi pengembangan cabang olahraga panahan. Kiprah para pemanah Jawa Timur mendominasi prestasi di tingkat nasional.
Menurut Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia Antonius Riva, Jawa Timur menguasai cabang olahraga ini ditunjukkan dengan prestasi atlet-atlet Jatim yang telah sepuluh kali menjadi juara umum cabang panahan pada 10 Pekan Olahraga Nasional (PON) terakhir, termasuk pada PON Papua 2021.
”Artinya, kalau PON dilaksanakan setiap empat tahun sekali, Jawa Timur sudah menguasai olahraga ini selama 40 tahun,” ujar Riva saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (10/2/2023).
Selain Jawa Timur, sejumlah daerah turut melahirkan atlet panahan nasional, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Dalam beberapa tahun terakhir, keempat daerah tersebut selalu menyumbang atlet berprestasi.
Meski demikian, sejumlah daerah lain di luar Jawa mulai menunjukkan kemampuan mereka. Beberapa daerah yang mulai diperhitungkan adalah Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Papua, dan Bali.
”Salah satu kunci utamanya adalah menghidupkan iklim kompetisi dan kejuaraan yang sehat, profesional, dan terukur sehingga para atlet di daerah mudah terpacu untuk menjadi atlet terbaik. Bahkan, mereka mampu mencetak prestasi melebihi trio ’Srikandi’ Indonesia,” tutur Riva.
Trio Srikandi yang dimaksud Riva adalah Nurfitriyana, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani. Ketiganya berhasil menyumbangkan medali perak pada nomor recurve beregu putri pada Olimpiade Seoul 1998. Medali pertama Indonesia pada ajang Olimpiade itu memicu pencapaian kontingen Indonesia pada gelaran Olimpiade berikutnya.
Upaya untuk membangkitkan kembali prestasi itu menjadi target utama PB Perpani yang baru, lewat program pembibitan atlet muda pada tahun ini. Mereka bertekad menjamin ekosistem penjaringan dan pembibitan tingkat junior yang berkesinambungan.
”Bagi kami, langkah desentralisasi penjaringan, pembibitan, dan pembinaan atlet-atlet yunior tetap akan dipertahankan,” kata Lilies Handayani, yang menjabat sebagai Kepala Bidang Pembibitan dan Pemassalan.
PB Perpani saat ini tengah fokus menjaga kesinambungan prestasi melalui kesiapan atlet. Inti regenerasi menitikberatkan pada kesinambungan sehingga tak dapat dipatok hanya satu tahun berjalan.
Perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya, organisasi ini terdiri atas komposisi tim yang berbeda-beda. Pada kepengurusan ini, PB berasal dari sejumlah kalangan, seperti akademisi, profesional, dan mantan atlet. Lilies menambahkan, pihaknya akan memanfaatkan digitalisasi dan ilmu olahraga (sport science).
Program pelatnas yunior akan dimulai pada 2024. Hal ini disebabkan seleksi atlet yunior akan dilakukan pada tiga kompetisi yang dilaksanakan tahun ini. Ketiga perhelatan yang dimaksud adalah Kejuaraan Nasional Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) pada Mei, Pekan Olahraga Pelajar pada September, serta Kejuaraan Nasional Yunior.
Serupa dengan cabang olahraga lainnya, panahan berupaya mengejar kuota Olimpiade Paris 2024. PB Perpani telah merencakan berbagai hal guna merebut ”tiket emas” tersebut.
Riva mengatakan, tim nasional panahan akan bersaing mendapatkan tiket Olimpiade 2024 pada sejumlah kejuaraan internasional. Kegiatan terdekat adalah Kejuaraan Dunia Panahan di Berlin, Jerman, pada Agustus 2023. Setelah itu, Indonesia akan beradu kekuatan pada Asian Games 2023 di Hangzhou, China, dan berlanjut pada Kejuaraan Asia.
”Atlet panahan Indonesia harus berada dalam 10 besar ranking Federasi Panahan Dunia, baik untuk disiplin compound maupun recurve,” ujarnya.