Coach "Bendol" kini sudah tidak lagi sakit. Nama almarhum pelatih timnas sepak bola Indonesia itu akan dikenang sebagai sebuah kebanggaan. Jasanya besar bagi sepak bola Indonesia yang kini masih karut-marut.
Oleh
Stephanus Aranditio
·5 menit baca
STEPHANUS ARANDITIO
Sederet medali dan penghargaan dipajang di depan peti jenazah mantan pelatih timnas Indonesia, Benny Dollo, yang disemayamkan di rumah duka di Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (2/2/2023). "Bendol", sapaannya, meninggal dunia pada Rabu (1/2/2022) pukul 20.45 di Rumah Sakit Umum Daerah, Tangerang Selatan. Jenazahnya akan dimakamkan di TPU Pamulang 2, Astanaraga, Tangerang Selatan, Sabtu (4/2/2023) sekitar pukul 12.00 WIB.
JAKARTA, KOMPAS - Kepergian Benny Dollo kepada Sang Kuasa dalam usia 72 tahun, Rabu (1/2/2023) menyisakan kesedihan sekaligus kelegaan bagi dunia sepak bola Indonesia. Coach "Bendol" kini sudah tidak lagi sakit. Semua orang bangga pernah mengenal dan ditempa oleh pelatih timnas Indonesia yang legendaris tersebut.
Suasana rumah duka tempat persemayaman Bendol di Pamulang, Tangerang Selatan, tampak ceria di tengah duka. Meski pakaian serba hitam dan deretan karangan bunga menghiasi rumah itu, keluarga tidak mau larut air mata karena sudah dikuatkan dan meyakini Bendol sudah bahagia di surga. Benny wafat meninggalkan seorang istri dan dua anak, serta dua orang cucu.
Deretan piala dan medali penghargaan dipajang di depan petinya sebagai lambang dedikasi bagi sepak bola nasional. Ada trofi Pelatih Terbaik dari Tabloid BOLA 2006, ada pula Best Manager Serie B 2014, Best Youngest Coach in Serie B 2014, dan Lifetime Achievement Indonesia Soccer Awards APPI 2020.
Tak ketinggalan, benda bersejarah yakni medali juara Divisi Satu Liga Indonesia 2004 serta Copa Indonesia 2005 dan 2006 saat melatih Arema Malang juga diletakkan di depan petinya. "Ini adalah sebuah kebanggaan buat beliau, buat kami, buat kita. Papa pantas buat dibanggakan," kata Jane Dollo, anak kedua Bendol.
Dia menjelaskan, ayahnya meninggal dunia karena berbagai macam riwayat penyakit. Bendol tercatat pernah menjalani operasi tumor usus pada 2016, terpapar Covid-19 pada 2020, setelah itu ada gangguan saraf, kemudian Rabu mengeluh sakit di jantungnya sebelum dilarikan ke RSUD Tangerang Selatan.
"Setelah operasi itu masih bisa ke kamarnya di atas naik tangga, masih bisa jalan keliling komplek. Habis sembuh Covid sudah mulai susah jalan karena parkinson. Kemarin (Rabu) meninggal pukul 20.45 di RSUD Tangsel," ujarnya.
STEPHANUS ARANDITIO
Para pelayat mendoakan jenazah mantan pelatih timnas Indonesia, Benny Dollo, yang disemayamkan di rumah duka di Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (2/2/2023).
Sosok Bendol, yang dikenal disiplin dan keras, untuk kebaikan kepada pemain saat latihan dan pertandingan juga serupa sosok Bendol di rumah. Anaknya mengakui, kedisiplinan itulah yang membuat mereka bisa mandiri dan kuat menghadapi tantangan hidup.
Hal itu pula yang dirasakan rekan seprofesinya, Rahmad Darmawan, ketika mendengar kabar duka dari Benny Dollo. Saat masih bermain, Rahmad pernah dilatih Bendol di skuad Indonesia U-23 pada 1986 sampai 1988. Rahmad ingat betul gaya bicara Bendol tegas, teriak keras, dan meledak-ledak. Namun, ia tetap bertanggung jawab.
"Dia selalu teriak-teriak di pinggir lapangan dengan bahasa-bahasa yang mungkin orang baru pasti akan kaget karena memang dia selalu bicara keras," kata Rahmad.
Begitu pun saat Rahmad pensiun dan menjadi pelatih. Mereka tidak pernah terlibat perselisihan di pinggir lapangan. Mereka saling beradu taktik secara sportif. "Ketika timnya kalah, dia selalu datang ke saya untuk kasih selamat. Sebaliknya, saya juga respek ke beliau," tuturnya.
KOMPAS/HASANUDDIN ASSEGAFF
Benny Dollo, pelatih timnas PSSI untuk SEA Games XVII di Singapura, saat menyertai latihan fisik para pemain di kompleks Krakatau Beach Resort, Pantai Carita, Pandeglang, Banten, Sabtu 15 Mei 1993.
Tak hanya pemain lokal, legiun asing, Franco Martin Hita Gonzalez alias Franco Hita, juga tidak akan pernah melupakan tamparan keras Bendol di ruang ganti saat mereka membela Arema Malang. Tamparan itu yang membuat penyerang asal Argentina itu bersinar di kompetisi tertinggi di Indonesia.
Kejadian itu terjadi saat Arema menjamu Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan pada 2005, tahun pertamanya membela "Singo Edan". Hita mengaku sempat emosi dan ingin melawan balik, tetapi dia merasa tamparan itu seperti tamparan sayang ayah yang sedang mendidik anaknya.
"Saya tidak akan pernah melupakan momen itu. Saat itu, kami belum berteman. Saya tidak pernah dipukul ayah saya, tetapi dia memukul saya. Namun, saya tetap respek karena saya tahu orangnya dan kami juara di tahun itu," kata Hita, saat dihubungi, Kamis (2/2/2023).
Selama karier saya, almarhum adalah pelatih paling keras dan disiplin di Indonesia. Kalo tidak kuat mental, habis sama dia. Almarhum sangat pandai memotivasi pemain untuk tampil maksimal. (Ponaryo Astaman)
Setelah itu, Hita membuktikan ke Bendol ia mampu membawa Arema menjuarai Piala Indonesia 2005 dan 2006. Hita didatangkan Arema dari Persita Tangerang pada 2005 sesuai keingginan Bendol untuk menggantikan Junior Lima Filho yang saat itu "mandul".
Sempat menjadi transfer yang diragukan Aremania, Hita berhasil membuktikan bahwa ia pantas menjadi legenda "Singo Edan". Total 22 gol dibubuhkannya dari 44 laga membela Arema pada 2005-2006.
"Dia pelatih kasar, tetapi seperti ayah sendiri. Kami semua seperti anak dia. Dia kasih contoh kita bukan sekadar sepak bola, tetapi keluarga. Semua orang panggil dia om Benny, tapi dia adalah ayah," ucapnya.
"Dia memilih saya, dia mempercayai saya, dia mengajari saya. Dia mengeluarkan yang terbaik untuk saya. Terima kasih banyak om Benny, salam surga," kata Hita.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Benny Dollo saat melatih Persita Tangerang.
Ketegasan dan kedisiplinan pelatih kelahiran Manado, 22 September 1950, itu turut membentuk sejumlah pemain sepak bola nasional menjadi pemain yang berkarakter seperti Ponaryo Astaman dan Ferry Rotinsulu. Tidak semua pemain bisa menerima gaya melatihnya. Dia tidak mudah mengapresiasi pemain, meski sudah bermain baik di lapangan.
"Selama karier saya, almarhum adalah pelatih paling keras dan disiplin di Indonesia. Kalo tidak kuat mental, habis sama dia. Almarhum sangat pandai memotivasi pemain untuk tampil maksimal. Duka mendalam untuk almarhum om Bendol," kata Ponaryo.
Hal serupa juga dirasakan oleh kiper timnas Indonesia, Ferry Rotinsulu. Kiper asal Palu, Sulawesi Tengah, itu menilai, Benny salah satu pelatih yang berjasa untuk kariernya. "Saya sempat kaget dengar berita semalam ternyata om Bendol meninggal. Beliau orangnya sangat tegas ketika di lapangan dan melatih. Saya sempat merasakan didikannya saat di timnas," kata Ferry.
Tak heran, Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) memberikannya penghargaan "Prestasi Seumur Hidup" pada 2020 silam. Dia adalah orang yang berjasa besar untuk dunia sepak bola Indonesia.
STEPHANUS ARANDITIO
Deretan karangan bunga untuk jenazah mantan pelatih Timnas Indonesia, Benny Dollo yang disemayamkan di rumah duka di Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (2/2/2023).
Sebelum Arema, Pelita Jaya juga pernah menjadi tim yang menakutkan di kepemimpinan Benny. Tercatat, Pelita Jaya menjadi runner-up Galatama dan Piala Galatama pada 1987 dan 1988; juara Galatama pada 1989, 1990, dan 1993. Setelah itu, Persita Tangerang juga pernah dibawanya menjadi runner-up Liga Indonesia 2002.
Sederet prestasi di klub tersebut membuat Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) memanggil dirinya untuk mengabdi di timnas Indonesia. Dia dipercaya mengarsiteki timnas sebanyak tiga kali, yakni pada 2000-2001 dan 2008-2010, serta pada 2015 (pelatih sementara setelah ditinggal Alfred Riedl).
Meski hanya mampu membawa Indonesia menjuarai Piala Kemerdekaan 2008 karena Libya mengundurkan diri pada laga final, Benny tetaplah sosok yang berjasa besar bagi sepak bola nasional. Trofi itu adalah piala terakhir yang pernah diraih tim Garuda.
Sejumlah klub besar juga pernah menggunakan jasanya, seperti Persija Jakarta (2009-2010, 2013-2014), Mitra Kukar (2010-2011), hingga terakhir Sriwijaya FC (2014-2016). Rencananya, Bendol akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Pondok Benda, Tangerang Selatan pada Sabtu (4/2) pukul 12.00. Sejumlah pemain dikabarkan akan hadir dari berbagai daerah untuk memberikan penghormatan terakhir. Selamat jalan Coach Bendol!.