Tesis Mitoma tentang dribel bola di univesitas bukan sekadar teori. Ilmu dari penelitian itu menjadikannya ahli dribel paling bersinar saat ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Kaoru Mitoma (25), penyerang sayap Brighton and Hove Albion, adalah seorang jenius dalam olah bola. Dia hanya perlu bola di kakinya selama beberapa detik untuk mengubah takdir di lapangan. Stadion Amex, markas Brighton, menjadi saksi kejeniusannya dalam laga putaran keempat Piala FA, Minggu (29/1/2023).
Laga Brighton versus juara bertahan Liverpool seperti akan berakhir imbang 1-1 pada menit ke-90, sebelum injury time. Jika itu terjadi, penentuan pemenang akan berlangsung dalam laga ulangan di markas Liverpool, yaitu Stadion Anfield.
Mitoma mengubah nasib itu dalam satu kedipan mata. Dia mencetak gol kemenangan Brighton saat injury time berlangsung satu menit. Di tengah kepungan pemain Liverpool di kotak penalti, dia hanya butuh tiga sentuhan untuk menerbangkan “Si Burung Camar”, julukan Brighton.
Sang penyerang asal Jepang mengontrol bola dari umpan silang Pervis Estupinan dengan sempurna. Mitoma sempat ingin langsung menendang. Namun, dia justru mengangkat bola untuk mengecoh bek lawan, Joe Gomez. Setelah itu, dia baru menembak sekuat tenaga sebelum bola terjatuh ke tanah.
Saat Mitoma dan rekan-rekan berpesta, para pemain Liverpool tertunduk. Untuk ketiga kali beruntun, menurut Opta, tim juara bertahan tersingkir pada putaran keempat. Liverpool meneruskan tradisi buruk yang dimulai oleh Arsenal (2020-2021) dan Leicester City (2021-2022).
“Ini adalah momen terbaik saya sejauh ini, sejak bergabung di tim ini. Gol hebat dan akhir yang sangat baik. Skema tendangan bebas itu (proses awal gol) sudah kami latih berkali-kali. Gol tidak lepas dari umpan hebat dari Pervis,” ucap Mitoma yang baru berseragam Brighton pada musim panas lalu.
Mitoma tidak hanya menyumbang gol kemenangan. Dia sukses mengacak-acak sisi kanan Liverpool yang ditempati bek sayap Trent Alexander-Arnold. Alexader-Arnold yang dikenal lemah dalam bertahan sampai harus ditarik keluar saat laga belum genap satu jam.
Secara total, Mitoma berhasil enam kali menggocek lawan atau yang terbanyak di antara pemain lain. Lewat aksi dribel dinamis, dia mampu menciptakan satu peluang besar untuk rekannya dan memancing dua pelanggaran. Penyerang Liverpool Mohamed Salah yang terkenal piawai dalam olah bola, bagai tenggelam di antara aksi memukau Mitoma.
Saya belajar, pemain yang jago dribel tidak melihat bola. Mereka memandang ke depan, lalu menjaga bola tetap di kaki. Itulah perbedaannya.
Manajer Liverpool Juergen Klopp hanya bisa memuji Mitoma pada akhir laga. “Mitoma sangatlah bagus, pastinya. Dia begitu tangguh, meskipun seharusnya kami bisa bertahan lebih baik untuk tidak kemasukan. Trent kesulitan karena tidak mendapatkan dukungan yang cukup,” katanya.
Doktor dribel
Liverpool hanyalah satu dari banyak korban aksi Mitoma belakangan ini. Dia tidak terhentikan, terutama setelah pulang dari Piala Dunia Qatar 2022. Pemain energik itu telah menciptakan 6 gol dan 2 asis dalam 11 laga terakhir. Pengaruhnya konsisten di setiap pertandingan.
“Bagus untuk bisa memilikinya di sisi kami. Saya bahagia karena tidak perlu berlari mengejarnya. Dia adalah pemain top yang seperti datang entah dari mana. Semoga kami bisa terus menjaganya untuk tetap bersama di tim ini,” kata bek Brighton Lewis Dunk.
Pada musim pertamanya di tanah Inggris, Mitoma sudah dijuluki sebagai “doktor dribel”. Julukan merujuk keahlian istimewa sang pemain dalam dribel. Selain itu, dia memang lebih mengetahui tentang olah bola dari pemain lain karena pernah mempelajari di bangku kuliah.
Mitoma tidak langsung terjun ke level profesional setelah 8 tahun berguru di akademi klub Jepang Kawasaki Frontale. Dia menolak kontrak profesional pada 19 tahun karena merasa belum kompetitif dari sisi fisik. Dia memilih masuk ke jurusan ilmu olahraga Univesitas Tsukuba, sambil berkompetisi di sepak bola level universitas.
Dalam masa belajar itu, Mitoma menulis sebuah tesis tentang dribel. “Itu adalah bahasan paling mudah karena saya cinta sepak bola dan sangat suka dribel. Selama itu, saya menganalisis rekan yang jago dribel dan tidak. Lalu mencari tahu alasannya,” ujarnya seperti dikutip The Athletic.
“Saya menaruh kamera di atas kepala para pemain untuk mempelajari ke mana arah pandangan mereka. Juga, bagaimana respons pemain bertahan. Saya belajar, pemain yang jago dribel tidak melihat bola. Mereka memandang ke depan, lalu menjaga bola tetap di kaki. Itulah perbedaannya,” lanjutnya.
Ilmu dari tesis itulah yang dibawa Mitoma ke persaingan di Inggris musim ini. Dia tahu kapan harus menahan atau mendorong bola. Pemain bernomor punggung 22 itu juga bisa menyesuaikan posisi dribel sesuai dengan pergerakan lawan. Berbekal ilmu, dia sudah unggul beberapa langkah dari para pemain lain.
Sensasi Mitoma pun menjadi alasan terbesar bagi manajer Brighton Roberto de Zerbi untuk tetap positif. Adapun skuad “Si Burung Camar” dilanda eksodus pemain pada jendela transfer musim dingin. Setelah kehilangan penyerang Leandro Trossard, gelandang berbakat Moises Caicedo juga berpotensi hengkang. (AP/REUTERS)