Liga 2 Terhenti, APPI dan Klub Mengadu ke FIFPro dan FIFA
FIFPro, organisasi induk pesepak bola profesional dunia, menaruh perhatian khusus terkait masalah dihentikannya Liga 2 Indonesia. Masalah yang berdampak luas itu juga telah diadukan pihak klub ke FIFA.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia atau APPI terus berupaya memperjuangkan nasib ratusan pemain yang terkatung-katung menyusul dihentikannya Liga 2 dan 3. Kasus itu kini telah menyita perhatian Federasi Asosiasi Pesepak Bola Profesional Internasional (FIFPro).
Menyusul laporan itu, FIFPro mendesak Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk turun tangan membantu mengatasi masalah itu, khususnya terkait nasib para pemain yang kini tak jelas.
”Dalam rapat bersama FIFPro, beberapa hari lalu, kami menyampaikan permasalahan itu (penghentian Liga 2 dan 3). Mereka langsung menanggapinya dengan menyurati FIFA dan AFC agar turut membantu penyelesaiannya. Mereka kini mungkin masih mendalami persoalan itu. Yang jelas, kalau berlarut-larut, masalah ini bisa berpotensi konflik di masa depan,” ujar CEO APPI Mohamad Hardika Aji seusai rapat pertemuan dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali serta perwakilan klub Liga 2 di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (30/1/2023).
Aji mengatakan, penghentian Liga 2 telah berimplikasi besar terhadap nasib para pemain dan keluarganya. Nasib mereka terkatung-katung karena ketidakjelasan soal kelanjutan kompetisi itu. Sebelumnya, pada 12 Januari lalu, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengumumkan Liga 2 dan 3 tidak bisa dilanjutkan karena ketidakmampuan klub-klub memenuhi peningkatan standar fasilitas dan keamanan yang diminta polisi menyusul Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober lalu.
Di sisi lain, operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru (LIB), keberatan dengan opsi pemusatan laga di satu tempat atau pola gelembung. Alasannya, berbagai biaya operasional dari pola pemusatan itu harus ditanggung PT LIB.
Menyusul desakan sejumlah pihak, PT LIB lantas bersedia mempertimbangkan kembali opsi itu. Hal itu terungkap dalam rapat PT LIB dengan sejumlah perwakilan klub, Selasa (24/1). Namun, hingga kini, belum ada keputusan definitif terkait nasib kedua liga itu.
”Kalau memang berhenti, kami tinggal bersepakat dengan klub bagaimana penyelesaian kontrak. Namun, sekarang, semuanya bias,” kata Aji.
Kendati demikian, lanjut Aji, APPI akan terus berupaya melindungi hak-hak pemain, apa pun yang terjadi. Jumlah pemain yang terdampak dihentikannya kompetisi itu cukup banyak, yakni sekitar 700 pemain di Liga 2. Satu per satu pemain itu sudah mengadu ke APPI secara bertahap.
Keputusan ini berdampak serius terhadap 700 pemain profesional di Indonesia yang terikat kontrak dengan klub-klub Liga 2.
”Laporannya yang jelas soal gaji yang tertunda. Kita ingin semuanya bisa diselesaikan sesuai aturan atau regulasi yang ada, terkait kontrak pemain dan klub,” tutur Aji.
Keputusan buruk
Menyikapi masalah itu, Wakil Sekretaris Jenderal FIFPro Simon Colosimo berkata, penghentian Liga 2 dan 3 di Indonesia merupakan bentuk keputusan buruk dari federasi sepak bola dan pengelola liga. ”Keputusan ini berdampak serius terhadap 700 pemain profesional di Indonesia yang terikat kontrak dengan klub-klub Liga 2,” ujarnya dikutip dari laman resmi FIFPro.
Ia juga menyayangkan proses pengambilan keputusan dihentikannya liga itu yang dianggapnya sepihak, tanpa melibatkan negoisasi atau konsultasi dengan pihak APPI yang merupakan perwakilan resmi para pemain bola profesional di Indonesia.
”Lebih jauh lagi, dihentikannya Liga 2 membuat kompetisi di Indonesia tak lagi memiliki degradasi. Hal ini tidaklah sejalan dengan struktur kompetisi yang digariskan FIFA,” ujar Simon kemudian.
Untuk itu, ia mendesak FIFA dan AFC turun tangan mengintervensi masalah itu sekaligus mencari solusi terbaik.
Aduan terkait masalah itu ke FIFA juga ditempuh pihak klub. Manajer Persipura Jayapura Yan Permenas Mandenas menuturkan, pekan lalu, pihaknya yang mewakili klub Liga 2 sudah melayangkan surat kepada FIFA dan AFC terkait dampak penghentian Liga 2. Mereka juga berharap FIFA dan AFC bisa mendorong PSSI untuk melanjutkan kembali liga itu.
”Kompetisi yang terhenti di tengah jalan ini turut berdampak besar kepada klub yang telah mengeluarkan uang untuk membayar gaji pemain, membiayai operasional tim. Jadi, kami minta bantuan FIFA. Namun, kami juga tidak ingin FIFA memberikan hukuman kepada PSSI karena itu akan berefek luas untuk sepak bola Indonesia, termasuk ke klub. Kami hanya ingin FIFA mendesak PSSI melanjutkan kompetisi (Liga 2),” tutur Yan.