Guardiola masih menjadi mimpi buruk Arsenal. Berstatus tim terbaik di Liga Inggris, Arsenal tetap kandas di tangan tim asuhan Guardiola.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SABTU —Laga di antara dua tim terbaik di Inggris saat ini, Manchester City versus Arsenal, berakhir antiklimaks. City dengan skuad terbaik dan Arsenal yang merotasi skuad sama-sama senyap di pertahanan lawan. Meskipun demikian, manajer City Josep Guardiola tetap mampu keluar sebagai pemenang dan terus menjelma sebagai ”kryptonite” Arsenal.
City menaklukkan tim tamu 1-0 di Stadion Etihad, Manchester, pada putaran keempat Piala FA, Sabtu (28/1/2023) dini hari WIB. Gol semata wayang pemain bertahan Nathan Ake pada menit ke-64 memisahkan kedua tim yang begitu sulit berkembang sepanjang laga.
Tim tuan rumah unggul sedikit dalam penguasaan bola, 53,7 persen, dan jumlah tembakan 8-5. Namun, baik Arsenal maupun City kurang berbahaya ketika di kotak penalti lawan. Kualitas peluang mereka sangat rendah, tecermin dalam expected goals (xG).
City hanya unggul tipis dalam xG 0,32 – 0,27. Angka xG tersebut memperlihatkan peluang kedua tim yang tidak terlalu mengancam. Bahkan, gabungan dari seluruh peluang mereka hanya bernilai xG 0,59, atau masih jauh dari nilai peluang yang setara dengan satu gol.
”Laga tadi sangat ketat. Anda bisa melihat betapa bagus kualitas mereka (Arsenal). Saya tidak menyangka mereka akan bertahan dengan strategi man to man. Jadi sulit bagi kami untuk membangun serangan,” ujar Guardiola.
Namun, Guardiola seperti ditakdirkan untuk keluar sebagai pemenang saat melawan Arsenal. Gol Ake datang tiba-tiba berkat aksi individu penyerang sayap Jack Grealish. Manajer asal Spanyol itu sudah 18 kali menaklukkan ”Si Meriam”. Catatan kemenangan itu lebih banyak dari tim mana pun sepanjang kariernya.
Guardiola juga melanjutkan dominasi atas manajer Arsenal Mikel Arteta, yang pernah menjadi asistennya di City. Dia memperkokoh rekornya jadi 7 kemenangan dalam 8 pertemuan. Adapun Arteta baru sekali menang atas Guardiola sejak memimpin Arsenal pada akhir 2019.
”Sangat mengecewakan. Laga tadi sangat ketat. Kami harusnya lebih disiplin lagi saat bola di kotak penalti. Di laga besar seperti ini, Anda harus membuat perbedaan kecil. Itu yang akan membuat Anda menang. Kami tidak mampu memanfaatkan momen itu,” kata Arteta.
Guardiola menyambut Arsenal dengan sangat serius. Dia menurunkan skuad terbaik, kecuali kiper utama Ederson yang digantikan Stefan Ortega. Dua bintang di lini serang, Kevin De Bruyne dan Erling Haaland, turut bermain sejak awal laga.
Berbeda dengan Arteta yang memberi kesempatan banyak pemain pelapis. Arteta mengganti 6 pemain utama dari laga versus Manchester United pada akhir pekan lalu. Pemain inti yang dicadangkan antara lain bek sayap Oleksandr Zinchenko dan gelandang Martin Odegaard.
Di laga besar seperti ini, Anda harus membuat perbedaan kecil. Itu yang akan membuat Anda menang.
Dengan rotasi skuad, tim tamu justru bisa lebih berbahaya pada paruh pertama. Penyerang sayap yang menjalani debut sebagai pemain mula, Leandro Trossard, selalu merepotkan sisi kanan pertahanan City. Trossard menghasilkan dua peluang untuk rekan-rekannya dan satu tembakan tepat sasaran sebelum turun minum.
City lebih banyak menguasai bola. Namun, permainan mereka tidak berkembang karena jebakan pertahanan blok tinggi dari Arsenal. De Bruyne dan rekan-rekan lebih banyak memainkan bola di separuh lapangan sendiri. Haaland pun terisolasi di lini depan.
Lebih agresif
Permainan tim tuan rumah sedikit berubah setelah turun minum. Mereka bermain lebih agresif saat kehilangan bola dan menaikkan tempo saat menyerang. Saat laga sepertinya akan berakhir tanpa gol, Guardiola memainkan dua penyerang sekaligus.
Penyerang tim nasional Argentina, Julian Alvarez, masuk menggantikan pemain sayap Riyad Mahrez. Posisi Alvarez sedikit di belakang Haaland. Hanya enam menit setelah pergantian itu, City langsung membuka keunggulan lewat Ake.
Gol itu seperti jatuh dari langit. City mendapat momentum berkat tembakan jarak jauh Alvarez yang terbentur tiang. Bola jatuh di kaki Grealish. Grealish dengan cerdik menarik dua pemain bertahan sekaligus, lalu mengumpan bola ke Ake yang berdiri tanpa penjagaan. Ake menendang dengan kaki lemahnya, kaki kanan, tetapi berhasil masuk mulus ke sudut tiang jauh.
Arsenal sempat memberi perlawanan pada 25 menit terakhir setelah Zinchenko dan Gabriel Martinelli dimasukkan. Namun, mereka tetap tidak mampu memberi ancaman berarti ke gawang Ortega. ”Si Meriam” hanya mencatat satu tembakan pada 45 menit kedua, itu pun tidak tepat sasaran.
Tim asuhan Arteta merindukan sosok gelandang jangkar Thomas Partey sebagai jembatan permainan pada paruh kedua. Partey digantikan oleh gelandang pelapis Albert Sambi Lokonga tepat seusai turun minum. Partey adalah roh di lini tengah Arsenal musim ini. Satu-satunya kekalahan mereka di Liga Inggris musim ini terjadi saat Partey tidak bermain.
Arteta mengatakan, Partey merasa tidak nyaman karena cedera minor saat turun minum. Karena itu, sang gelandang langsung ditarik. “Kami tidak mau mengambil risiko lebih, jadi dia diputuskan untuk tidak lanjut bermain pada paruh kedua,” tuturnya.
Di sisi lain, laga tersebut hanyalah pemanasan dari persaingan sesungguhnya City dan Arsenal. Mereka akan bertemu dua kali lagi di Liga Inggris dalam 12 pekan ke depan. Pertemuan terdekat akan berlangsung di markas Arsenal, Stadion Emirates, pada pertengahan Februari.
Kedua tim itu merupakan kandidat terkuat untuk menjuarai Liga Inggris musim ini. Arsenal memimpin di puncak klasemen sementara dengan 50 poin dari 19 laga, sedangkanp City yang berstatus juara bertahan membuntuti dengan 45 poin dari 20 laga. (AP/REUTERS)