Kekalahan mengenaskan pada pekan lalu membuat duo Milan tak bisa terus melihat ke atas untuk mengejar Napoli di puncak klasemen Liga Italia. Mereka patut realistis mengamankan zona Liga Champions mulai pekan ke-20.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
AFP/ANDREAS SOLARO
Kiper Lazio asal van Provedel (Kiri) menghalau bola melalui sundulan di bawah ancaman penyerang AC Milan, Ante Rebic (kedua dari kanan). Walaupun bertindak sebagai tamu, Rossoneri berhasil unggul tipis dalam penguasaan bola selama laga dengan perbandingan sebesar 51 peren.
MILAN, JUMAT – Setelah sama-sama menelan kekalahan mengenaskan pada pekan lalu, duo tim asal Kota Milan, AC Milan dan Inter Milan mencoba bangkit pada pekan ke-20 Serie A Liga Italia. Namun, mereka tampaknya tak bisa lagi terus mendongak untuk mengejar Napoli yang semakin kokoh di puncak klasemen. Mereka patut mengubah haluan target dengan lebih realistis, yakni mengamankan posisi empat besar dari kejaran pesaing di bawah yang kian mendekat.
Inter dan Milan harus segera bangkit dari keterpurukan jika tidak ingin tersingkir dari perburuan scudetto (juara Serie A). Bahkan, Inter dan Milan berisiko kehilangan peluang lolos ke Liga Champions musim depan jika tidak membalikkan tren buruk saat ini.
”Inter dan Milan harus segera bangkit dari keterpurukan jika tidak ingin tersingkir dari perburuan scudetto (juara Serie A). Bahkan, Inter dan Milan berisiko kehilangan peluang lolos ke Liga Champions musim depan jika tidak membalikkan tren buruk saat ini. Margin poin mereka untuk mempertahankan zona Liga Champions sangat tipis dengan para pesaing di bawahnya, Lazio, AS Roma, dan Atalanta. Mereka tidak bisa bernafas lega dan bisa tergusur sewaktu-waktu,” terang mantan penyerang Inter Nicola Ventola dilansir Sempreinter.com, Kamis (26/1/2023).
Pekan ke-19 menjadi pekan neraka untuk duo Milan. Di tengah persaingan perburuan scudetto, Inter kalah mengejutkan 0-1 dari Empoli di Stadion San Siro, Milan, Selasa (24/1). Selang sehari, Milan dihancurkan tuan rumah Lazio dengan skor telak 0-4.
Menurut laporan Milanpress.it, Rabu (25/1), kekalahan duo Milan itu membuat Napoli melenggang di pucuk klasemen dengan keunggulan 12 poin atas Milan di urutan kedua dengan 38 poin dari 19 laga, dan 13 poin atas Inter di peringkat ketiga. Tidak pernah ada jarak yang begitu jauh antara pemimpin klasemen dan urutan kedua di pengujung paruh musim pertama Serie A sejak Juventus unggul 10 poin pada 2005/06 dan 11 poin pada 1985/86 dan 1949/50.
AFP/ANDREAS SOLARO
Gelandang Lazio, Sergej Milinkovic-Savic (Kiri), dan bek AC Milan, Pierre Kalulu, berebut bola. AC Milan berhasil membuat 10 peluang selama laga, walaupun hanya tiga tembakan yang tepat mengarah ke gawang.
Hasil buruk pekan ke-19 pun menjadi catatan kelam duo Milan. Bagi Milan, kekalahan dari Lazio menyebabkan mereka tidak pernah menang dalam lima laga terakhir di semua kompetisi atau kondisi terburuk sejak 2018. Usai menang 2-1 atas tim tamu Salernitana pada pekan ke-16, ”Si Setan Merah” mencatat tiga kekalahan dan dua imbang.
Tiga kekalahan itu dialami Milan saat takluk 0-1 dari Torino di 16 besar Piala Italia dan tumbang 0-3 dari Inter di Piala Super Italia sebelum dihancurkan Lazio. Rentetan hasil negatif itu belum pernah terjadi sejak ”I Rossoneri” alias ”Si Hitam-Merah” kalah 1-3 dari Juventus, imbang 0-0 dengan Inter, imbang 1-1 dengan Sassuolo, imbang 0-0 dengan Napoli, imbang 1-1 dengan Torino, dan kalah 0-1 dari Benevento di Serie A 2017/18.
Untuk Inter, berdasarkan data Fcinternews.it, Kamis, kekalahan dari Empoli menjadi kekalahan keenam di paruh musim pertama Serie A yang mengulang grafik buruk 2016/17. Inter juga telah kebobolan dalam 13 laga tandang berturut-turut di Serie A dalam dua musim terakhir. Itu rekor terburuk sejak ”Si Ular Besar” kebobolan dalam 18 laga tandang beruntun dari pengujung Serie A 1986/87, sepanjang 1987/88, dan awal 1988/89.
Koleksi 37 poin saat ini adalah jumlah poin terkecil yang diperoleh Inter dalam paruh musim pertama Serie A enam musim terakhir. Khusus bagi pelatih Inter Simone Inzaghi, kekalahan dari Empoli menjadi kekalahan terbanyaknya di paruh musim pertama Serie A sejak memulai karir kepelatihan pada 3 April 2016. Sebelumnya, dia tidak pernah menderita kekalahan lebih dari lima laga di paruh musim pertama liga.
AP/LUCA BRUNO
Pemain Inter Milan Federico Dimarco menendang bola dalam pertandingan Liga Italia antara Inter Milan dan Empoli di Stadion Giuseppe Meazza, Milan, Senin (23/1/2023). Inter secara mengejutkan kalah 0-1.
Menang harga mati
Maka itu, duo Milan dituntut menang pada pekan ke-20. Inter akan mengarungi laga tandang menghadapi tim juru kunci Cremonese Minggu (29/1) pukul 00.00 dan dilanjutkan Milan menjamu tim papan bawah Sassuolo, Minggu pukul 18.30. Di atas kertas, itu peluang besar untuk mereka mengakhiri tren negatif.
Sempreinter.com mengabarkan, Inter mengalami badai cedera yang menyulitkan langkah mereka musim ini. Penyerang Romelu Lukaku yang dipinjam dari Chelsea pada musim panas lalu diterpa cedera bertubi-tubi yang membuatnya jarang bermain. Ujung tombak asal Belgia yang diharapkan mengulangi produktivitasnya pada 2019/20 dan 2020/21 justru baru mencetak satu gol dari tujuh laga Serie A musim ini.
Situasi tambah sulit ketika gelandang Marcelo Brozovic yang baru pulih dari cedera hamstring dirundung cedera betis sejak awal tahun ini. Adapun pemilik Inter, grup Suning sedang mengalami masalah keuangan sehingga tidak mampu memasok pemain baru untuk menambal kelemahan tim. Bahkan, mereka diambang kehilangan bek Milan Skriniar yang enggan memperpanjang kontrak yang berakhir musim panas mendatang.
Kendati demikian, menurut analisas La Gazzetta dello Sport, Inzaghi menjadi titik utama permasalahan Inter. Pelatih asal Piacenza itu gagal menjaga konsistensi permainan sehingga performa tim bak kereta luncur. Contohnya, pasca menang 3-0 atas Milan, ”I Nerazzurri” alias ”Si Hitam-Biru” kalah 0-1 dari Empoli.
AP/LUCA BRUNO
Pemain Inter Milan Edin Dzeko menyundul bola dalam pertandingan Liga Italia antara Inter Milan dan Empoli di Stadion Giuseppe Meazza, Milan, Senin (23/1/2023). Inter secara mengejutkan kalah 0-1.
Padahal, secara umum, skuad Inter lebih dari cukup untuk menjalani balapan memburu scudetto. ”Kami mengakhiri paruh musim pertama dengan 37 poin dan beberapa penyesalan. Kami tahu kami mesti melakukan perbaikan di sisa musim ini,” tegas Inzaghi dikutip Inter.it, Selasa.
Sementara itu, berdasarkan analisa Milanpress.it, Kamis, ada tiga masalah utama Milan musim ini. Pertama, penurunan fisik pemain penting, seperti bek sayap kiri Theo Hernandez, penyerang sayap Rafael Leao, dan penyerang Olivier Giroud sehabis pulang dari Piala Dunia Qatar 2022. Kondisi diperparah dengan banyaknya pemain yang cedera, antara lain kiper Mike Maignan, bek Fikayo Tomori, bek sayap kanan Alessandro Florenzi, dan ujung tombak Zlatan Ibrahimovic.
Tanpa Maignan dan Ibrahimovic, Milan pun tidak ada pemimpin di atas lapangan dan ruang ganti. Padahal, tim sebagian besar dihuni pemain-pemain muda. Terakhir, taktik pelatih Milan Stefano Pioli yang rancu. Saat tim tidak memiliki keseimbangan di lini tengah selepas hengkangnya gelandang Franck Kessie ke Barcelona pada musim panas lalu, Pioli tidak menemukan sosok pengganti yang tepat.
Tak pelak, grafik Milan yang meraih trofi Serie A musim lalu menukik tajam musim ini. Mantan bek Milan Alessandro Costacurta kepada Sky Sport menganggap, manajemen, pelatih, dan pemain perlu menjalin komunikasi intens untuk membenahi situasi sulit ini. ”Saya belum pernah melihat kondisi serumit ini di Milan dan saya membayangkan (Paolo) Maldini (Direktur Teknik Milan) ikut hadir menenangkan tim,” ucapnya.