”Gurita” Skandal Juventus Bisa Menjerat Banyak Pemain, Termasuk Cristiano Ronaldo
Dampak kasus laporan keuangan palsu Juventus bisa berefek lebih besar. Kasus itu tidak menutup kemungkinan menjadi ”gurita” skandal yang menjerat lebih banyak pihak, seperti pemain, pelatih, dan klub lain di Liga Italia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
AFP/ISABELLA BONOTTO
Wakil Presiden Juventus Pavel Nedved (kedua dari kiri) dan Presiden Juventus Andrea Agnelli (ketiga dari kiri) dalam arsip foto tanggal 6 November 2021. Para pejabat Juve itu dijatuhi hukuman akibat dugaan skandal pemalsuan dokumen keuangan klub Liga Italia itu.
TURIN, KAMIS — Dampak kasus laporan keuangan palsu tidak hanya menyebabkan sanksi pengurangan 15 poin di Liga Italia untuk Juventus dan larangan terlibat dalam sepak bola kepada 11 pejabat ataupun mantan pejabat mereka. Pengembangan kasus itu berpotensi melebar. Setidaknya 23 pemain dan pelatih yang pernah mengabdi untuk ”Si Nyonya Besar” diduga ikut terkait dalam skandal itu dan berpeluang turut menerima hukuman, termasuk Cristiano Ronaldo.
Berdasarkan laporan Givemesport, Selasa (24/1/2023), Pengadilan Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menyatakan Juventus bersalah atas kasus laporan keuangan palsu pada pekan lalu. Hal itu terkait capital gain atau keuntungan dari harga beli dan jual pemain. Karena itu, ”I Bianconeri” alias ”Si Hitam-Putih” dikenai sanksi pengurangan 15 poin di Liga Serie A Italia dan hukuman kepada 11 pejabat ataupun mantan pejabat mereka berupa larang terlibat sepak bola antara delapan hingga 30 bulan.
Meski demikian, hukuman itu disinyalir bukan akhir dari rentetan kasus tersebut. Menurut data hasil tangkapan layar jurnalis sepak bola Italia, Paolo Ziliani, dalam akun Twitternya, ada 23 pemain dan pelatih yang gajinya ditangguhkan pada musim 2019-2020 dengan nilai mencapai 90 juta euro (Rp 1,466 triliun). Gaji itu termasuk milik Ronaldo senilai 19,548 juta euro (Rp 318 miliar) dan pelatih Maurizio Sarri senilai 3,368 juta euro (Rp 54 miliar). Ada pula data 17 pemain untuk musim 2020-2021.
Sebanyak 23 orang itu bisa ikut dikenao sanksi, yaitu skors sekurang-kurangnya 30 hari karena tidak melaporkan adanya malapraktik keuangan tersebut. ”Semuanya didiskualifikasi, paling tidak selama sebulan. Mungkin tidak lama lagi. Saya tahu itu bukan berita sepele. Media Italia gemetar membayangkan untuk memberitakannya,” ungkap Ziliani.
YULVIANUS HARJONO
Dokumentasi 11 April 2021 ini memperlihatkan saat Cristiano Ronaldo masih membela Juventus.
Dalam sejumlah kicauan di Twitter, Ziliani mengungkapkan, Juventus diduga menandatangani perjanjian di bawah tangan dengan pemain dan pelatih yang menyatakan bahwa tiga dari empat bulan gaji yang dicabut di awal pandemi Covid-19 akan dilunasi dari neraca keuangan secara bertahap. Kapten Juventus saat itu, Giorgio Chiellini, diduga meminta kepada timnya untuk tidak membagikan detail percakapan dalam Whatsappkepada media.
”Semua anggota yang terlibat diinterogasi dan mengakui keadaannya. Dua pemain, Matthijs de Ligt dan Mattia De Sciglio, memberikan kepada hakim salinan obrolan Whatsapp di mana Chiellini menjelaskan penipuan tersebut kepada semua orang, lalu menyarankan untuk tidak menyebutkannya kepada jurnalis,” ujar Zialini sesuai laporan SPORTbible di The Indian Express, Selasa.
Hukuman lebih lanjut
Untuk itu, Juventus bisa terkena hukuman lebih lanjut, antara lain, pengurangan poin di Serie A sebesar satu hingga tiga kali lipat lebih besar dari yang telah diterima. Bukan tidak mungkin ”Si Zebra” terdegradasi dari Serie A dan kehilangan gelar scudetto atau juara Serie A 2019-2020. ”Juventus adalah perusahaan terbuka. Jadi, kewajiban di luar neraca keuangan, seperti gaji yang ditangguhkan, merupakan larangan besar,” kata Ziliani.
Berdasarkan laporan Mirror, Rabu (25/1/2023), Juventus menunda pembayaran gaji kepada pemain dan pelatih selama empat bulan di awal pandemi Covid-19. Akan tetapi, penyidik menemukan dokumen yang menunjukkan adanya pembayaran yang tidak muncul di neraca keuangan. Maksudnya, gaji itu tetap dibayar dengan cara tidak resmi atau di bawah tangan. Tujuannya untuk memberi kesan neraca keuangan tetap stabil atau memenuhi aturan financial fair play (FFP).
AP/CLAUDIO GRASSI
Ekspresi pemain Juventus saat meninggalkan lapangan setelah pertandingan Liga Italia antara Monza dan Juventus di Monza, Minggu (18/9/2022). Monza mengalahkan Juventus, 1-0.
Juventus mengonfirmasi soal dokumen itu dalam sebuah pernyataan, ”Efek ekonomi dan keuangan dari pemahaman yang dicapai adalah positif sekitar 90 juta euro untuk tahun keuangan 2019-2020. Pemahaman itu mengatur pengurangan kompensasi untuk jumlah yang sama dengan pembayaran bulanan Maret, April, Mei, dan Juni 2020.” Inside World Football, Kamis (26/1/2023), mengabarkan, jaksa mengklaim para pemain itu hanya menyerahkan gaji satu bulan.
Paulo Dybala, mantan penyerang Juventus yang kini bermain di AS Roma, dikabarkan mengakui bahwa kesepakatan gajinya dengan Juventus tidak mencerminkan pernyataan resmi yang dibuat klub asal Turin tersebut.
”Kami seharusnya menerima gaji tiga bulan, pernyataan itu tidak mencerminkan apa yang terjadi. Usulannya adalah memberikan gaji hingga empat bulan, tetapi para pemain tidak setuju. Kesepakatannya adalah kami akan menerima gaji tiga bulan lagi pada musim berikutnya, menyerahkan hanya sebulan,” kata Dybala dikutip Football-Italia.
Sanksi kepada Juventus pun bisa berimbas kepada klub-klub lain yang diduga melakukan laporan keuangan palsu, terutama yang melibatkan transfer penyerang Victor Osimhen dari klub Perancis LOSC, Lille, ke Napoli senilai 75 juta euro (Rp 1,222 triliun) pada musim panas 2020. Jaksa menduga ada potensi pemalsuan biaya transfer ujung tombak asal Nigeria tersebut.
AFP/TIZIANA FABI
Penyerang Napoli, Victor Osimhen (kiri), dan rekan-rekan setimnya merayakan kemenangan atas Udinese pada lanjutan Liga Italia di Stadion Diego Maradona, Napoli, Sabtu (12/11/2022).
Namun, pakar peradilan olahraga Italia, Mattia Grassani, menyampaikan, kecil kemungkinan Napoli bakal menerima hukuman serupa. ”Penyelidikan dari jaksa penuntut umum Napoli dimulai karena jaksa Perancis menemukan beberapa kejanggalan yang sangat jelas dalam pembukuan Lille. Untuk saat ini, belum ada kemajuan dari pembukaan penyelidikan,” tutur Grassani.
Sementara CEO Exor selaku perusahaan induk Juventus, John Elkann, memastikan timnya sedang berupaya banding atas putusan yang dijatuhkan ke pihaknya. Elkann menganggap sanksi itu tidak adil. ”Ketidakadilan dari hukuman ini terbukti, banyak yang mencatatnya, bahkan mereka yang bukan fans Juventus. Kami akan membela diri dengan tegas untuk melindungi kepentingan para penggemar Juve dan semua orang yang mencintai sepak bola,” ujarnya di laman klub itu.