Laga Manchester City versus Arsenal di Piala FA menjanjikan pertarungan menarik. Sang murid, Arteta, akan kembali ke Stadion Etihad dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dari gurunya, Guardiola, pada musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, KAMIS — Babak keempat Piala FA Inggris, Sabtu (28/1/2023) dini hari WIB di Stadion Etihad, akan mempertemukan dua tim terbaik di Inggris saat ini, Arsenal dan Manchester City. Laga itu menjadi awal trilogi pertemuan mereka dalam memperebutkan status tim terkuat di Inggris pada akhir musim ini.
Arsenal dan City akan bertemu tiga kali dalam 12 pekan ke depan, dimulai dari laga Piala FA itu. Setelah itu, mereka akan bertemu dua kali di Liga Inggris, terdekat pada 16 Februari.
Manajer Arsenal Mikel Arteta akan menjalani pengalaman berbeda. Untuk kali pertama sejak mengundurkan diri sebagai asisten manajer City, Desember 2019, dia kembali ke Stadion Etihad dengan membawa skuad yang melampaui kesuksesan ”The Citizens” asuhan Pep Guardiola di Liga Inggris.
Arsenal memuncaki klasemen sementara paruh musim Liga Inggris dengan keunggulan 5 poin atas juara bertahan City dan tabungan satu laga. ”Si Meriam” meraup 50 poin dari 19 laga. Mereka pun berada dalam jalur centurion, yaitu rekor 100 poin yang diciptakan City saat menjadi juara musim 2017-2018.
Namun, pencapaian skuad muda Arteta belum sahih karena mereka belum bertemu City sepanjang musim ini. Padahal, selama ini, Arsenal kerap inferior di hadapan City. Arteta pun terinspirasi Guardiola saat membentuk Arsenal. Kedua tim itu mirip dalam filosofi bermain, yaitu dominan menyerang.
”Ini laga besar, ujian besar juga bagi kami untuk menghadapi tim yang menurut saya terbaik di dunia pada saat ini. Momen ini (duel versus City) sangat dinantikan karena akan memberi tahu (posisi) di mana kami berada. Pastinya kemenangan akan penting untuk modal pertemuan berikutnya,” kata Arteta.
Sejak diasuh Arteta, Arsenal baru sekali menang atas City dari tujuh kali pertemuan. Satu-satunya kemenangan itu terjadi di ajang Piala FA pada Oktober 2020. Sisanya, Arsenal selalu kalah, termasuk saat dilumat City, 0-5, dalam lawatan terakhirnya ke Stadion Etihad pada Agustus 2021 lalu.
Bagi Guardiola, laga nanti bukan hanya tentang gengsi. Sang Manajer City sangat terobsesi dengan Arsenal dalam beberapa bulan terakhir. Ia ikut bangga dengan capaian Arteta, mantan asistennya sekaligus sahabat senegara asal Spanyol. Guardiola juga tertantang karena punya rival baru. City tidak lagi melulu bersaing dengan Liverpool yang performanya tengah anjlok.
”Saya ingin mengalahkan Arsenal. Jika kami bermain seperti itu (ketika tertinggal dua gol dari Tottenham Hotspur, 20/1), Arsenal akan memusnahkan kami,” ujar Guardiola yang meyakini Arsenal sebagai calon terkuat juara Liga Inggris.
Guardiola bakal bak becermin ketika menghadapi Arsenal nanti. Timnya dengan Arsenal mirip. Mereka sama-sama suka membangun serangan dari lini belakang dan menekan dengan garis pertahanan tinggi. Namun, pendekatannya agak berbeda. Guardiola lebih condong ke penguasaan bola sebanyak mungkin, sementara Arteta mengutamakan transisi tempo tinggi.
Hubungan hangat kedua manajer juga akan menambah bumbu duel di Etihad. Arteta mengaku lebih memilih berduel dengan manajer lain. ”Saya selalu mengharapkan yang terbaik darinya (Guardiola). Jadi, aneh menantangnya,” lanjutnya.
Gejolak emosi juga akan dialami bek sayap Arsenal, Oleksandr Zinchenko. Dia akan kembali untuk pertama kalinya ke Stadion Etihad, setelah meninggalkan The Citizens pada musim panas lalu. Zinchenko adalah salah satu faktor terbesar kesuksesan Arsenal pada musim ini.
City juga perlu waspada dengan pertahanan sendiri. Mereka sering kali kecolongan dalam skema serangan balik, seperti saat kalah dalam derbi Manchester. Arsenal bisa mengancam lewat transisi cepat dengan dua pemain sayap lincah, Bukayo Saka dan Gabriel Martinelli.
Berkat Zinchenko, permainan Arsenal semakin mirip City. Bek berkaki kidal itu memungkinkan Arsenal nyaman membangun serangan dari belakang, tanpa harus takut terhadap tekanan agresif lawan. Zinchenko, yang memiliki kemampuan teknik tinggi, kerap menjelma gelandang saat menyerang.
”Dia pemain yang memberikan segala yang kami inginkan di posisi itu (bek sayap). Dia memberikan tim ini keleluasaan bermain dengan kemampuannya yang serba bisa. Tidak kalah pentingnya adalah gairah besarnya, hal yang sangat membantu tim ini dari sisi pengalaman,” ujar Arteta kemudian.
Zinchenko menjadi titik terkuat sekaligus terlemah Arsenal. Dia mampu mengatur ritme serangan dari posisi gelandang. Namun, pemain asal Ukraina itu acap kali tidak berada dalam posisi aslinya, yaitu bek sayap, saat transisi ke bertahan.
Kelemahan itu bisa dimanfaatkan Riyad Mahrez, penyerang sayap kanan City yang sedang dalam performa terbaik seusai jeda Piala Dunia Qatar 2022. Mahrez sudah menyumbang 5 gol dan 2 asis dalam lima laga terakhir. Tidak ada pemain City yang melebihi kontribusinya dalam rentang waktu itu.
City juga perlu waspada dengan pertahanan sendiri. Mereka sering kali kecolongan dalam skema serangan balik, seperti saat kalah dalam derbi Manchester. Arsenal bisa mengancam lewat transisi cepat dengan dua pemain sayap lincah, Bukayo Saka dan Gabriel Martinelli.
Menarik untuk melihat pendekatan Arteta di laga nanti. Kemenangan satu-satunya Arsenal atas City diraih ketika sang manajer menerapkan permainan pragmatis, yaitu bertahan dengan lebih banyak blok rendah. Dalam pertemuan terakhir, Arsenal berani meladeni permainan terbuka City, tetapi harus kalah 1-2 akibat gol pada menit-menit akhir. (AP/REUTERS)