Misi Ganda Anthony Ginting
Tunggal putra bulu tangkis Anthony Sinisuka Ginting mengusung misi ganda musim ini: mengasah performa dan berpretasi di setiap kejuaraan untuk menguatkan persiapan menuju Olimpiade Paris 2024.
JAKARTA, KOMPAS — Olimpiade Paris 2024 masih 18 bulan lagi, tetapi persiapan menuju ajang prestisius itu sudah masuk dalam agenda atlet bulu tangkis Indonesia. Mereka mengusung misi ganda di sepanjang musim ini, mengasah performa sambil memburu prestasi sebanyak mungkin, mematangkan persiapan menghadapi Paris 2024.
Setiap kejuaraan yang dijalani akan dievaluasi lebih mendetail untuk memperbaiki performa, yang sangat krusial selama masa kualifikasi Olimpiade pada 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024.
Target jangka panjang itu berjalan seiring perburuan prestasi tahun ini, termasuk dalam Daihatsu Indonesia Masters di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, 24-29 Januari. Turnamen ini adalah kejuaraan ketiga beruntun setelah Malaysia dan India Terbuka.
Baca juga: Antony Ginting Wujudkan Mimpi
Olimpiade Paris 2024 diakui oleh tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting menjadi target besar yang ingin dia raih, sambil mengejar prestasi di berbagai kejuaraan yang dijalani. Masa persiapan selama 1,5 tahun dia harapkan berjalan maksimal dan tanpa gangguan cedera. Anthony bertekad memperbaiki prestasinya di Tokyo 2020 saat dia meraih medali perunggu.
”Olimpiade itu bisa dibilang target jangka panjang, kami masih ada waktu kurang lebih dua tahun. Namun, sebelum itu, masih ada pertandingan lain yang tidak kalah prestise, yang pasti saya dan PBSI ingin meraih itu,” ungkap Anthony setelah mengalahkan pemain Hong Kong Lee Cheuk Yiu, 21-10, 21-12 pada babak pertama Indonesia Masters, Rabu (25/1/2025).
Persiapan menuju Olimpiade salah satunya dengan mengevaluasi performa di setiap kejuaraan dengan mendetail. Perbaikan hal-hal kecil berpotensi menjadi pembeda dalam pertandingan karena persaingan saat ini sangat ketat. Bahkan, peringkat dunia tidak terlalu berpengaruh di tunggal putra.
”Jadi, sambil perjalanan itu saya siap-siap, pasti ada metode atau latihan yang sudah disiapkan oleh pelatih teknik dan fisik. Kami selalu diskusi dalam evaluasi dari setiap pertandingan. Setiap atlet beda evaluasinya. Lebih fokusnya ke situ, mungkin dari segi fisik jangan sampai cedera, kekuatan otot dan daya tahan segala macam,” lanjut juara Indonesia Masters 2020 itu.
Baca juga: Dua Semifinalis Indonesia pada Tunggal Putra
Dengan demikian, setiap turnamen yang dijalani, seperti di Malaysia dan India, juga menjadi latihan untuk dievaluasi agar menjadi semakin baik. ”Intinya, sebisa mungkin sampai Olimpiade Paris tidak ada cedera yang menghalangi dan semua hasil pertandingan bisa maksimal. Tidak hanya hasil, tetapi lebih ke performa yang konsisten,” ujar Anthony.
Target peningkatan performa itu akan kembali dijalani Anthony pada laga babak kedua melawan Shi Yuqi (China). Meskipun kini berada di peringkat ke-27 dunia, Shi Yuqi adalah lawan tangguh karena dalam tujuh pertemuan sebelumnya, Anthony baru sekali menang. Bertanding menghadapi lawan kuat seperti Shi Yuqi menjadi persiapan yang ideal untuk Paris 2024.
Namun, pada turnamen ini Anthony tidak akan bertemu peringkat satu dunia, Viktor Axelsen, yang absen di Jakarta. Peraih medali emas tunggal putra Tokyo 2020 asal Denmark itu masih menjadi pesaing kuat di Paris 2024.
Kami selalu diskusi dalam evaluasi dari setiap pertandingan. Setiap atlet beda evaluasinya.
”Ada enggak ada Axelsen sama saja, lawannya enggak cuma Axelsen. Persaingan di tunggal putra memang ketat. Mau peringkat sampai di luar 32 pun mereka bagus. Yang terpenting bersiap diri semaksimal mungkin. Tinggal bagaimana caranya di lapangan menjaga fokus dan pikiran,” ujar Anthony yang menargetkan juara Indonesia Masters 2023.
Kondisi fisik
Target juara juga diusung Jonatan Christie yang melaju ke 16 besar setelah menang 21-23, 21-11, 21-6 atas pemain Irlandia kelahiran Vietnam, Nhat Nguyen. Jonatan akan melawan sesama pemain Indonesia, Shesar Hiren Rhustavito, yang mengalahkan Srikanth Kidambi (India), 21-10, 24-22.
”Semua pasti ingin jadi juara. Tetapi, balik lagi, lawan pun berpikir seperti itu,” ujar Jonatan. Dia menilai saat ini kuncinya ada pada pemulihan kondisi fisik karena ini kejuaraan ketiga dalam tiga pekan.
”Bagaimana kita menyiapkan kondisi fisik, semua pemain pasti merasakan yang sama, capek dari fisik dan pikiran. Momentum itu yang dimanfaatkan, apalagi kita di rumah sendiri, dapat dukungan suporter. Kita manfaatkan itu semaksimal mungkin agar jadi tenaga tambahan agar bisa rampil lebih maksimal dan enjoy,” ungkap Jonatan.
Lihat juga: Jonatan Christie dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Menang
Terkait absennya Axelsen, Jonatan menilai, ada sisi positif dan negatif. Tanpa Axelsen, kesempatan pemain lain berprestasi menjadi lebih besar meski bukan berarti Axelsen tak dapat dikalahkan. Pada final India Terbuka, Axelsen dikalahkan pemain muda Thailand Khunlavut Vitidsarn di final.
”Minusnya, saya sendiri sebenarnya ingin ketemu lagi dengan Viktor. Pasti inginlah mengalahkan Viktor, ingin sparing dengan dia untuk tahu, apa sih yang saya masih kurang,” ujarnya.
Tunggal putra pelatnas lainnya, Chico Aura Dwi Wardoyo, juga lolos ke babak kedua dengan kemenangan atas Priyanshu Rajawat (India), 18-21, 21-18, 21-18, untuk melawan juara dunia 2021 asal Singapura, Loh Kean Yew.
Sementara itu, dua wakil tuan rumah di tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung dan Putri Kusuma Wardani, harus melalui laga ketat tiga gim untuk lolos dari babak pertama. Lawan berat telah menanti mereka di babak kedua, yakni unggulan kedua asal Korea Selatan An Se-young yang menjadi lawan Putri, dan unggulan keempat He Bingjiao (China) yang harus dihadapi Gregoria.
Baca juga: Dua Tunggal Putri Susah Payah Melaju ke Babak Kedua
Namun, Gregoria punya modal cukup melawan He setelah memetik kemenangan pertama atas lawannya itu pada babak pertama Malaysia Terbuka, dua pekan lalu.