Perlawanan ”Si Nyonya Besar” untuk Keluar Jerat Hukuman
Drama kasus pemalsuan laporan keuangan berujung sanksi pengurangan 15 poin di Serie A untuk Juventus. Sanksi itu membuat langkah ”Si Nyonya Besar” untuk meraih juara Serie A musim ini kian berat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
TURIN, MINGGU — Kasus pemalsuan laporan keuangan berdampak sanksi pengurangan 15 poin di Serie A Liga Italia untuk Juventus dan larangan terlibat dalam sepak bola kepada 11 pejabat ataupun mantan pejabat mereka. Namun, ”Si Nyonya Besar” bersikukuh tidak bersalah sehingga akan melakukan perlawanan untuk keluar dari jerat hukuman tersebut.
”Perusahaan menunggu publikasi alasan dari keputusan itu dan saat ini mengumumkan pengajuan banding kepada Dewan Jaminan Olahraga (Collegio di Garanzia dello Sport) sesuai dengan ketentuan Kode Peradilan Olahraga,” terang Juventus dalam pernyataan resmi melalui laman resminya, Sabtu (21/1/2023).
Menurut laporan kantor berita Italia, ANSA, yang dilansir Football-Italia, Jumat (20/1/2023) waktu setempat, jaksa Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Giuseppe Chine, meminta Pengadilan Banding Federal membuka kembali persidangan olahraga kepada Juventus atas dugaan pemalsuan laporan keuangan, antara lain terkait capitalgain atau keuntungan dari harga beli dan jual pemain. Tujuan pemalsuan itu untuk menjaga keseimbangan neraca keuangan (financial fair play).
Chine menuntut sanksi pengurangan 9 poin untuk Juventus dan skors bagi para petinggi ataupun mantan petinggi klub tersebut. Ternyata, pengadilan bukan hanya mengabulkan tuntutan Chine, melainkan memberikan hukuman lebih berat kepada Juventus, yakni pengurangan 15 poin dan larangan terlibat dalam sepak bola kepada 11 pejabat ataupun mantan pejabat mereka. Para pejabat itu antara lain Direktur Olahraga 2010-2021 Fabio Paratici menerima skors 30 bulan.
Kemudian, Presiden Juventus 2010-2022 Andrea Agnelli (24 bulan), CEO 2021-2023 Maurizio Arrivabene (24 bulan), dan Direktur Olahraga 2018-saat ini Federico Cherubini (16 bulan). Lalu, Wakil Presiden 2015-2022 Pavel Nedved dan enam direktur lainnya masing-masing delapan bulan. Sanksi itu akan diteruskan kepada Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dan Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) agar berlaku global.
Tuntutan Chine disinyalir karena adanya temuan baru dari investigasi Prisma oleh jaksa penuntut umum Turin mengenai praktik keuangan Juventus baru-baru ini, yakni nilai transfer pemain yang digelembungkan dan pembayaran gaji rahasia kepada pemain saat awal pandemi Covid-19. Sebelumnya, Juventus terbebas dari dugaan kasus capital gain pada 29 November 2022 dan 10 klub lainnya dari dugaan serupa pada akhir Maret-awal April lalu.
Namun, hukuman yang diterima Juventus dan para petinggi ataupun mantan petingginya itu dikabarkan tidak terkait dengan investigasi Prisma mengenai pembayaran gaji rahasia kepada pemain, Maka dari itu, Juventus mengajukan banding lewat Dewan Jaminan Olahraga di Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI).
”Berdasarkan keputusan yang dicabut, Pengadilan Banding Federal telah menolak banding yang diajukan oleh kantor Kejaksaan Federal terhadap keputusan Pengadilan Federal Nasional, yang pada gilirannya, telah membebaskan Juventus dan pihak-pihak lain yang didakwa karena tidak adanya pelanggaran displin sehubungan dengan evaluasi dampak pengalihan hak pemain tertentu atas laporan keuangan dan akuntansi keuntungan modal,” terang Juventus.
Tim bersatu
Menanggapi sanksi itu, pejabat baru Juventus, Presiden Gianluca Ferrero dan CEO Maurizio Scanavino, menyerukan timnya tetap bersatu. ”Kita harus bersatu dalam menghadapi ketidakadilan ini dengan tugas kita masing-masing. Hari ini, kita mesti lebih kuat dari sebelumnya. Sebab, Anda mewakili jutaan penggemar di seluruh dunia,” bunyi inti pidato selama 15 menit dari keduanya kepada para pemain, pelatih, dan staf jelang laga Juventus dan tim tamu Atalanta, Senin (23/1/2023).
Adapun pengurangan 15 poin itu sangat dampak pada Juventus di papan klasemen, yakni turun dari urutan ketiga dengan 37 poin dari 18 laga menjadi peringkat ke-10 dengan 22 poin. Padahal, performa ”I Bianconeri” alias ”Si Putih-Hitam” sedang menanjak setelah terseok-seok di awal musim.
Pengoleksi 36 gelar juara Serie A itu terbenam di urutan kedelapan hingga pekan ke-11. Namun, Juventus bangkit dengan menang beruntun tanpa kebobolan dari pekan ke-10 hingga ke-17. Grafik positif itu membuat mereka bertengger di peringkat kedua pada pekan ke-17 sebelum turun lagi ke tempat ketiga karena takluk 1-5 dari Napoli pada pekan ke-18.
Kalau hukuman itu tidak berubah, langkah Juventus untuk mengganggu hegemoni Napoli di puncak klasemen kian berat. Upaya mereka untuk merebut scudetto alias juara Serie A boleh jadi sirna. Apalagi Napoli kokoh dengan 50 poin dari 19 laga usai menang 2-0 atas tuan rumah Salernitana, Minggu (22/1/2023). Bahkan, Juventus harus melakukan sesuatu yang luar biasa untuk menembus empat besar atau masuk zona Liga Champions.
Kita tidak boleh membiarkan diri kita dalam penyesalan. Kita harus melakukan tugas dengan komitmen dan tekad yang mesti dilakukan, yaitu menang di setiap laga.
Pelatih Juventus Massimiliano Allegri mengatakan, yang paling utama timnya mesti tetap tenang, apalagi keputusan akhir baru keluar dalam dua bulan ke depan. ”Kita tidak boleh membiarkan diri kita dalam penyesalan. Kita harus melakukan tugas dengan komitmen dan tekad yang mesti dilakukan, yaitu menang di setiap laga. Ketika semuanya berjalan dengan baik, kami semua akan baik sekalipun dalam situasi sulit,” ujarnya.
Sementara itu, sejumlah pemain Juventus kompak mengunggah kebersamaan tim di media sosial masing-masing setelah jatuhnya sanksi tersebut. ”Kami tidak takut kehilangan beberapa poin. Kami tidak takut menyingsingkan lengan baju. Kami tidak takut dengan lawan kami. Kita tidak perlu takut pada apa pun. Karena saat mereka mengira kita telah jatuh, kita akan bangkit lebih kuat dari sebelumnya. Ini kami, ini Juventus,” kata penyerang Juventus, Dusan Vlahovic, dalam keterangan dua foto yang salah satunya para pemain tengah berpelukan di akun Instagram, Sabtu.
Kapten sekaligus bek Juventus, Leonardo Bonucci, dalam cerita Instagram menegaskan, ”Juventus seperti naga berkepala tujuh. Kalau kepala itu dipotong satu, yang lain akan selalu ada. Dia tidak pernah menyerah. Kekuatannya ada di lingkungannya.”
Pro-kontra
Hukuman kepada Juventus itu menjadi salah satu kasus sepak bola terbesar di Italia setelah skandal calciopoli atau pengaturan skor pertandingan tahun 2005-2006. Skandal itu menyebabkan Juventus kehilangan titel juara Serie A 2004/2005 dan 2005/2006, terdegradasi ke Serie B, serta CEO Luciano Moggi dilarang beraktivitas dalam sepak bola seumur hidup.
Kendati demikian, tidak semua pihak menghakimi Juventus. Mantan penyerang timnas Italia dan sejumlah klub Serie A, Antonio Cassano, justru berada di pihak Juventus. Padahal, pria berusia 40 tahun itu dikenal sebagai pengkritik besar Juventus selama ini. Hal itu karena sulitnya mengetahui nilai pasar seorang pemain. Nilai itu hanya bisa diputuskan oleh para pihak yang terlibat dalam transfer terkait.
”Saya jarang membela Juve karena mereka memainkan sepak bola yang mengerikan. Namun, dalam kondisi ini, saya berada di pihak mereka. Jika mereka melakukan kesalahan, mereka mesti membayarnya dan bila perlu didegradasi ke Serie C. Namun, aturan itu harus sama untuk semua tim. Kalau itu berlaku, bukan cuma Juve yang akan dihukum, melainkan menjadi gelombang pasang di Serie A, B, dan C,” tegas Cassano kepada kanal Youtube, Bobo TV Official, Sabtu.
Presiden Salernitana Danilo Iervolino kepada DAZN, dikutip Football-Italia, Sabtu, memperingkatkan, sepak bola Italia butuh revolusi dengan aturan yang kelas dan lebih banyak pemeriksaan usai Juventus disanksi. Itu diharapkan menjadi peringatan keras kepada para pihak yang coba mengambil keuntungan berlebihan dalam transfer pemain.
”Sepak bola perlu ditingkatkan menjadi lebih dewasa dengan memberikan konsekuensi kepada pihak yang melanggar tanpa berlarut-larut. Kita mesti lebih maju untuk menghindari kesalahan serupa,” tutur Iervolino yang baru terjun ke dunia sepak bola dengan membeli Salernitana dari Presiden Lazio Claudio Lotito per 31 Desember 2021. (AFP)