Favorit juara tunggal putri Australia Terbuka yang juga petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek, tersingkir pada babak keempat. Swiatek pun gagal menambah tiga gelar Grand Slam yang telah didapat.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
AP/MARK BAKER
Ekspresi petenis Polandia, Iga Swiatek, dalam pertandingan babak keempat Australia Terbuka melawan petenis Kazakhstan, Elena Rybakina, di Rod Laver Arena, Melbourne, Minggu (22/1/2023), Swiatek kalah dengan skor 4-6, 4-6.
MELBOURNE, MINGGU —Iga Swiatek, petenis nomor satu dunia yang juga menjadi favorit juara tunggal putri Australia Terbuka, belum juga bisa menambah gelar juara Grand Slam dari Melbourne Park. Tersingkirnya Swiatek pada babak keempat 2023 lebih buruk dibandingkan dengan ketika mencapai semifinal setahun sebelumnya.
Perjalanan Swiatek di Melbourne Park tahun ini dihentikan juara Wimbledon, Elena Rybakina. Pada pertandingan di lapangan utama, Rod Laver Arena, Minggu (22/1/2023), Swiatek kalah dengan skor 4-6, 4-6.
Rybakina pun membalas kekalahan pada satu pertemuan sebelumnya dengan petenis Polandia itu, yaitu pada perempat final WTA 250 Ostrava 2021. Dalam perempat final, petenis Kazakhstan kelahiran Rusia itu akan bertemu juara Grand Slam lain, Jelena Ostapenko. Juara Perancis Terbuka 2017 itu mengalahkan remaja Amerika Serikat, Cori ”Coco” Gauff, 7-5, 6-3.
Berbeda dengan dua babak awal, ketika Swiatek bisa tampil tenang untuk keluar dari tekanan, lalu bisa bermain lebih baik pada babak ketiga, kali ini dia bertanding di bawah kemampuan terbaiknya. Rasa frustrasi, yang jarang terlihat dari petenis berusia 21 tahun tersebut, kali ini dilampiaskan dengan mengomeli diri sendiri, berteriak, dan melempar handuk di kursinya.
Petenis Polandia, Iga Swiatek, bersiap memukul bola dalam pertandingan babak keempat Australia Terbuka melawan petenis Kazakhstan, Elena Rybakina, di Rod Laver Arena, Melbourne, Minggu (22/1/2023). Swiatek kalah dengan skor 4-6, 4-6.
Dia banyak membuat unforced error melawan Rybakina yang sebenarnya tak memiliki pukulan yang begitu spesial, kecuali pada beberapa pengembalian servis. Pengembalian servisnya membuat bola jatuh di dalam lapangan, tetapi sangat dekat dengan baseline. Posisi seperti ini menyulitkan Swiatek, yang berdiri begitu dekat dengan baseline, untuk memukul bola dengan arah yang benar. Dengan posisi tubuh yang tidak seimbang, bola pun melambung ke luar lapangan atau tak bisa melewati net.
Dalam statistik dari dua set yang berlangsung selama 1 jam 29 menit itu, Rybakina mendapat 15 poin dari pengembalian servis, empat di antaranya dari winner. Sementara Swiatek hanya mendapat enam poin dari posisi menerima servis.
Selain itu, faktor lain yang bisa mengantarkan Rybakina menang atas Swiatek adalah karakternya yang tenang. Petenis berusia 23 tahun itu tak pernah menampakkan emosi atau rasa kesal. Dia justru sering tersenyum.
Ya, saya selalu tenang meski saya juga sebenarnya gugup. Apalagi, ini adalah pertandingan besar. Melawan Iga menjadi pertandingan yang sulit dan pada laga tadi saya tampil baik di momen penting. Saya pun mendapat kemenangan besar.
”Ya, saya selalu tenang meski saya juga sebenarnya gugup. Apalagi, ini adalah pertandingan besar. Melawan Iga menjadi pertandingan yang sulit dan pada laga tadi, saya tampil baik di momen penting. Saya pun mendapat kemenangan besar,” tutur Rybakina.
Petenis Kazakhstan, Elena Rybakina, melakukan servis saat melawan petenis Polandia, Iga Swiatek, dalam pertandingan babak keempat Australia Terbuka di Rod Laver Arena, Melbourne, Minggu (22/1/2023), Rybakina menang dengan skor 6-4, 6-4.
Persaingan dengan Ostapenko nanti akan menjadi pertemuan ketiga mereka. Rybakina selalu kalah pada pertemuan di perempat final WTA 250 Linz 2019 dan semifinal WTA 250 Eastbourne 2021.
Merujuk pada penampilan mereka pada babak keempat, laga yang berlangsung pada Selasa nanti akan menjadi persaingan petenis dengan pukulan dan servis keras (Ostapenko) dengan Rybakina yang bisa mengantisipasi servis lawan dengan baik. Seperti Rybakina, Ostapenko pun akan menjalani perempat final pertama di Australia Terbuka.
Dikatakan petenis Latvia itu, dia hanya berusaha bermain tanpa beban ketika berhadapan dengan Coco yang menjadi unggulan ketujuh. ”Saya hanya datang ke lapangan, lalu bermain sebaik mungkin, berjuang untuk setiap poin, dan membuatnya kesulitan,” tutur Ostapenko.
Seperti ketika membuat kejutan dengan menjuarai Perancis Terbuka, Ostapenko dikenal sebagai petenis yang memiliki groundstroke sangat keras. Dia mengeluarkan tenaga besar pada setiap pukulan meski jumlah winner-nya cenderung sama dengan unforced error.
Reaksi petenis Latvia, Jelena Ostapenko, dalam pertandingan babak keempat Australia Terbuka melawan petenis AS, Cori Coco Gauff, di Margaret Court Arena, Melbourne, Minggu (22/1/2023). Ostapenko mengalahkan Coco, 7-5, 6-3.
Saat melawan Coco, Ostapenko memiliki unforced error yang tak begitu jauh dari winner, yaitu 27 berbanding 30. Sementara Coco hanya membuat 14 unforced error dengan 21 winner. Hanya saja, Coco memang kesulitan mengembalikan hantaman pukulan Ostapenko yang forehand-nya bisa mencapai kecepatan 131 km per jam.
Tanpa peringkat dua besar
Dengan kekalahannya, Swiatek harus menanti kesempatan pada tahun berikutnya untuk menjadi juara Australia Terbuka. Setelah menjuarai Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2022, dia sebenarnya percaya diri bahwa kemampuannya bermain di lapangan keras semakin baik. Gelar dari Flushing Meadows, New York, Agustus 2022, menambah dua gelar Grand Slam dari lapangan tanah liat Roland Garros pada 2020 dan 2022, tempat berlangsungnya Perancis Terbuka.
Pada 2022, dia juga mendominasi persaingan tunggal putri. Swiatek menjuarai delapan turnamen, dua di antaranya dari Grand Slam dan empat dari level WTA 1000.
Kekalahan dari Rybakina menjadi kekalahan kedua Swiatek pada tahun ini setelah ditaklukkan Jessica Pegula, 2-6, 2-6, pada semifinal kejuaraan beregu campuran, Piala United, 29 Desember 2022-8 Januari 2023. Setelah kalah dari Pegula, Swiatek menangis.
Reaksi petenis AS, Cori Coco Gauff, saat menghadapi petenis Latvia, Jelena Ostapenko, dalam pertandingan babak keempat Australia Terbuka di Margaret Court Arena, Melbourne, Minggu (22/1/2023). Ostapenko mengalahkan Coco, 7-5, 6-3.
Tersingkirnya Swiatek membuat persaingan tunggal putri tak lagi memiliki petenis peringkat dua besar dunia. Ons Jabeur, petenis Tunisia peringkat kedua, kalah pada babak kedua dari Marketa Vondrousova (Ceko). Padahal, Jabeur mampu mencapai final dua Grand Slam sebelumnya secara beruntun, yaitu Wimbledon dan AS Terbuka 2022.
Pegula, peringkat ketiga dunia dan unggulan ketiga di Melbourne Park, menjadi tunggal putri dengan peringkat tertinggi yang masih bertahan. Dia berhadapan dengan Barbora Krejcikova (Ceko) pada babak keempat, Minggu sore.
Persaingan tunggal putra bahkan tak menyisakan petenis peringkat tiga besar. Carlos Alcaraz (peringkat teratas) absen karena cedera, sedangkan Rafael Nadal (2) dan Casper Ruud (3) kalah pada babak kedua. (AP/AFP)