Liverpool melengkapi kontestan putaran keempat Piala FA. Kemenangan atas Wolverhampton Wanderers melepaskan sejenak kemurungan ”Si Merah” akibat hasil buruk di awal tahun ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
WOLVERHAMPTON, RABU — Liverpool mengoleksi kemenangan penting pada laga ulangan putaran ketiga Piala FA kontra Wolverhampton Wanderers, Rabu (18/1/2023) dini hari WIB, di Stadion Molineux. Hasil itu bermakna besar bagi skuad Liverpool dan Manajer Juergen Klopp demi melepaskan tekanan yang menghinggapi mereka sejak memasuki tahun baru.
Keunggulan ”Si Merah” 1-0 atas Wolves adalah raihan positif perdana di tahun 2023. Liverpool telah menelan dua kekalahan di laga tandang Liga Inggris pada awal tahun ini dari Brentford dan Brighton & Hove Albion, kemudian ditahan imbang Wolves pada laga pertama putaran ketiga Piala FA di Stadion Anfield.
Oleh karena itu, Klopp amat senang dengan kemenangan yang tidak mudah didapatkan Liverpool. Ia menilai, hasil positif dari markas Wolves amat diperlukan anak asuhannya untuk mengembalikan kepercayaan diri setelah mengalami paceklik kemenangan.
Kami mendapatkan reaksi yang kami butuhkan. Kami kompak, tampil kolektif, memenangi duel ketika kehilangan bola, dan memainkan bola dengan sangat baik.
”Kami mendapatkan reaksi yang kami butuhkan. Kami kompak, tampil kolektif, memenangi duel ketika kehilangan bola, dan memainkan bola dengan sangat baik,” kata Klopp dilansir laman klub.
Hasil itu menjaga asa Liverpool untuk mendapat gelar domestik musim ini. Setelah Liverpool gugur di babak 16 besar Piala Liga Inggris dan tercecer di papan tengah Liga Inggris, trofi Piala FA menjadi harapan satu-satunya Klopp untuk mengakhiri mimpi buruk yang dialami skuadnya pada musim ini.
Namun, ambisi Liverpool untuk mengejar Piala FA tidak mudah. Mereka akan kembali bertandang ke kandang Brighton, Stadion Palmer, untuk menjalani laga putaran keempat, Minggu (29/1/2023). Di musim ini, Liverpool belum pernah menang pada dua duel menghadapi Brighton, bahkan mereka selalu kemasukan tiga gol oleh tim berjuluk ”Si Burung Camar” itu.
Liverpool ditahan imbang 3-3 oleh Brighton di Anfield, Oktober lalu. Mereka kemudian dilibas Brighton 0-3 pada pekan ke-18 Liga Inggris, Sabtu (14/1/2023).
Klopp tidak gentar untuk menghadapi kembali Brighton. Menurut dia, kekalahan dan kesulitan menghadapi lawan tertentu adalah hal yang lumrah. Klopp bertekad untuk memperbaiki rekor pertemuan dengan Brighton di musim ini.
”Kami ingin melaju ke babak selanjutnya dan kami sudah tahu Brighton adalah lawan kami di putaran berikutnya. Itu bukan masalah,” ucap juru taktik berpaspor Jerman itu.
Harvey Elliot, gelandang muda yang mencetak gol kemenangan Liverpool atas Wolves, mengakui, pertemuan ketiga dengan Brighton akan kembali menyajikan pertandingan yang sulit. Elliot mengakui, performa Liverpool amat buruk ketika tumbang dari Si Burung Camar.
“Kami tidak cukup baik untuk mengantisipasi sejumlah peluang yang mereka kreasikan melawan kami. Kemenangan ini semoga menjadi titik balik bagi performa kami untuk mengembalikan kepercayaan diri dan memulai konsistensi meraih hasil positif,” kata Elliot.
Unggul di awal
Meski sempat dibayangi keraguan karena ditahan imbang 2-2 di Anfield, Liverpool sempat tampil meyakinkan di awal babak pertama. Mereka mencetak gol melalui sepakan jarak jauh gelandang muda, Harvey Elliot, ketika laga baru berjalan 13 menit.
Elliot jeli melihat posisi kiper Wolves, Jose Sa, yang berdiri jauh dari bawah mistar. Sepakan jarak jauh Elliot mengarah ke sisi atas Sa, sehingga tidak bisa dijangkau penjaga gawang asal Portugal itu.
Setelah keunggulan itu, Liverpool lebih banyak dipaksa bertahan oleh tim tuan rumah. Alhasil, untuk pertama kali di era Klopp, Si Merah tampil lebih inferior dibanding lawan dalam penguasaan bola pada dua laga beruntun.
Mereka hanya mengoleksi 42 persen penguasaan bola. Pada laga melawan Brighton & Hove Albion, akhir pekan lalu, Liverpool justru cuma mencatatkan 39 persen penguasaan bola. Itu adalah persentase penguasaan bola terendah Si Merah sejak era Klopp yang dimulai pada Oktober 2015.
Selain itu, di Molineux, Liverpool juga lebih sedikit menciptakan peluang. Mereka menicptakan tujuh tembakan, sedangkan Wolves menghasilkan 11 tembakan. Si Merah beruntung Wolves tidak dinaungi keberuntungan dan penyerang tim tuan rumah tampil buruk, sehingga gagal mencetak gol penyama kedudukan.
Manajer Wolves Julen Lopetegui telah mengerahkan segala cara untuk menjaringkan jala gawang Liverpool. Lopetegui menurunkan penyerang asal Meksiko, Raul Jimenez, pada babak pertama, kemudian Matheus Cunha dan Diego Costa tampil di babak kedua untuk menambah daya gedor. Perubahan taktik itu pun tidak membuahkan gol yang dinantikan Wolves.
Lopetegui mengatakan, skuadnya pantas mendapatkan hasil lebih baik karena tampil dominan atas Liverpool pada dua laga Piala FA itu. Ia kecewa kerja keras semua pemain Wolves gagal menghadirkan kemenangan.
“Setelah menderita secara emosional akibat gol mereka, kami tampil buruk hingga masa jeda. Kami mengubah permainan di babak kedua dengan menunjukkan usaha besar, karakter, personalitas, tetapi sayangnya tetap gagal mencetak gol,” ucap Lopetegui kepada Sky Sports.
Setelah mimpi di Piala FA berakhir, Wolves sepenuhnya fokus untuk keluar dari zona degradasi Liga Inggris. Lopetegui ingin tersingkir dari Piala FA menjadi pelajaran bagi skuad "Si Serigala" untuk tampil membaik di Liga Inggris, sehingga tidak merasakan kesedihan di akhir musim ini. (AFP)