Misi Pembalasan Novak Djokovic
Novak Djokovic kembali ke Australia Terbuka. Dia membawa misi pembalasan setelah dideportasi Pemerintah Australia menjelang turnamen yang sama pada 2022.
Novak Djokovic memegang rekor sembilan gelar juara Grand Slam Australia Terbuka. Jika mendapat gelar ke-10 dari turnamen 2023, hasil itu akan sangat memuaskan baginya setelah kejadian buruk di Australia, setahun lalu.
Januari 2022, Djokovic mengalami momen yang disebut tak akan terlupakan dalam hidupnya. Dia dideportasi dari Australia sehari menjelang dimulainya penyelenggaraan Australia Terbuka 2022 di Melbourne Park, pada 17-30 Januari.
Pemerintah Australia memulangkan petenis Serbia itu karena tiba tanpa vaksin Covid-19, yang menjadi syarat masuk negara tersebut. Dengan penyebab yang sama, petenis berusia 35 tahun itu tak bisa mengikuti turnamen di Amerika bagian utara, termasuk dalam Grand Slam Amerika Serikat Terbuka. Upaya untuk menjadi tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak pun tertunda.
Baca juga: Energi Positif Novak Djokovic
Seperti dikatakannya setelah tiba di Melbourne, Australia, Senin (9/1/2023), momen awal 2022 membuatnya harus menata ulang hidup, terutama mentalnya, agar bisa kembali ke lapangan dan bermain sesuai level yang diinginkan. Pilihannya untuk tak menerima vaksin Covid-19 memunculkan perasaan bahwa dia menjadi “musuh utama dunia”.
“Setelah beberapa lama, saya berusaha melupakan kejadian tersebut. Namun, pada setiap konferensi pers, selalu ada pertanyaan tentang Australia hingga saya diingatkan kembali akan kejadian itu,” katanya dalam wawancara dengan media Australia, Channel Nine.
Menjelang keberangkatan ke Australia, yang telah menghapus ketentuan wajib vaksi Covid-19, Djokovic merasa gugup akan penerimaan publik. Namun, dia akhirnya lega ketika diterima dengan baik saat tiba di Adelaide untuk turnamen ATP 250 Adelaide, 2-8 Januari. Djokovic menjuarai turnamen tersebut dan meraih gelar juara ke-92 dalam kariernya.
Tak hanya penggemar tenis, petenis Spanyol Rafael Nadal pun senang ketika Djokovic bisa kembali ke Australia. Setelah Roger Federer, rival yang juga sahabat Nadal, pensiun pada September 2022, Djokovic menjadi menjadi motivasi raja tenis tanah liat itu untuk tetap bertanding. Dengan usia 36 tahun dan sering mengalami cedera, Nadal tak ingin berbicara tentang pensiun, meski jurnalis sering bertanya tentang rencana tersebut.
Baca juga: Peluang Besar Djokovic Kembali ke Australia
Saat Djokovic tak bisa bertanding di beberapa turnamen pada 2022, Nadal mengambil kesempatan tersebut. Dia unggul di antara “Big Three” dengan 22 gelar juara Grand Slam setelah menjuarai Australia dan Perancis Terbuka. Nadal unggul satu gelar atas Djokovic dan dua gelar dari Federer.
Di tengah ramainya persaingan petenis berusia 20-an tahun, rivalitas Djokovic-Nadal masih akan menjadi sorotan persaingan tunggal putra, termasuk di Australia Terbuka 2023, 16-29 Januari. Nadal ditempatkan sebagai unggulan teratas setelah petenis nomor satu dunia, Carlos Alcaraz, absen karena cedera hamstring.
Dari undian yang digelar Kamis (12/1/2023), Nadal dan Djokovic yang menjadi unggulan keempat hanya bisa bertemu pada laga puncak karena berada pada paruh berbeda, Nadal ada di paruh atas, sedangkan Djokovic pada paruh bawah undian.
Setelah beberapa lama, saya berusaha melupakan kejadian tersebut. Namun, pada setiap konferensi pers, selalu ada pertanyaan tentang Australia hingga saya diingatkan kembali akan kejadian itu.
Berdasarkan daftar unggulan, pesaing berat Nadal sebelum bisa bertemu Djokovic diantaranya Stefanos Tsitsipas (unggulan ketiga), Felix Auger-Aliassime (6), dan Daniil Medvedev (7) yang dikalahkan Nadal pada final Australia Terbuka 2022. Saat itu, Nadal membuat keajaiban dengan menjadi juara untuk kedua kalinya di Melbourne Park, setelah 2009, meski dalam posisi kehilangan dua set awal di final.
Nadal adalah salah satu petenis yang menyambut baik kehadiran Djokovic pada tahun ini. “Novak berada di sini. Itu bagus untuk tenis dan juga untuk penggemarnya,” kata Nadal.
Petenis AS, Frances Tiafoe, mengemukakan pendapat serupa. Menurut petenis peringkat ke-17 tersebut, keberadaan pemain top dalam turnamen besar akan menjadi menjadi daya tarik.
Djokovic, yang berada satu grup dengan unggulan kedua, Casper Ruud, Andrey Rublev (5), dan Taylor Fritz (8) berusaha menjaga pola pikirnya untuk tampil di Australia Terbuka. “Saya selalu menilai bahwa saya adalah petenis terbaik di dunia. Itu saya tanamkan dalam pikiran siapapun lawan di seberang net dan di mana pun saya bertanding,” katanya.
Bumerang
Momen buruk pada awal 2022 memang bisa menjadi motivasi Djokovic mengangkat trofi juara Australia Terbuka untuk kesepuluh kalinya pada hari terakhir turnamen. Mantan petenis nomor satu dunia, Mats Wilander, menilai, tak ada petenis lain yang punya motivasi lebih besar untuk membayar kejadian buruk dibandingkan Djokovic. Pada Eurosport, Wilander pun menempatkan Djokovic sebagai favorit juara.
Penilaian berbeda dikemukakan Patrick Mouratoglou, mantan pelatih Serena Williams. Menurutnya, Djokovic akan kesulitan karena terbeban masalah emosi. “Dia membawa emosi yang sangat besar dan tak ada orang yang kebal terhadap masalah itu,” komentar Mouratoglou.
Pendapat pelatih asal Perancis itu terbilang masuk akal. Djokovic pernah digagalkan oleh ambisinya yang begitu besar ketika tampil pada Olimpiade Tokyo 2020 yang dimundurkan setahun karena pandemi Covid-19.
Setelah menjuarai Australia dan Perancis Terbuka 2021, Djokovic berambisi melengkapi gelarnya dengan medali emas Olimpiade. Dia tampil dalam persaingan tunggal putra dan ganda campuran, alih-alih mengikuti saran tim pelatih untuk fokus pada nomor tunggal. Djokovic akhirnya gagal meraih medali.
Baca juga: Ancaman dari Novak Djokovic
Setiap tampil di Melbourne Park, sulit dibantah bahwa Djokovic akan menjadi yang terfavorit untuk juara. Namun, di samping motivasinya yang besar, dia harus bisa mengendalikan emosi agar bisa mewujudkan misi pembalasan. (AFP/AP)