Siasat Tim Panjat Tebing Indonesia Bersaing di Kancah Global
Kondisi mental atlet dan fasilitas berlatih hingga pembuat jalur menjadi kendala tim panjat tebing Indonesia. Persoalan itu dicoba dicari jalan keluarnya.
JAKARTA, KOMPAS —Tim panjat tebing Indonesia menghadapi sejumlah kendala dalam dinamika berlatih, antara lain masalah mental dan sulitnya mendapatkan pegangan panjat tebing yang berlisensi internasional. Sejumlah siasat dilakukan untuk mengantisipasinya.
Tak hanya fisik, mental para atlet juga menjadi perhatian pelatih dan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). Mental yang stabil dapat berpengaruh pada performa atlet.
Mental mereka itu naik-turun, belum stabil. Hal itu yang sekarang sedang dipoles tim pelatih, terutama untuk mental bertanding mereka. Sementara untuk secara fisik dan teknik, saya rasa tim Indonesia mumpuni.
”Mental mereka itu naik-turun, belum stabil. Hal itu yang sekarang sedang dipoles tim pelatih, terutama untuk mental bertanding mereka. Sementara untuk secara fisik dan teknik, saya rasa tim Indonesia mumpuni,” ujar Penasihat Pengurus Pusat FPTI Sapto Hardiono saat dihubungi dari Jakarta, Senin (9/1/2023).
Baca juga: ”Speed” Andalan Tim Panjat Tebing Indonesia Rebut Tiket Olimpiade 2024
Mental yang tetap terjaga stabil merupakan tantangan tersendiri bagi para atlet. Mereka perlu mengendalikan dan mengolah mental bertandingnya. Persoalan ini jadi pekerjaan rumah FPTI untuk memutar otak menemukan solusinya.
Sapto mengatakan, sejak 2017, para atlet dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas) telah didampingi dua psikolog terapis. Harapannya, tim panjat tebing Indonesia dapat menjaga performa terbaiknya.
Serupa dengan atlet dari cabang olahraga lain, atlet panjat tebing membutuhkan jam terbang yang tinggi. Kesempatan berlomba di tingkat internasional masih dapat terus bertambah sehingga mampu memperkaya pengalaman para atlet.
Walau demikian, ada pula beberapa atlet dengan jam terbang minim, tetapi dapat menjaga performa permainan dengan stabil. Berbagai kejuaraan dapat diikuti dengan baik. Alhasil, Sapto menekankan pentingnya menerapkan perlakuan yang berbeda tiap atlet sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Baca juga: Prestasi Atlet Membuat Panjat Tebing Semakin Populer
Pegangan panjat tebing
Pelatih panjat tebing Indonesia, Hendra Basir, mengatakan, persoalan mental tak hanya dilihat dari kapasitas atlet. Beberapa variabel lain turut memengaruhi, salah satunya pegangan panjat tebing (point macros volume).
”Jadi para atlet ’kaget’ ketika berkompetisi di Eropa karena pegangan dan jangkauannya berbeda. Mereka jarang bertemu variasi seperti itu, antisipasinya kurang. Hal itu normal saja,” kata Hendra, selasa (10/1/2023).
Prestasi nomor lead (panjat tebing dengan pengaman tali) dan boulder (panjat tebing tanpa pengaman tali dengan ketinggian maksimal 4 meter) belum segemilang speed (adu cepat). Ada sejumlah faktor yang memengaruhinya.
Pertama, panjat tebing sudah menjadi industri olahraga. Mayoritas produsen pegangan panjat tebing berasal dari Eropa. Sementara, Indonesia belum memiliki produsen pegangan berlisensi internasional. Oleh karena itu, dengan mengikuti kompetisi-kompetisi internasional, akan membiasakan para atlet dengan model pegangan yang terus berubah dari waktu ke waktu.
”Kalau mau bersaing, mau enggak mau harus investasi dan belanja. Nilainya enggak murah. Jadi (pegangan) mahal harganya juga biaya impornya,” lanjut Hendra.
Baca juga: Waktunya Pemanjat "Lead" Indonesia Menari di Pentas Dunia
Tim panjat tebing Indonesia pun mengantisipasi dengan membentuk fondasi yang kuat pada tim yunior selama empat tahun pertama. Mereka akan digembleng untuk daya tahan spesifik memanjat. Cara ini dianggap lebih efektif ketimbang mendatangkan pegangan-pegangan yang tiap waktu berubah dan diperbarui. Pemerintah Indonesia pun juga belum tentu memiliki anggarannya.
Sementara itu, nomor speed hanya memanfaatkan pegangan yang sama sejak bertahun-tahun lalu. Fokusnya tak terpecah untuk memikirkan pegangan yang berubah-ubah.
Faktor kedua adalah sumber daya manusia yang terdiri dari atlet, pelatih, dan pembuat jalur (route setter). Ketiga unsur ini perlu memiliki kapasitas dan kapabilitas.
Meski tak menggunakan ahli panjat tebing dari luar negeri, pelatih-pelatih Indonesia tergolong mumpuni. Mereka kerap membangun jaringan dan hubungan baik dengan pelatih-pelatih panjat tebing dari negara asing, seperti Slovenia dan Jepang, untuk berbagi ilmu dan perspektif.
Baca juga: Raviandi Membuka Jalan Panjat Tebing Nomor ”Lead” Menuju Tren Positif
Pembuat jalur
Salah satu perangkat dalam sistem pelatihan di panjat tebing adalah pembuat jalur. Keberadaannya tak dapat terpisahkan pada olahraga ini.
”Kami belum punya pembuat jalur sekelas internasional (global), jadi kita baru sekelas Asia. Namun, mudah-mudahan kita bisa majukan untuk mendapatkan pembuat jalur internasional sehingga kekurangan itu tertutupi dalam waktu dekat ini,” tutur Sapto.
Panjat tebing Indonesia disayangkan kerap kalah dalam pembaruan jalur. Alhasil, metode latihan tak selalu dapat mengikuti perkembangan global.
FPTI pun berupaya bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga guna mendatangkan pembuat jalur dari negara asing. Harapannya, mereka dapat mengadakan pelatihan-pelatihan dalam pelatnas panjat tebing.
Baca juga: Raviandi Ramadhan Cetak Sejarah, Pemanjat RI Pertama yang Lolos Final ”Lead” Piala Dunia
Selama ini, beberapa kali tim pembuat jalur panjat tebing Indonesia telah mengikuti kursus di beberapa negara. Sapto berharap, tahun ini mereka dapat naik kelas dan tersertifikasi internasional (global). Hal ini dapat mendukung pencapaian target lolos Olimpiade 2028. Hingga saat ini, tim panjat tebing Indonesia memiliki dua pembuat jalur di level Asia atau kontinental.
Menurut Hendra, pembuat jalur panjat tebing dapat diibaratkan sebagai pelukis. Ia akan memasang pegangan-pegangan sesuai imajinasi, sesuai kapasitasnya sebagai mantan atlet.
”Kalau punya pegangan yang banyak dan bervariasi, pasti imajinasi jalurnya akan lebih bagus,” ujarnya.
Sederet kendala ini dapat berimbas ke performa permainan atlet. Namun, faktor panjat tebing sebagai industri olahraga sangat berpengaruh. Sementara, banyak orang hanya fokus pada faktor sumber daya manusia, tanpa menghubungkan dengan industrinya.
Hendra mengatakan, tim panjat tebing Indonesia berjalan pada arah yang benar. Kemampuan atlet-atletnya yang dulu tak begitu dikenal kini mulai diakui jadi atlet elite.
Baca juga: Kisah Para Pemburu Tanda Tangan dan Foto Pemanjat Dunia