Kegagalan Indonesia mengakhiri dahaga prestasi di Piala AFF 2022 tidak terlampau mengejutkan karena sudah bisa diprediksi sejak awal.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
AFP/NHAC NGUYEN
Pemain Vietnam, Nguyen Thanh Binh (kiri), dan striker Indonesia, Ilija Spasojevic (kanan), berebut bola pada laga kedua semifinal Piala AFF 2022 di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam, Senin (9/1/2023) malam. Indonesia takluk, 0-2.
Tim nasional Indonesia dipaksa pulang dengan tangan hampa dari lawatan ke Stadion My Dinh, Vietnam, pada laga kedua semifinal Piala AFF 2022. Indonesia bertekuk lutut 0-2 setelah mampu menaham imbang Vietnam, 0-0, pada pertemuan pertama di Jakarta. Tidak hanya tampil buruk, tim ”Garuda” gagal menampilkan permainan menghibur sebagaimana dijanjikan pelatih Shin Tae-yong sejak awal turnamen.
Masyarakat Indonesia pun harus kembali bersabar menunggu timnasnya berprestasi. Kekalahan dari Vietnam memperpanjang puasa gelar Indonesia di Piala AFF. Sejak Piala AFF digelar pada 1996, Indonesia berkali-kali gagal menjadi juara. Capaian terbaik timnas Indonesia adalah menjadi runner up sebanyak enam kali, terbanyak di antara negara anggota AFF lainnya. Sepak bola kita bahkan tidak mampu berprestasi di kawasan Asia Tenggara.
Paling tidak, ada sejumlah faktor utama yang membuat Indonesia gagal mencapai target, yaitu liga yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, pemilihan pemain yang kurang tepat, serta minimnya persiapan tim ’Garuda’ dalam menyongsong turnamen.
Kegagalan Indonesia di Piala AFF tidaklah terlalu mengejutkan karena sudah bisa diprediksi sejak awal. Paling tidak, ada sejumlah faktor utama yang membuat Indonesia gagal mencapai target, yaitu liga yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, pemilihan pemain yang kurang tepat, serta minimnya persiapan tim ”Garuda” dalam menyongsong turnamen.
Dengan segala faktor tersebut, pencapaian hingga bisa melaju ke semifinal sebenarnya sudah cukup lumayan. Namun, tetap saja mencapai semifinal bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan karena target Indonesia adalah menjadi juara.
ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong (kiri) didampingi pesepak bola Dendy Sulistyawan (kanan) beranjak usai menyampaikan keterangan kepada wartawan dalam sesi konferensi pers jelang pertandingan leg 2 babak semifinal Piala AFF 2022 di gedung Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF), Hanoi, Vietnam, Minggu (8/1/2023).
Di pertandingan pertama, Indonesia hanya mampu menang tipis 2-1 atas Kamboja. Meski tampil di rumah sendiri, para pemain timnas Indonesia membuang banyak peluang. Selain itu, sejumlah keputusan para pemain membuat suporter Indonesia geleng-geleng kepala. Dalam beberapa momen, mereka kerap memaksakan untuk menggiring bola kendati ada rekannya yang berada di posisi yang lebih bagus.
Dari sinilah keanehan tim racikan Shin Tae-yong mulai terasa. Saat memastikan tiket ke Piala Asia 2023, para pemain timnas Indonesia bermain amat padu dan menghibur. Tidak ada kesan mereka membuang peluang begitu banyak dan egoistis. Dua kesalahan di laga pertama itu terus berulang hingga laga-laga selanjutnya.
Pada sesi konferensi pers seusai laga, Shin bukannya tidak menyadari keanehan dari para pemainnya. Shin mengambil sikap pasang badan dan berjanji untuk memoles mereka agar lebih baik lagi, sebuah janji yang tidak kunjung ditepati hingga Indonesia kandas di semifinal.
Segera setelah kalah dari Vietnam, tagar yang menghendaki Shin dipecat menggema dan banyak diperbincangkan. Mencari kambing hitam untuk kegagalan timnas, apalagi hanya mengarahkannya pada Shin seorang kuranglah tepat. Persiapan Indonesia menjelang Piala AFF pada dasarnya memang minim. Setelah Tragedi Kanjuruhan yang memakan 135 korban jiwa terjadi, liga sepak bola Indonesia terhenti sekitar dua bulan. Selama rentang waktu itu, para pemain timnas tidak mendapatkan atmosfer pertandingan yang kompetitif.
ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA
Pesepak bola timnas Indonesia, Muhammad Rafli (kanan), bereaksi usai gagal membobol gawang Vietnam dalam pertandingan laga kedua babak semifinal Piala AFF 2022 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, Senin (9/1/2023). Indonesia gagal lolos ke babak final usai kalah 0-2 dari Vietnam.
Di saat timnas rival memanfaatkan waktu jelang Piala AFF untuk beruji coba, timnas Indonesia justru fokus menggelar pemusatan latihan. Laga uji coba tentu saja tidak bisa tergantikan oleh pemusatan latihan. Bagaimanapun pemain butuh laga kompetitif untuk menyeimbangkan kesiapan mental serta sentuhan bola. Bisa dilihat permainan timnas Indonesia sama sekali tidak sedap dipandang sepanjang turnamen. Mereka kerap melakukan kesalahan operan dan acap miskomunikasi.
Tanggung jawab Shin
Walau ada andil kurangnya persiapan dan liga yang terhenti, bukan berarti Shin sama sekali tidak bertanggung jawab atas buruknya penampilan Indonesia. Shin bertanggung jawab atas susunan pemain yang dipilihnya di Piala AFF kali ini. Pada edisi Piala AFF sebelumnya, Indonesia mampu melaju ke final kendati pada akhirnya kalah dari Thailand. Indonesia yang tidak diperhitungkan kala itu ternyata mematahkan semua prediksi.
Shin merombak skuadnya saat ini dibandingkan saat Piala AFF 2020. Sejumlah nama potensial terpinggirkan, seperti Irfan Jaya yang menjadi pencetak gol terbanyak Indonesia di Piala AFF 2020 dengan tiga gol. Shin menilai Irfan belum cukup siap untuk tampil karena baru pulih dari cedera saat membela Bali United.
Irfan merupakan pemain dengan ”daya ledak” tinggi dan bisa diandalkan untuk menciptakan peluang di saat penyerang mendapat pengawalan ketat. Permasalahan tumpulnya penyerang sudah dialami Indonesia di Piala AFF 2020. Saat itu, Irfan melalui kecepatan dan insting mencetak golnya mampu jadi pembeda. Ia beberapa kali memecah kebuntuan timnas.
AP/NGUYEN MANH QUAN
Pemain Vietnam, Nguyen Then Linh (kedua kanan), dan rekan-rekanya merayakan gol ke gawang Indonesia pada laga kedua semifinal Piala AFF 2022 di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam, Senin (9/1/2023) malam. Indonesia takluk, 0-2.
Tiadanya sosok pengganti Irfan menjadi masalah bagi Shin. Walaupun ada Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, performa kedua pemain muda itu belum memuaskan lantaran minimnya menit bermain yang mereka peroleh di klub masing-masing. Witan membuat kesalahan besar saat gagal mencetak gol ke gawang Thailand yang sudah kosong di laga kedua.
Keputusan Shin memainkan Yakob Sayuri sebagai penyerang bayangan juga cukup membingungkan. Pemain PSM Makassar itu kerap ditempatkan Shin beroperasi di belakang Dendy Sulistyawan. Padahal, Yakob lebih efektif bermain di sektor sayap.
Shin agaknya berharap Yakob mampu menggantikan peran Irfan yang serba bisa bermain di sayap kiri, striker bayangan, dan juga sayap kanan. Sepanjang turnamen, Yakob minim kontribusi. Ia hanya mampu mencetak satu gol dan dua asis melawan tim lemah Brunei Darussalam.
Walau bertanggung jawab, Shin tidak pantas disalahkan seorang diri atas kegagalan Indonesia. Pelatih hebat mana pun tidak akan bisa bekerja optimal bila tak didukung liga yang baik. Hanya dari liga yang kompetitif seorang pelatih bisa mendapatkan pemain yang dibutuhkan.
ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA
Kiper timnas Indonesia, Muhamad Riyandi (kanan), menghibur rekannya, Yakob Sayuri (kiri), usai kalah dari timnas Vietnam dalam pertandingan laga kedua babak semifinal Piala AFF 2022 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, Senin (9/1/2023). Indonesia gagal lolos ke babak final setelah kalah 0-2 dari Vietnam.
Untuk itu, momentum Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (KLB PSSI) pada Februari 2023 menjadi sangat penting untuk dikawal. Dari sanalah harapan untuk memilih pengurus-pengurus PSSI baru yang benar-benar peduli terhadap sepak bola bisa diwujudkan. Dari kepengurusan federasi yang sehat, kita bisa mendapatkan liga yang kompetitif. Pada akhirnya, penantian panjang terhadap timnas yang berprestasi akan segera berakhir.