Juventus menemukan identitasnya sebagai raksasa sepak bola Italia. Setelah terseok-seok di awal musim, mereka perlahan merangsek ke puncak klasemen dan kembali ke jalur perburuan ”scudetto” alias juara Liga Italia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
TURIN, MINGGU — Kemenangan 1-0 Juventus atas Udinese dalam pekan ke-17 Serie A Liga Italia di Stadion Allianz, Turin, Minggu (8/1/2023), adalah kemenangan kedelapan beruntun dan tanpa kebobolan ”Sang Nyonya Besar” sejak pekan ke-10. Setelah memulai awal musim ini dengan lambat dan penuh keraguan, rentetan hasil positif itu secara berlahan membawa Juventus mendekati puncak klasemen yang dikuasai Napoli secara konsisten sejak pekan keenam.
Kami memulai awal musim ini dengan lambat. Karena itu, kami harus terus bekerja keras. Kemenangan kali ini adalah kemenangan yang sangat penting, yang mengkonsolidasikan posisi kami di empat besar.
”Kami memulai awal musim ini dengan lambat. Karena itu, kami harus terus bekerja keras. Kemenangan kali ini adalah kemenangan yang sangat penting, yang mengonsolidasikan posisi kami di empat besar,” ujar Pelatih Juventus Max Allegri kepada DAZN seperti dilansir Football-Italia sehabis laga tersebut.
Laga antara Juventus dan Udinese turut didedikasikan untuk mengenang mantan penyerang Juventus dan timnas Italia, Gianluca Vialli, yang wafat dalam usia 58 tahun di London, Inggris, Jumat (6/1/2023). Laga itu berlangsung cukup alot. Meskipun secara penguasaan bola Juventus lebih unggul, secara umum kedua tim seimbang.
Sebagai tuan rumah, Juventus tidak bisa serta-merta mendominasi Udinese. Sebaliknya, Udinese tidak gentar menghadapi raksasa Italia tersebut. Namun, empat menit sebelum waktu normal berakhir, Juventus akhirnya bisa mencuri gol kemenangan lewat lesatan bek Danilo.
Gol itu bermula dari umpan terobosan tinggi gelandang Leandro Paredes yang disambut oleh penyerang Federico Chiesa di dalam kotak penalti. Usai mengontrol bola dengan dada, Chiesa langsung meneruskan bola ke arah Danilo yang berdiri bebas tanpa pengawal di depan kotak penalti.
Danilo pun dengan sangat gampang menyontek bola masuk ke gawang. Itu menjadi kemenangan kedua Juventus dari dua laga pada awal tahun ini setelah menang 1-0 atas tuan rumah Cremonese pada pekan ke-16, Kamis (5/1/2023).
”Kami berada dalam periode yang baik. Kami tidak memiliki konsentrasi yang tepat melawan Cremonese, tetapi lebih baik dengan Udinese yang notabene lebih kuat. Kami meraih kemenangan ini karena tingkat kebugaran dan kekuatan mental yang baik. Keahlian teknis sangat penting, tetapi jika Anda tidak memiliki keinginan untuk memberikan sedikit tambahan dan mencapai beberapa sentimeter sebelum lawan, Anda tidak akan memenangi permainanan ini,” ujar Allegri.
Secara keseluruhan, itu menjadi kemenangan kedelapan beruntun dan tanpa kebobolan Juventus sejak menang 1-0 atas tuan rumah Torino pada pekan ke-10. ”I Bianconeri” alias ”Si Putih-Hitam” pun pelan-pelan merangsek ke urutan kedua klasemen dengan 37 poin dari 17 laga. Mereka hanya tertinggal empat poin dari pemuncak klasemen Napoli yang baru memainkan 16 laga.
Juventus benar-benar memberikan ancaman dalam senyap. Betapa tidak, di awal musim, ”Si Zebra” terseok-seok. Seusai menang 3-0 atas tim tamu Sassuolo di laga pembuka musim ini, mereka cuma meraih dua kemenangan, empat imbang, dan dua kekalahan hingga pekan kesembilan. Maka dari itu, mereka terpuruk di peringkat kedelapan.
Pada pekan kesembilan, Juventus tertinggal 10 poin di bawah Napoli yang perkasa di puncak klasemen dengan 23 poin. Namun, dengan mental juara pelatih dan para pemainnya, Juventus bangkit merebut kemenangan demi kemenangan hingga kembali ke jalur perburuan juara Serie A alias scudetto.
”Napoli jelas masih difavoritkan meraih scudetto, mereka punya keuntungan besar. Untuk kami saat ini, menaikkan standar permainan lebih berarti daripada hasil atau target. Kami harus melangkah satu demi satu, fokus bekerja dan mencapai tujuan minimum, yaitu finis di empat besar,” ungkap Allegri.
Chiesa mengatakan, usai rentetan hasil buruk di awal musim, Juventus telah kembali ke jalur yang benar. ”Kini, seperti yang dikatakan pelatih, kami harus terus meningkatkan kualitas permainan. Delapan kemenangan berturut-turut itu tidak cukup, kami mesti menunjukkan performa yang lebih baik lagi,” katanya.
Hasil negatif pesaing
Kesuksesan Juventus menempel Napoli tidak lepas pula dari hasil negatif para pesaing mereka. Setelah selalu menuai kemenangan sejak menumbangkan tuan rumah Lazio 2-1 pada pekan kelima, Napoli akhirnya menelan kekalahan pertama setelah takluk 0-1 dari tuan rumah Inter Milan pada pekan ke-16, Kamis. Puncak klasemen yang dikuasi ”Si Keledai Biru” sejak pekan keenam itu belum terusik. Namun, selisih poin mereka dan para pesaing kian menipis.
Sementara itu, Inter yang mampu mengakhiri rekor positif Napoli itu justru gagal menjaga konsistensi kemenangan di awal tahun ini. Pada pekan ke-17, Minggu, ”Si Ular Besar” hanya bermain imbang 2-2 dengan tuan rumah AC Monza yang merupakan tim promosi dan penghuni papan bawah.
Dalam laga itu, Inter kesulitan mendominasi permainan. Mereka sempat unggul lebih dahulu melalui gol pemain sayap kanan Matteo Darmian di menit ke-10. Namun, semenit kemudian, Monza membalas lewat gol pemain sayap kanan Patrick Ciurria.
Inter bisa kembali unggul melalui gol penyerang Lautaro Martinez di menit ke-22. Kendati demikian, kemenangan di depan mata ”I Nerazzurri” alias ]””Si Hitam-Biru” sirna tatkala pemain sayap kanan pengganti, Denzel Dumfries melakukan gol bunuh diri di menit ke-90+3.
Hasil seri itu disesalkan oleh pelatih maupun pemain Inter. Sebab, ketika Inter memimpin 2-1, mereka berpeluang memperbesar keunggulan menjadi 3-1 lewat bek Francesco Acerbi. Namun, sewaktu Acerbi menguasai bola, pluit wasit berbunyi karena gelandang pengganti Inter, Roberto Gagliardini, dinilai mendorong bek Monza Pablo Mari. Tayangan ulang menunjukkan bahwa Mari tersandung rekan setimnya, bek Armando Izzo. Seandainya wasit menunggu sampai bola masuk, itu memungkinkan interpretasi VAR.
”Kami sangat marah karena jelas ada kesalahan. Kami sedang dalam periode yang bagus, kami bisa mengalahkan Atalanta (3-2 pada pekan ke-15) dan Napoli. Jadi, hasil ini memperlambat langkah kami. Kami merasa seperti mendapatkan hukuman,” tegas Pelatih Inter Simone Inzaghi kepada Sky Sport Italia.
Raihan satu poin itu membuat Inter tertahan di urutan keempat dengan 34 poin dari 17 laga. ”Kami tahu tiga tim di depan kami (Napoli, Juventus, dan AC Milan) kuat dan dalam grafik yang bagus. Jadi, di sisa musim ini, kami tidak boleh kalah lagi. Jalan masih panjang, saya percaya pada scudetto kalau kami terus berkembang,” tutur Lautaro Martinez kepada DAZN.