Setelah melalui perjuangan panjang untuk melawan kanker pankreas, Gianluca Vialli mengembuskan napas terakhir, Kamis malam. Vialli diikuti kesuksesan dalam 19 tahun karier profesionalnya.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AFP/LAURENCE GRIFFITHS
Arsip foto 12 Juli 2021 ini memperlihatkan Gianluca Vialli, sebagai ketua delegasi Italia, membalas dukukan suporter setelah Italia menjadi juara Piala Eropa 2020 seusai mengalahkan Inggris pada laga final di Stadion Wembley, London, Inggris. Vialli, mantan penyerang tim nasional Italia, meninggal dalam usia 58 tahun di London, Kamis (6/1/2023) malam.
LONDON, JUMAT — Gianluca Vialli, legenda sepak bola Italia, tutup usia dalam usia 58 tahun, Kamis (5/1/2023) malam waktu Inggris atau Jumat (6/1/2023) dini hari WIB, setelah menjalani perawatan intensif kanker pankreas sejak Desember 2022 di London, Inggris. Semasa hidupnya, Vialli adalah sosok yang dipuja di Italia dan Inggris.
Kabar terakhir tentang Vialli muncul pada 14 Desember 2022 ketika dirinya memutuskan untuk melepas jabatan sebagai staf tim nasional Italia. Hal itu dilakukan mantan pemain Sampdoria, Juventus, dan Chelsea itu untuk sepenuhnya fokus pada proses perawatan kanker pankreas yang dideritanya.
Penyakit itu mulai diderita Vialli sejak 2017. Pada April 2020, ia sempat menyampaikan kabar gembira bahwa dirinya telah ”memenangi” perang melawan kanker, setelah melakukan kemoterapi intensif selama 17 bulan.
Kesehatan yang membaik itu membuat Vialli bisa bekerja optimal untuk membantu sahabatnya, Roberto Mancini, membawa Italia menjadi juara Piala Eropa 2020, pada Juli 2021. Di ”Gli Azzurri”, Vialli diberi amanah oleh mantan tandemnya di lini depan Sampdoria itu sebagai penasihat, baik untuk pemilihan pemain hingga penentuan taktik, serta motivator bagi skuad Italia.
Tak bisa dimungkiri, trofi Piala Eropa 2020 tidak lepas dari peran besar Vialli. Mancini pun langsung memeluk Vialli ketika menyaksikan Bukayo Saka, pemain Inggris, gagal mencetak gol dalam adu penalti yang memastikan trofi Piala Eropa kedua Italia di Stadion Wembley, London.
JOHANES WASKITA UTAMA
Manajer Tim Nasional Italia Roberto Mancini (kiri) memeluk sahabatnya, Gianluca Vialli, setelah Italia mengalahkan Inggris lewat adu penalti di final Piala Eropa 2022 di Stadion Wembley, London, Inggris, 11 Juli 2021. Vialli saat itu menjadi penasihat tim sekaligus Ketua Delegasi Italia.
Gelar Piala Eropa itu seakan menjadi penebusan Vialli yang hanya bisa mempersembahkan medali perunggu Piala Dunia 1990 ketika masih bermain. Trofi Piala Eropa juga menjadi trofi pamungkas yang pernah digenggam Vialli dalam hidupnya.
”Dengan kesedihan yang mendalam, kami mengumumkan wafatnya Gianluca Vialli. Dikelilingi oleh anggota keluarga, ia wafat tadi (Kamis) malam setelah berjuang melawan penyakit selama lima tahun dengan keberanian dan ketabahan,” tulis pernyataan keluarga Vialli yang dikutip La Gazzetta dello Sport.
”Kami berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan dalam beberapa tahun terakhir. Kenangan dan teladannya akan selamanya hidup di hati kami,” tutup pesan belasungkawa pihak keluarga.
Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) Gabriele Gravina menjadi pihak pertama yang mengonfirmasi kabar wafatnya Vialli dari komunitas sepak bola ”Negeri Pizza”. Gravina mengungkapkan, berpulangnya Vialli telah menghadirkan duka yang mendalam bagi sepak bola Italia.
AFP/LAURENCE GRIFFITHS
Arsip foto 26 Juni 2021 ini memperlihatkan pelatih timnas Italia Roberto Mancini (kanan) berdiskusi dengan penasihat timnas Gianluca Vialli sebelum laga babak 16 besar Piala Eropa 2020 antara Italia dan Australia di Stadion Wembley, London, Inggris.
”Saya sangat sedih. Saya berharap sampai hari-hari terakhir ia bisa mendapatkan keajaiban. Gianluca (Vialli) adalah pria yang luar biasa dan memiliki kualitas kemanusiaan yang agung. Saya yakinkan bahwa sumbangsihnya untuk sepak bola Italia dan seragam ’Azzurri’ tidak akan terlupakan,” ujar Gravina seperti dilansir laman FIGC.
Untuk mengenang Vialli, semua pertandingan kompetisi Italia, akhir pekan ini, akan diawali dengan mengheningkan cipta.
Era emas
Vialli menjalani karier profesional selama 19 tahun. Dimulai dari membela Cremonese, lalu mulai diakui sebagai salah satu pemain terbaik dari Italia sejak membela Sampdoria pada musim 1984-1985. Ia kemudian hijrah ke Juventus pada musim 1992-1993.
Di pengujung kariernya, Vialli hijrah ke Inggris. Sebuah perjalanan karier yang tidak biasa bagi pemain asal Italia, ketika Serie A Italia menjadi kompetisi terbaik di dunia pada dekade 1990-an. Ia lalu membantu Chelsea mengakhiri paceklik trofi selama 27 tahun.
Vialli memberikan sumbangan besar bagi era keemasan Sampdoria, Juventus, dan Chelsea. Ia adalah bagian dari skuad Sampdoria yang meraih scudetto pertama kali, dan masih satu-satunya hingga saat ini.
AP/LUCA BRUNO
Penyerang Juventus Gianluca Vialli (tengah) menyundul bola di tengah kepungan dua pemain AC Milan, Alessandro Costacurta (kiri) dan Christian Panucci, pada laga Liga Italia Serie A di Stadion San Siro, Milan, Italia, 15 Oktober 1995.
Tak hanya itu, tandem Vialli bersama Mancini, yang disebut ”Goal Twin”, membantu Sampdoria meraih tiga gelar Piala Italia, lalu menghadirkan masa terbaik ”La Samp” di Eropa. Mereka meraih trofi Piala Winners 1989-1990 serta menembus final Liga Champions edisi 1991-1992.
Setelah memukau bersama Sampdoria, Vialli menjadi sosok penting bagi kebangkitan Juventus di era Marcelo Lippi. Ia membantu ”Si Nyonya Besar” mengakhiri penantian sembilan tahun untuk kembali meraih scudetto.
Penyerang brilian, manajer pemenang trofi, dan pria luar biasa. Tidurlah dengan tenang, Luca.
Vialli terlebih dahulu membawa Juve menjadi juara Piala UEFA 1992-1993. Perjalanan empat tahun pengabdiannya di Turin dilengkapi dengan gelar Liga Champions 1995-1996 setelah mengalahkan juara bertahan Ajax Amsterdam. Hingga kini, Vialli adalah kapten terakhir ”Si Nyonya Besar” yang mengangkat trofi ikonik ”Si Kuping Besar”.
Di Juve, Vialli meraih trofi di lima kompetisi yang ia jalani, yaitu Liga Italia, Piala Italia, Piala Super Italia, Piala UEFA, dan Liga Champions.
AFP/MARCO BERTORELLO
Suporter Italia memberikan dukungan bagi Gianluca Vialli yang tengah berjuang mengatasi kanker pankreas dengan spanduk bertuliskan ”Luca Vialli mencetak gol untuk kami...” sebelum laga Liga Italia Serie A antara Cremonese dan Juventus di Stadion Giovanni-Zini, Cremona, 4 Januari 2022.
”Kapten kami. Kapten saya. Selamanya. Selamat jalan, Luca,” tulis legenda Juventus, Alessandro Del Piero, dalam takarir unggahan fotonya bersama Vialli saat berseragam Juve di akun Instagram-nya.
Membuka jalan
Setelah meraih segalanya di Italia, Vialli menerima pinangan Chelsea, Mei 1996, setelah kontraknya bersama Juve usai. Kehadiran Vialli membuka jalan bagi impor pesepak bola asal Italia di Liga Inggris.
Roberto Di Matteo dan Gianfranco Zola menyusul Vialli untuk membela Chelsea di musim 1996-1997. Ketiganya menghadirkan masa keemasan Chelsea sebelum era Roman Abramovich.
Vialli membantu ”Si Biru” meraih gelar Piala FA 1996-1997, yang mengakhiri kemarau trofi kompetisi tertua itu. Sebelum itu, Chelsea terakhir kali mengangkat trofi Piala FA pada musim 1969-1970.
Pada musim keduanya di London, Vialli menjadi bagian skuad Chelsea yang merebut Piala Liga Inggris dan Piala Winners. Hebatnya lagi, Vialli meraih dua gelar itu ketika merangkap jabatan sebagai pemain sekaligus manajer Chelsea.
AP/MAX NASH
Gianluca Vialli, saat menjadi manajer merangkap penyerang Chelsea, mengangkat trofi Piala Liga Inggris seusai membawa Chelsea mengalahkan Middlesbrough, 2-0 pada laga final di Stadion Wembley, London, 29 Maret 1998.
Posisi manajer itu diemban Vialli setelah Ruud Gullit dipecat, Februari 1998. Kehadiran Vialli sebagai juru taktik Chelsea juga menjadi perintis kehadiran manajer asal Italia di Liga Inggris.
Secara total, dalam 19 tahun karier profesionalnya, Vialli memainkan 733 laga dengan sumbangan 275 gol serta meraih 12 trofi mayor. Sebagai manajer penuh waktu, ia berjasa mengantarkan Chelsea menjadi juara Piala Super Eropa 1998, Piala FA 1999-2000, dan Community Shield 2000.
Jasa besar Vialli itu membuat Chelsea mengubah foto profil di seluruh kanal media sosial mereka, Jumat ini. Chelsea memasang logo klub yang berwarna hitam sebagai tanda berkabung atas wafatnya legenda besar klub.