”Kastil” Peredam Ledakan ”Meriam” Arsenal
”Kastil” pertahanan Newcastle terlalu kuat untuk ditembus ledakan ”Meriam” Arsenal. Hasil imbang terasa seperti kekalahan untuk Arsenal.
LONDON, RABU — Wajar saja jika Newcastle dijuluki tim dengan pertahanan terbaik di Liga Inggris saat ini. Saking kokohnya, koordinasi pertahanan tim asuhan Manajer Eddie Howe yang seperti bangunan kastil tersebut mampu memaksa Arsenal untuk merasakan anomali pertama kali sepanjang musim ini.
Tuan rumah Arsenal ditahan imbang Newcastle 0-0 di Stadion Emirates, London, pada Rabu (4/1/2022) dini hari WIB. Untuk pertama kali setelah 17 laga sejak awal musim, mereka tidak bisa mencetak satu gol pun. Status Arsenal sebagai pemuncak klasemen dan tim tersubur kedua di liga (40 gol) tidak banyak berarti.
Newcastle yang datang sebagai tim dengan kemasukan paling sedikit di liga (11 gol) mampu meredam eksplosivitas ledakan penyerang muda Arsenal, seperti Gabriel Martinelli dan Bukayo Saka. Alhasil, Arsenal juga gagal melanjutkan rekor kemenangan 100 persen di kandang musim ini. Tren menang 7 kali beruntun mereka terhenti.
Baca juga: Arsenal versus Newcastle, Adu "Benteng" Modern Arteta dan Howe
Kami ulet, kompak, dan brilian dalam bertahan di seluruh area lapangan secara kolektif. Mereka sangat berbahaya dengan taktik bagus dan teknik pemain di area sayap. Namun, kami berhasil menemukan solusi untuk menghentikannya.
”Kami ulet, kompak, dan brilian dalam bertahan di seluruh area lapangan secara kolektif. Mereka sangat berbahaya dengan taktik bagus dan teknik pemain di area sayap. Namun, kami berhasil menemukan solusi untuk menghentikannya,” kata Howe.
Bagi Arsenal, raihan satu poin dari laga kandang itu terasa seperti kekalahan. Tim asuhan Manajer Mikel Arteta itu mendominasi nyaris sepanjang laga dengan 67 persen penguasaan bola dan 17 kali tembakan. Namun, dominasi itu tidak diiringi oleh efektivitas di lini depan. Hanya 4 tembakan mereka yang berujung tepat sasaran.
Kesulitan yang dihadapi Arsenal tidak lepas dari adaptasi taktik Howe. Arsenal sempat mengguncang tim tamu pada 8 menit pertama lewat lima tembakan. Mereka begitu nyaman karena Newcastle memainkan blok tinggi dengan formasi 4-3-3. Saka dan rekan-rekan bisa dengan mudah melewati perangkap itu.
Baca juga: Arsenal Pegang Kendali Persaingan Gelar Juara
Tidak lama berselang, Newcastle langsung memainkan blok medium dengan formasi 4-5-1. Penyerang sayap Miguel Almiron dan Joelinton dipaksa mundur, sejajar dengan tiga gelandang. Dengan formasi itu, mereka memutus aliran serangan Arsenal dengan lima pemain sejajar sekaligus di lini tengah.
Dua penyerang sayap Arsenal, Saka dan Martinelli, juga tidak dibiarkan lagi berduel satu lawan satu dengan pemain bertahan lawan. Setiap bola dipegang salah satu dari mereka, Almiron dan Joelinton langsung membantu bek sayap. Saka dan Martinelli nyaris selalu dikawal dua sampai tiga pemain.
”Saka adalah pemain hebat. Karena itu, bantuan pemain sayap untuk menjaganya sangat berpengaruh. Kami berhasil meredakan badai yang terjadi pada awal laga. Lalu, kami juga menunjukkan hal yang tidak ada musim lalu. Kami sulit dikalahkan meskipun sedang tidak dalam performa terbaik,” kata bek sayap Newcastle, Dan Burn.
Arsenal yang lebih suka pertandingan bertempo cepat, kewalahan dengan strategi lawan. Gelandang jangkar Thomas Partey kesulitan menjalankan tugas sebagai jembatan dari lini belakang ke lini serang. Sebab, semua garis umpan diputus oleh gelandang Newcastle.
Baca juga: Jangan Terburu-buru Membeli Pemain Setelah Piala Dunia
Sukses pada paruh pertama, Newcastle bermain semakin pragmatis setelah turun minum. Howe mulai menerapkan banyak kombinasi blok rendah atau yang sering disebut strategi ”parkir bus”. Dia mengantisipasi para pemain Arsenal yang semakin maju untuk mencetak gol pembuka.
Para pemain Newcastle pun semakin memperlambat tempo permainan pada 30 menit terakhir. Mereka selalu berupaya melanggar pemain lawan di lini tengah untuk merusak ritme. Tim berjuluk ”Si Burung Murai” itu juga sering membuang-buang waktu dengan perawatan pemain yang cedera.
Alhasil, duel berlangsung dengan tensi tinggi. Sebanyak 9 kartu kuning dikeluarkan oleh wasit Andrew Madley, 5 untuk Newcastle. Kedua manajer juga beradu mulut di pinggir lapangan jelang berakhirnya waktu normal. Arteta emosi karena pemain lawan terus mengulur-ulur waktu, sementara Howe membela anak asuhnya.
”Kami tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan mereka. Newcastle tidak pernah bermain seperti ini (membuang waktu) pada akhir laga. Kami punya beberapa peluang dan dua potensi penalti yang tidak diberikan. Kami bermain baik, hanya saja melewatkan kesempatan di sepertiga akhir,” ujar Arteta.
Baca juga: 2022, Tahun Terbaik Arsenal
Arteta tidak bisa banyak mengubah strategi pada akhir laga. Dia tetap menggunakan pemain yang sama di lini serang karena minim pilihan di bangku cadangan. Padahal, Saka dan gelandang serang Martin Odegaard sudah tampak kelelahan. Hal itu tidak lepas dari cederanya pemain utama, seperti penyerang Gabriel Jesus.
Peluang terbesar tim tuan rumah diciptakan oleh penyerang Eddie Nketiah, pengganti Jesus. Nketiah berhasil lolos di antara kepungan pemain bertahan lawan jelang akhir laga. Namun, tendangannya masih bisa digagalkan oleh kiper Nick Pope.
Newcastle sepertinya cukup puas jika pulang dengan satu poin. Mereka tidak mengambil banyak inisiatif serangan seperti biasa, hanya mengandalkan bola mati. Mereka hanya mencatat 8 tembakan dengan hanya sekali tepat sasaran. Berkat hasil itu, tim asuhan Howe memperpanjang rekor tidak terkalahkan di liga menjadi 13 laga.
Newcastle merupakan tim dengan rekor tidak terkalahkan paling panjang sejauh ini di liga. Mereka dibuntuti oleh Arsenal yang tidak kalah dalam 11 laga beruntun. Adapun Arsenal masih kokoh di puncak klasemen dengan 44 poin, sementara Newcastle di peringkat ketiga dengan 35 poin. (AP/REUTERS)