Kehadiran Enea Bastianini bisa memperkuat Ducati dalam persaingan juara MotoGP 2023, sekaligus berpotensi mengusik harmoni tim. "Bestia" bertekad merebut gelar juara dari rekan setimnya, Francesco Bagnaia.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
BORGO PANIGALE, MINGGU – Francesco Bagnaia akan berjuang mempertahankan gelar juara dunia MotoGP dengan atmosfer berbeda. Dia tidak akan bersama Jack Miller yang sangat kooperatif untuk mendukung target tim.
Rekan barunya di tim itu, Enea Bastianini, dengan tegas mengatakan akan senang jika bisa kembali bersaing dengan Bagnaia untuk meraih kemenangan seperti pada musim 2022. Bastianini sudah menyampaikan pesan yang sangat jelas di Le Mans, Misano, Aragon, dan Sepang, bahwa dirinya tidak akan sungkan menekan "Pecco" demi meraih kemenangan.
Karakter Bastianini, yang agresif dan tidak takut mengambil resiko, berpotensi mengusik harmoni tim pabrikan Ducati pada musim 2023. Saat dua pebalap dominan berada dalam satu tim, tensi hubungan bisa memanas, seperti saat Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo berebut gelar juara pada 2015. Risiko itu sudah dipertimbangkan oleh Ducati ketika memilih antara Bastianini atau Jorge Martin untuk mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Jack Miller.
Ducati sebenarnya dihadapkan pada resiko yang sama jika memilih Martin. Pebalap muda Spanyol itu juga lapar kemenangan dan berambisi meraih gelar juara MotoGP. Ducati akhirnya memilih Bastianini dengan argumen dia lebih banyak meraih kemenangan. Ducati memilih Bastianini karena berharap bisa lebih mudah berkomunikasi dengan pebalap dari Italia jika muncul potensi ketegangan dengan Pecco.
Mengelola ego
Tim asal Borgo Panigale itu pun berusaha mengubah potensi ketegangan itu menjadi kolaborasi cantik. Manajer Tim Ducati Lenovo Davide Tardozzi bahkan menilai timnya seperti kesebelasan yang memiliki dua striker tajam. Kolaborasi itu bisa berujung positif jika Ducati mampu mengelola benturan ego antara Bastianini dan Bagnaia dalam perburuan gelar juara.
"Saya di sini untuk berusaha (juara). Saya berada di tim pabrikan, jadi sudah pasti saya memiliki peluang untuk memenangi gelar," ungkap Bastianini kepada MotoGP.
Juara dunia Moto2 2020 itu pun tidak pandang bulu siapa lawan yang akan dihadapinya dalam persiangan juara, termasuk Bagnaia yang menjadi rekam setimnya. "Ada banyak pebalap. Pecco akan berusaha mempertahankan gelar juara, tetapi ada banyak pebalap lain yang kompetitif. Saat ini, MotoGP sangat sulit," ungkap Bastianini kemudian.
Menurut saya, semua orang menginginkan dua striker. Juara dunia akan menjadi favorit, tetapi Enea telah menunjukan dirinya mampu tampil bagus.
Pebalap berjuluk "Bestia" itu akan bertarung dengan buas. Dia sudah menunjukan itu pada musim 2022 saat bersaing dengan Bagnaia di Le Mans, Misano, Aragon, dan Sepang. Tekanan Bastianini membuat Bagnaia terjatuh di Le Mans. Mereka kemudian bertarung ketat di Misano yang membuat para petinggi Ducati senam jantung.
Bastianini kembali membuat Ducati khawatir saat menekan Bagnaia di Sepang. Padahal, itu balapan krusial bagi Bagnaia untuk memastikan gelar juara di Valencia. Bagnaia pun senang jika persaingan-persaingan ketat itu bisa kembali terulang pada 2023.
"Menurut saya, kami sudah menjalani beberapa pertarungan yang bagus, tetapi kami harus terus seperti itu. Sekarang, sangat penting untuk bekerja bersama mengembangkan motor saat tes. Kemudian, di trek, pada saat balapan, semua orang akan berusaha untuk diri mereka sendiri seperti yang seharusnya," ungkap pebalap asal Rimini itu.
Perlawanan sengit
Peraih empat kemenangan pada musim 2022 itu jelas akan memberi perlawanan sengit pada Bagnaia yang ingin mempertahankan gelar juara. Ducati pun bersiap mengatasi potensi perselisihan di antara dua pebalap "alfa" itu. Mereka sama-sama kompetitif dan berpotensi meraih gelar juara pada 2023.
"Menurut saya, semua orang menginginkan dua striker. Juara dunia akan menjadi favorit, tetapi Enea telah menunjukan dirinya mampu tampil bagus. Saya yakin akan ada kolaborasi. Mereka saling memahami, menjelaskan semuanya kepada satu sama lain dan telah saling kenal sejak mereka anak-anak, sejak mini bike," ungkap Tardozzi kepada GPOne.
"Jadi, mereka mengetahui kekuatan dan dan kelemahan masing-masing. Kami bisa yakin bahwa kami bisa menjaga situasi dalam kendali karena kami memiliki dua pebalap cerdas, bukan sekadar dua pebalap kuat," ujar Tardozzi.