Pele, Jasamu Kekal Abadi
Pele meninggalkan jasa yang abadi bagi sepak bola dan kehidupan sosial dunia. Semasa hidup hingga wafatnya, karisma "Sang Raja" mampu mengakhiri konflik.
SAO PAULO, JUMAT - Edson Arantes do Nascimento alias Pele wafat dengan meninggalkan banyak jasa yang dikenang warga Brasil dan dunia. Semasa hidupnya, Pele tidak hanya menghadirkan wajah baru bagi sepak bola modern, juga menjadi ikon budaya global yang menginisiasi gerakan sosial demi menghadirkan dunia yang lebih baik.
Setelah mendengar kabar wafatnya Pele dalam usia 82 tahun, Kamis (29/12/2022) sore atau Jumat (30/12) dini hari WIB, ribuan orang berbondong-bondong memberikan penghormatan terakhir di depan Rumah Sakit Albert Einstein, Sao Paulo, Brasil, tempat Pele dirawan sebulan terakhir hingga tutup usia.
Ribuan fans bersatu mengenakan seragam Brasil berwarna kuning, banyak pula yang menggunakan jersei Santos dengan bertuliskan ”Pele 10” di punggungnya. Spanduk besar dibentangkan di jalan utama depan rumah sakit dengan bertuliskan, ”Raja Pele Abadi”.
Baca juga: Pele, "Sang Raja", Tutup Usia
Sekitar 79 kilometer di selatan pusat kota Sao Paulo, duka mendalam juga terasa di kompleks Stadion Urbano Caldeira, markas Santos FC. Ribuan pendukung datang ke halaman stadion sejak Kamis sore untuk membawa bunga untuk legenda berjuluk ”Sang Raja” atau ”O Rei” itu. Santos adalah tim profesional pertama yang dibela Pele, pada 1956 hingga 1974.
Jenazah Pele akan disemayamkan di stadion itu pada Senin (2/1/2022), untuk memberi kesempatan jutaan warga Brasil memberikan penghormatan terakhir bagi ”harta nasional” mereka. Sehari kemudian, Pele akan dimakamkan di Santos.
Nuansa berkabung juga terlihat di patung Kristus Sang Penebus, di kota Rio de Janeiro. Lampu berwarna kuning dan hijau menerangi tugu ikonik itu. Sinar lampu yang serupa dengan warna jersei utama tim nasional Brasil itu juga terlihat menerangi Stadion Maracana, malam itu.
Berjarak sekitar 250 kilometer selatan Rio de Janeiro, puluhan orang memadati Museum Pele di Tres Coracoes, kota kecil tempat kelahiran Sang Raja. Museum itu mengambil bentuk rumah masa kecil Pele, yang menampilkan trofi dan memorabilia lain terkait 21 tahun karier Pele di dunia sepak bola.
Lihat juga: Saat Pele Berlaga di Senayan
”Sudah 10 tahun saya tidak pernah mendatangi rumah ini. Mendengar Pele wafat, saya langsung kembali mengunjungi tempat penuh sejarah untuk ‘Sang Raja’,” ujar Neilor Henrique, warga Tres Coracoes.
Sebagai penghormatan kepada Pele, Brasil menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari. Khusus kota Santos, hari berkabung berlangsung selama satu pekan.
Di luar Brasil, semua laga pekan ke-18 Liga Inggris, Jumat malam hingga Sabtu dini hari WIB, diawali dengan mengheningkan cipta selama satu menit sebelum sepak mula. Pada momen itu, foto Pele ditampilkan di layar raksasa stadion.
Menyisihkan konflik
Kepergian Pele membuat dua sosok utama di panggung politik Brasil untuk sementara menyisihkan konflik usai Pemilu Presiden, awal November. Presiden Brasil Jair Bolsonaro dan presiden terpilih Luiz Inacio ”Lula” da Silva sama-sama menyampaikan duka cita untuk Pele dan keluarga.
”Pele mengubah sepak bola menjadi seni dan kebahagiaan,” kata Balsonaro.
Lula tak ketinggalan memuji Pele. ”Tak akan ada lagi nomor 10 seperti dirinya,” ucap Lula yang akan dilantik pada Minggu (1/1).
Dalam satu bulan terakhir, konflik politik yang disebabkan perpecahan antara pendukung Bolsonaro dan Lula memanaskan suasana Brasil. Ribuan tentara berjaga di pusat kota besar Brasil, di antaranya Sao Paulo, Rio de Janeiro, Belo Herizonte, dan Brasilia, untuk mengantisipasi kerusuhan pada hari pelantikan Lula.
Pele mengubah sepak bola menjadi seni dan kebahagiaan.
Bersatunya Balsonaro dan Lula menunjukkan wafatnya Pele tidak meruntuhkan cita-cita besar Sang Raja, yang ingin menyebarkan cinta demi mengakhiri konflik. Salah satu kesan terbaik tercipta pada 1969, ketika Pele tampil bersama Santos untuk laga uji coba melawan klub Nigeria, Stationery Stores FC di Stadion Lagos.
Kedatangan dan penampilan Pele sempat mengakhiri perang saudara yang tengah terjadi di negara Afrika itu selama dua hari. Perang saudara itu terhenti sementara pada 26 hingga 28 Januari 1967.
Pada enam bulan akhir hidupnya, cita-cita Pele untuk perdamaian dunia tidak memudar. Ia sempat memberikan pesan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui akun Instagram-nya, @pele, 1 Juni lalu. Ia berharap Putin—yang telah ditemuinya beberapa kali—menghentikan invasi ke wilayah Ukraina.
Peran besar Pele diakui pemimpin besar dunia. Ratu Inggris Elizabeth II, misalnya, menganugerahkan gelar ksatria kehormatan untuk Pele pada 1997. Presiden ke-40 Amerika Serikat, Ronald Reagan, mengundang Pele ke Gedung Putih untuk menyebarkan ”virus” sepak bola ke anak-anak AS pada 1986.
Baca juga: Kala Pelayan Hotel Mengantarkan Pele ke New York Cosmos
Dalam buku Pele: The Autobiography (2007), Pele mengungkapkan, Reagan yang justru memperkenalkan diri kepadanya. ”Senang bertemu dengan Anda. Saya Presiden AS. Anda tidak perlu menceritakan siapa Anda, saya tahu Anda adalah Pele, semua orang tahu!” kata Reagan
Di buku itu, Pele juga berkisah, dirinya pernah menolak undangan Presiden ke-42 AS Bill Clinton untuk datang ke Gedung Putih pada 1997. Hal itu terpaksa dilakukan karena dia telah berjanji meresmikan program pembinaan sepak bola di Sekolah Magueira Samba di Rio de Janeiro. Sebagai gantinya, Pele mengundang Clinton ke Sekolah Magueira Samba pada kunjungan perdananya ke Amerika Selatan, 13 Oktober 1997.
Dari dekada 1950-an hingga 1970-an, Pele memberikan warna baru bagi sepak bola, termasuk memperkenalkan istilah ”O Jogo Bonito” atau ”permainan indah” bagi identitas timnas Brasil. Pele menegaskan predikat Sang Raja berkat rekor sebagai pesepak bola pertama dan satu-satunya yang memenangi tiga trofi Piala Dunia.
Lihat juga: "O Rei", Sang Legenda Sepak Bola itu Tutup Usia
Setelah gantung sepatu pada 1977, Pele mengabdikan dirinya untuk menjalani berbagai kegiatan sosial, termasuk menjadi duta bagi agenda kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia bertemu ratusan pemimpin dunia untuk menyebarkan senyum dan cinta sembari memegang bola.
Selamat jalan, Pele. Jasamu kekal abadi... (AFP)