Petinju Daud Yordan akhirnya terjun ke dunia politik dengan mendaftar calon anggota DPD RI dari Kalimantan Barat. Dia ingin meneruskan jejak petinju Filipina, Manny Pacquiao, yang sukses sebagai senator dan petinju.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah beberapa kali menyampaikan niat tersirat, petinju kelas super ringan Indonesia, Daud Yordan, akhirnya resmi terjun ke panggung politik. Petinju berusia 35 tahun itu menandai awal karier politiknya dengan mendaftar sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPD RI 2024-2029 dari Kalimantan Barat, Rabu (28/12/2022). Sebagaimana petinju legendaris asal Filipina, Manny Pacquiao, Daud memastikan akan tetap meneruskan karier tinju profesionalnya.
”Saya memutuskan maju ke DPD RI karena lembaga ini bisa menaungi pesertanya maju melalui nonpartai. Sejak dahulu saya bercita-cita mengabdikan diri kepada masyarakat. Dengan maju ke DPD RI, saya bisa menyuarakan persoalan-persoalan di daerah ke pusat,” ujar petinju berjuluk ”Cino” itu kepada Kompas.
Daud menunjukkan tanda-tanda ingin terjun ke panggung politik sejak melawan petinju Thailand, Rachata Khaophimai, dalam laga perebutan gelar super ringan World Boxing Council (WBC) Asian Boxing Council di Bangkok, Thailand, 19 November 2021. Beragam atribut niat ke dunia politik kembali ditunjukkan Daud saat menghadapi petinju Thailand, Panya Uthok, dalam laga mempertahankan gelar super ringan WBC Asian Boxing Council di Jakarta, 1 Juli 2022.
Namun, waktu itu, Daud belum benar-benar tegas mengakui niat tersebut. Dia baru mengungkapkannya tatkala resmi mendaftar sebagai calon anggota DPD RI kemarin. ”Saya dari awal mau terjun ke politik karena saya cukup dikenal oleh semua kalangan masyarakat Indonesia. Tentunya, saya pun telah mendapatkan pertimbangan dari berbagai lembaga survei dan arahan dari tokoh-tokoh daerah ataupun nasional,” kata petinju asal Kayong Utara, Kalimantan Barat, tersebut.
Terkait dengan profesi petinjunya, Daud menuturkan, dirinya akan tetap meneruskan karier itu hingga masa pensiun tiba. Daud optimistis bisa menjalankan profesi sebagai politisi dan petinju bersama-sama. Dia pun masih menyimpan ambisi besar untuk berprestasi dalam kancah tinju internasional.
Saya mencontoh Manny Pacquiao. Dia tetap aktif menjadi petinju profesional walau berstatus sebagai senator Filipina (2016-2022). Itu menggambarkan bahwa karier petinju bisa berjalan beriringan dengan karier politik.
”Saya mencontoh Manny Pacquiao. Dia tetap aktif menjadi petinju profesional walau berstatus sebagai senator Filipina (2016-2022). Itu menggambarkan bahwa karier petinju bisa berjalan beriringan dengan karier politik,” kata petinju kelahiran 10 Juni 1987 tersebut.
MPRO International, selaku promotor Daud, memastikan tetap berkomitmen membawa Daud kembali menjadi juara dunia. Daud kehilangan gelar super ringan WBC yang diraih setelah menang atas petinju Thailand, Aekkawee Kaewmanee, di Pattaya, Thailand, 4 Agustus 2019, karena tidak bertanding dua tahun akibat Covid-19 per akhir 2021 lalu.
Saat ini, Daud masih memegang gelar super ringan International Boxing Association (IBA) dan World Boxing Organization (WBO) Oriental. Dia meraih dua gelar itu seusai menang atas petinju Afrika Selatan, Michael Mokoena, di Batu, Jawa Timur, 17 November 2019.
”Komitmen kami kepada Daud tidak berubah, kami tetap berusaha membawa Daud menjadi juara dunia. Di tengah dukungan sponsor yang minim, kami berupaya mencari lawan petinju 50 besar dunia IBA dalam waktu dekat. Dengan pola hidup sebagai atlet yang disiplin, Daud masih mungkin berada di puncak dunia hingga beberapa tahun mendatang,” ucap President Director MPRO International Gustiantira Alandy ketika dihubungi, Kamis (29/12/2022).
Mantan promotor Daud sekaligus Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari mendukung niat positif Daud terjun ke panggung politik. ”Dengan jalur itu, dia pun bisa memperjuangkan isu-isu olahraga yang membesarkan namanya,” ucapnya.