Kelelahan fisik dan mental akibat Piala Dunia Qatar, ditambah minim rehat, berakumulasi menjadi beban berat yang harus dipikul Kane pada paruh kedua musim Liga Inggris.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
AFP/JEWEL SAMAD
Penyerang Inggris Harry Kane tertunduk lesu setelah kekalahan timnya dalam pertandingan sepak bola perempat final Piala Dunia Qatar 2022 antara Inggris dan Prancis di Stadion Al-Bayt di Al Khor, utara Doha, Qatar, Sabtu (10/12/2022). Perancis menang dengan skor 2-1 dalam laga yang diwarnai kegagalan penalti Harry Kane. Kane mengalami beban berat setelah kegagalan di Piala Dunia saat akan memulai kembali laga Liga Inggris.
LONDON, MINGGU – Tidak ada pemain Inggris yang dianggap lebih berdosa daripada sang kapten tim, Harry Kane, atas kejatuhan di Piala Dunia Qatar 2022. Inggris tersingkir setelah tendangan penaltinya meleset. Namun, saat lukanya belum mengering, Kane sudah harus memimpin Tottenham Hotspur lagi di Liga Inggris.
Nyaris seluruh surat kabar Inggris menampilkan ekspresi kesedihan Kane di halaman depan. Kane tertunduk lesu setelah Inggris kalah dari Perancis 1-2 di perempat final. Dia hanya bisa menyesali eksekusinya yang gagal pada empat menit sebelum waktu normal habis. Dia mampu membuat kedudukan seimbang, tetapi justru memaksa Inggris pulang.
Penyerang berusia 29 tahun itu tidak punya waktu berkabung. Paruh kedua Liga Inggris segera dimulai seusai jeda Piala Dunia selama enam pekan. Kane akan kembali memimpin Spurs saat bertandang ke markas Brentford, Stadion Gtech Community, Kota London, pada Senin (26/12/2022) malam WIB.
Pelatih Spurs Antonio Conte tidak terlalu khawatir dengan psikologis Kane, meskipun harus kembali hanya sekitar dua pekan dari tragedi tersebut. “Saya melihatnya dalam kondisi sangat baik saat berlatih bersama kami pada dua hari terakhir,” ucapnya.
AP PHOTO/MATT DUNHAM
Pelatih Tottenham Hotspur Antonio Conte memberikan instruksi kepada para pemainnya saat pertandingan Liga Inggris melawan Arsenal di Stadion Tottenham Hotspur, London, Jumat (13/5/2022) dini hari WIB. Conte percaya kondisi Harry Kane baik-baik saja setelah kegagalannya di Piala Dunia.
Saya tidak khawatir karena kita membicarakan seorang striker kelas dunia. Di sepak bola, Anda bisa punya momen menyenangkan dan momen mengecewakan. (Dalam kasus Kane), dia gagal pada penalti kedua. Tetapi, dia sudah mencetak gol pada tendangan penalti pertamanya.
“Saya tidak khawatir karena kita membicarakan seorang striker kelas dunia. Di sepak bola, Anda bisa punya momen menyenangkan dan momen mengecewakan. (Dalam kasus Kane), dia gagal pada penalti kedua. Tetapi, dia sudah mencetak gol pada tendangan penalti pertamanya,” lanjut Conte.
Conte paham betul sakitnya kegagalan di Piala Dunia. Dia pernah menjadi bagian dari tim Italia yang kalah di final Piala Dunia 1994 dari Brasil lewat adu penalti. Meskipun tidak tampil di laga itu, dia sangat terpukul. Namun, menurut dia, sepak bola selalu memberikan kesempatan untuk bahagia lagi.
Conte boleh saja yakin. Namun, situasi kali ini jauh berbeda. Pemain yang gagal di Qatar seperti Kane harus kembali ke klub dalam kondisi emosi yang terkuras. Mereka tidak punya waktu cukup memulihkan suasana hati akibat Piala Dunia yang berlangsung pada tengah musim.
Menurut asosiasi pesepak bola profesional dunia (Fifpro), rerata jarak antara final Piala Dunia dengan awal Liga Inggris sejak tahun 1990 adalah 37 hari. Sementara itu, fase kedua Liga Inggris musim ini sudah harus dimulai lagi 8 hari setelah final Piala Dunia.
Konsultan kinerja mental beberapa klub Liga Champions, Mark Bowden, menilai, kondisi mental merupakan faktor paling berpengaruh terhadap fisik pemain. Jika kondisi itu belum pulih sempurna, penurunan performa setelah pulang dari Qatar pun menjadi keniscayaan bagi banyak pemain.
“Saat kita punya tujuan, ada peningkatan senyawa kimia otak bernama dopamin. Itu meningkatkan determinasi dan fokus. Testosteron ikut naik yang menambah percaya diri dan tenaga. Namun, setelah mencapai puncaknya dan gagal, pemain butuh rehat untuk bisa kembali lagi seperti awal,” ujar Bowden.
Jika tidak, kata Bowden, pemain akan mengalami kelelahan emosional. Itulah pentingnya Piala Dunia di musim panas. Para pemain kembali ke klub seusai jeda panjang untuk memulihkan mental. Mereka datang lebih segar menyambut musim baru. Tidak seperti saat ini untuk melanjutkan fase kedua musim.
Kelelahan emosional sempat diungkapkan oleh bek sayap timnas Jepang sekaligus Arsenal, Takehiro Tomiyasu, setelah tersingkir di babak 16 besar Piala Dunia. Ketika ditanya kapan akan kembali ke klub, dia berkata, “Saya tidak tahu. Saya butuh istirahat dan waktu untuk melupakan sepak bola.”
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Pemain Jepang Takehiro Tomiyasu berebut bola dengan pemain Kroasia Mario Pasalic dalam pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2022 di Stadion Al Janoub, Qatar, Senin (5/12/2022). Kroasia melaju ke babak perempat final setelah mengalahkan Jepang lewat babak adu penalti 4-2 (1-1).
Adapun kondisi Tomiyasu dan Kane jauh berbeda. Jepang tidak diunggulkan melangkah jauh, sementara Inggris ditargetkan menjadi juara. Sementara itu, Kane sebagai kapten dan bintang tim juga punya tanggung jawab lebih besar dari para pemain “Tiga Singa” lain.
Bagi Kane, kegagalan penalti itu menimbulkan luka terlalu besar. Jika dia berhasil, sangat mungkin Inggris akan lolos ke semifinal lalu meraih juara dunia lagi setelah terakhir kali pada 1966. Akibat gagal, sekarang dia harus menatap cemoohan pendukung lawan yang akan mengungkit tragedi itu.
Contoh dampak nyata penurunan performa pemain akibat turnamen tengah musim adalah penyerang Liverpool Mohamed Salah di Piala Afrika 2021. Salah bersama timnas Mesir kalah adu penalti di final lawan Senegal yang juga dipimpin pemain Liverpool Sadio Mane.
Menurut data Sky Sports, setelah turnamen catatan produktivitas per laga Salah langsung menurun dari 0,81 gol ke 0,64 gol. Termasuk akurasi tembakannya, dari 47,5 persen menjadi 37,3 persen. Sebaliknya, performa Mane justru meningkat setelah paruh pertama yang di bawah standar.
AFP/FRANCOIS-XAVIER MARIT
Bek Senegal Fode Ballo-Toure berebut bola dengan penyerang Inggris Harry Kane dalam pertandingan babak 16 besar Piala Dunia Qatar antara Inggris dan Senegal di Stadion Al Bayt, Al Khor, Senin (5/12/2022) dini hari WIB. Kane mengalami beban berat setelah kegagalan di Piala Dunia saat akan memulai kembali laga Liga Inggris.
Rasa frustrasi Kane bisa diperburuk dengan kondisi fisiknya. Dia merupakan salah satu pemain Liga Inggris dengan penampilan terbanyak bersama Spurs dan Inggris sejak Juli 2021, yaitu 91 laga. Adapun Liga Inggris musim ini baru akan selesai pada akhir Mei 2023.
Meskipun begitu, Kane dipilih sebagai kapten timnas oleh pelatih Gareth Southgate dengan alasan kuat. Dia sangat dewasa dan mampu menanggung beban berat kegagalan tim. Hal itu sudah dibuktikan seperti saat kegagalan Inggris di Piala Dunia Rusia 2018 dan Piala Eropa 2020. Jawaban awal dari tanda tanya besar terhadap Kane bisa terlihat di laga versus Brentford.
Brentford menjadi ancaman besar bagi “Si Lili Putih”. Mereka dikenal sebagai pembunuh tim raksasa. Terakhir kali bertanding sebelum jeda Piala Dunia, tim asuhan manajer Thomas Frank itu baru saja menaklukkan juara bertahan Manchester City di markas lawan. (AP/REUTERS)