Tantangan Sesungguhnya Buat PBSI
PP PBSI 2020-2024 akan menghadapi tantangan kian berat mulai 2023 dengan dimulainya masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Program kerja mereka harus diprioritaskan untuk atlet, bukan untuk kepentingan sendiri.

Ganda putra Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan memberi selamat kepada juara ganda putra Liu Yu Chen/Ou Xuan Yu (China) setelah pertandingan final ganda putra Final BWF World Tour di Bangkok, Thailand, Minggu (11/12/2022).
Setelah bekerja selama dua tahun terakhir, cara kerja PP PBSI akan mendapat ujian sesungguhnya dalam dua tahun ke depan. Jalan menuju podium tertinggi Olimpiade Paris 2024 akan diawali dengan persaingan dalam fase kualifikasi yang dimulai pada 2023.
PP PBSI 2020-2024, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Agung Firman Sampurna dan Wakil Ketua I/Ketua Harian Alex Tirta sebagai motor organisasi, mendapat keberuntungan dalam tahun pertama masa kerja, pada 2021. Belum genap setahun bekerja, kepengurusan ini ketiban rezeki medali emas Olimpiade Tokyo 2020 (yang digelar Agustus 2021) dari ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Dua bulan kemudian, tim putra mempersembahkan gelar juara Piala Thomas 2020 dalam persaingan di Denmark pada Oktober 2021. Kedua ajang tersebut seharusnya berlangsung pada 2020 saat kepengurusan PBSI belum berganti, tetapi pandemi Covid-19 mengubah sebagian besar jadwal kejuaraan.
Setelah kegembiraan mewarnai masa kerja tahun pertama, hasil kerja pengurus mulai terlihat pada 2022. Dari 20 turnamen BWF World Tour, yang terdiri dari Super 300, 500, 750, 1000, dan ajang final, Indonesia meraih 12 gelar juara. Hanya China yang lebih unggul, yaitu dengan 26 gelar. Adapun Jepang mendapat 10 gelar, diikuti Thailand dengan 8 gelar.
Baca juga : Indonesia Tak Kebagian Gelar Juara

Namun, ada catatan di balik statistik itu. ”Merah Putih” tak mendapat satu gelar pun dari ajang mayor, yaitu Piala Thomas dan Uber, Kejuaraan Dunia, dan Final BWF World Tour. Dalam Piala Thomas, Indonesia kalah 0-3 dari India di final.
Dari Kejuaraan Dunia di Tokyo, Jepang, hasil terbaik didapat Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang tampil di final, tetapi kalah dari Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia). Mereka juga menjadi finalis Final BWF di Thailand (bersama Anthony Sinisuka Ginting) dan di All England.
Di antara penggemar bulu tangkis yang memuji dedikasi dan prestasi Hendra/Ahsan, banyak pula mereka yang mengecam. Dalam media sosial, warganet menuntut Hendra/Ahsan pensiun untuk memberi kesempatan kepada pemain muda.
Hendra/Ahsan memang berlatih di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, atas permintaan pelatih. Namun, sebagai pemain sparring, mereka membiayai sendiri perjalanan untuk mengikuti turnamen, kecuali jika diikutsertakan PBSI pada kejuaran beregu atau dalam ajang multicabang. Dengan berada pada peringkat 10 besar dunia, Hendra/Ahsan bahkan memiliki kewajiban mengikuti turnamen besar yang ditentukan BWF.
Baca huga : Satu Langkah Lagi untuk Gelar Akhir Tahun

Ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan berlatih di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, Senin (5/12/2022) untuk persiapan Final BWF World Tour, 7-11 Desember. Para pebulu tangkis peserta turnamen Final BWF World Tour akan bertanding di fase penyisihan dengan format "round robin".
Jadi, ketika pasangan yang masing-masing berusia 38 dan 35 tahun itu bisa menembus final kejuaraan besar, kritik yang tepat bukanlah menyuruh mereka pensiun, melainkan bertanya, “Mana pemain Indonesia yang lain?”
Jadi, ketika pasangan yang masing-masing berusia 38 dan 35 tahun itu bisa menembus final kejuaraan besar, kritik yang tepat bukanlah menyuruh mereka pensiun, melainkan bertanya, “Mana pemain Indonesia yang lain?”
Ganda putra sebenarnya menjadi sektor yang paling sukses dalam regenerasi. Saat Hendra/Ahsan masih bermain, begitu pula Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (meski prestasi mereka merosot), generasi baru telah lahir.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang sering berada di bawah bayang-bayang Hendra/Ahsan dan Kevin/Marcus, menjadi yang paling konsisten tahun ini dengan empat gelar juara dari delapan final. Ganda putra, juga, memiliki tiga pasangan pelapis yang performanya kian mendekati senior mereka. Namun, untuk melahirkan juara dari level Olimpiade, masih banyak polesan yang harus diberikan pada mereka.
Fajar/Rian pun akan menghadapi tantangan baru, sebagai ganda putra nomor satu Indonesia pada masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024, 1 Mei 2023-28 April 2024. Dalam periode tersebut, semua atlet berburu poin sebanyak mungkin yang akan menentukan jumlah pemain dari setiap negara di Paris 2024.
Baca Juga: Beragam Cara ke Semifinal

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto disingkirkan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China) pada semifinal turnamen bulu tangkis Final BWF World Tour. Di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, mereka kalah 20-22, 21-11, 19-21.
Bagi Fajar/Rian serta dua tunggal putra yang mapan di posisi sepuluh besar dunia, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, masa kualifikasi seharusnya menjadi ajang pemantapan untuk memperbaiki kekurangan masing-masing. Fajar/Rian kerap kehilangan fokus saat menjalani babak-babak akhir ajang besar. Adapun Anthony belum menemukan rumus untuk mengalahkan Viktor Axelsen, penguasa tunggal putra dalam dua tahun terakhir.
Berkaca pada perjalanan tahun ini, pemain dari tiga sektor lain untuk difokuskan tampil di Paris tampaknya telah mengerucut. Perubahan pola pikir, yang membawa pengaruh positif pada performa dalam lima bulan terakhir membuat Gregoria Mariska Tunjung bisa diberi kesempatan lain berebut tiket Olimpiade.
Ganda putri memiliki andalan baru, yaitu Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, tak lama setelah Greysia Polii pensiun pada Juni. Apriyani/Fadia langsung membuat gebrakan dengan menjuarai Malaysia dan Singapura Terbuka dari delapan turnamen BWF sejak bertanding pada Juni.
Banyak pekerjaan rumah
Tanpa pemain senior yang bisa dijadikan panutan, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, berada di jalur yang benar untuk mengembalikan pamor ganda campuran. Perjalanan untuk bisa menjadi seperti Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir memang masih jauh, tetapi kedua pasangan itu, secara perlahan, bisa menyesuaikan diri dalam kerasnya persaingan dengan pemain top dunia.
Baca Juga: Rinov/Pitha Maju Perlahan

Ganda campuran Indonesia Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari berhadapan dengan pasangan Taiwan Lee Yang/Yang Ching Tun, dalam babak kedua Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Selasa (23/8/2022). Rinov/Pitha menang 21-15, 19-21, 21-8.
Rinov/Pitha menembus final Malaysia Masters dan lolos ke Final BWF dan bertahan hingga fase semifinal. Sementara, Rehan/Lisa meraih gelar pertama dari ajang BWF Word Tour dengan menjuarai Hylo Terbuka di Jerman.
Seiring dengan harus dicarinya upaya untuk meningkatkan level kemampuan dua ganda itu, tantangan dihadapi PBSI untuk mencari pengganti Nova Widianto yang mengundurkan diri dari pelatnas. Nova, yang memimpin ganda campuran setelah Richard Mainaky pensiun pada September 2021 akan menjadi pelatih di Malaysia pada nomor yang sama.
Pengunduran diri Nova menjadi PR tambahan ketika PBSI belum menyelesaikan tugas mendapat pelatih kepala tunggal putri untuk mendampingi Herli Djaenudin. Irwansyah pun idealnya didampingi pelatih berpengalaman untuk mempertajam kemampuan Jonatan dan Anthony serta meningkatkan performa tunggal putra lain. Maka, patut ditunggu sikap PBSI untuk mengatasi situasi tersebut, apalagi dengan agenda kualifikasi Olimpiade pada 2023.
Perpindahan pelatih, seperti yang dilakukan Nova, adalah hal yang wajar. Namun, alasan Nova, yang juga pernah dikemukakan pelatih lain yang saat ini berkarier di luar Indonesia, tak seharusnya dibiarkan.
Baca juga : PBSI Harus Mencari Pelatih Baru

Pelatih ganda campuran Indonesia, Nova Widianto saat ditemui di Pelatnas Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Cipayung Jakarta, pada Rabu (21/12/2022).
Nova, seperti juga Hendrawan, Rexy Mainaky, dan Paulus Firman mendapat tawaran lebih baik dari negara tetangga ketika di negara sendiri sulit merancang masa depan karier dan keluarga. Di PBSI, setiap pelatih dipanggil pada awal tahun, bekerja tanpa kontrak detail hingga masa kerja mereka bisa diputus kapan pun.
Ini berbeda dengan di negara lain, seperti Malaysia dan Korea Selatan, yang memandang pelatih sebagai profesi. Di Malaysia, pelatih bulu tangkis nasional bisa menyusun rencana karier dan keluarga dengan adanya penandatanganan kontrak setiap dua tahun. Tak heran, banyak pelatih hengkang ke negara lain. Selain meningkatkan karier, ada kehidupan keluarga yang menjadi tanggung jawab mereka. (Kompas 14 September 2021).
Baca juga: Ini Bukan Soal Tidak Nasionalis
Selain mundurnya Nova, PBSI beberapa kali disorot karena membuat acara yang tidak tepat untuk diikuti atlet. Tahun ini, mereka menggelar turnamen BNI BrightUp di Jakarta, 10-11 November, dengan menjadikan persiapan menuju turnamen Final BWF, pada 7-11 Desember, sebagai alasan.
Padahal, Jonatan dan Anthony, yang menjadi bagian dari turnamen itu selain beberapa pemain ganda putra, baru tiba di Jakarta pada 8 November setelah mengikuti tiga turnamen di Eropa dalam tiga pekan beruntun. Seandainya kondisi atlet menjadi prioritas, Jonatan dan Anthony seharusnya dibiarkan beristirahat sebelum bersiap kembali untuk mengikuti Final BWF.

Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) Agung Firman Sampurna saat jumpa pers jelang Indonesia Masters 2023 di Jakarta, Rabu (7/12/2022). Turnamen bulu tangkis Super 500 ini akan digelar dengan penonton kapasitas penuh di Istora Senayan, Jakarta pada 24-29 Januari 2023.
Anthony dan Jonatan, bahkan, pernah diminta hadir dalam peresmian lapangan bulu tangkis milik Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, November 2021, saat Agung menjabat Ketua Badan Pemeriksa Keuangan. Keduanya diminta hadir dalam jam latihan.
Memiliki tanggung jawab dalam cabang olahraga paling berprestasi di Indonesia, pengurus PBSI seharusnya bekerja untuk kepentingan atlet dan pelatih demi prestasi “Merah Putih” di level dunia, bukan untuk kepentingan sendiri atau sponsor semata. Kini, dengan tantangan puncak dalam setiap periode kepengurusan PBSI, yaitu kualifikasi dan persaingan Olimpiade, perbaikan cara kerja PBSI pun dinanti.