Meski tidak menyambut Natal di tempat-tempat umum, perayaan Natal tetap terlaksana nyaman di Qatar. Diaspora Indonesia menyelenggarakan agenda khusus untuk menyambut hari raya umat Nasrani itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, dari Doha, Qatar
·5 menit baca
Waktu menunjukkan pukul 13.00, Jumat (23/12/2022), ketika denting bel di rumah Albertus Retnanto, diaspora Indonesia yang bermukim di Qatar, yang berada di kawasan Al Rayyan, berbunyi. Satu per satu tamu yang juga diaspora Indonesia berdatangan untuk memenuhi undangan makan siang.
Makan siang itu bukan santapan biasa. Albertus, yang biasa disapa Albert, bersama sang istri, Paulina Tati Kurwati, mengundang rekan-rekan mereka untuk menyantap makanan khas Indonesia untuk menyambut hari raya Natal, tahun ini.
Dalam satu jam kemudian, sekitar 26 orang diaspora Indonesia, mulai dari anak-anak sampai dewasa, telah memadati rumah Albert. Agenda itu juga kedatangan tamu istimewa yang tak lain adalah Ridwan Hassan, Duta Besar Indonesia untuk Qatar.
Di tengah siang yang sejuk pada musim dingin di Qatar, para tamu menyatap tiga makanan utama khas Tanah Air, yaitu sate ayam yang dilengkapi potongan ketupat dan bumbu kacang, bakso yang dipadukan mie dan bihun, serta empal gentong. Untuk penganan pendamping terdapat sejumlah makanan ringan khas Indonesia, di antaranya tahu goreng, bakwan, onde-onde, kue talam, dan bika ambon.
Tak ketinggalan hadir karak cai, minuman yang menjadi favorit masyarakat Qatar, demi tidak menghilangkan kesan Qatar dalam acara makan siang itu. Karak cai adalah minuman serupa teh susu yang dicampur olahan rempah, seperti kapulaga, cengkeh, dan kayu manis.
Albert adalah profesional sekaligus dosen di bidang perminyakan yang telah berkarier di Qatar sejak 2009. Kini, ia merupakan Guru Besar Teknik Perminyakan Universitas Texas A&M di Qatar. Kampus Universitas Texas A&M di Qatar berlokasi di kawasan Education City, Doha.
Setiap jelang Natal, Albert dan istri rutin menyelenggarakan santap siang itu jelang hari raya Natal. Selain Natal, acara kumpul-kumpul diaspora Indonesia yang memeluk Nasrani juga terjadi mendekati hari Paskah.
Tahun ini, Albert bisa menggelar acara santap siang bersama lagi setelah sebelumnya agenda berkumpul itu ditiadakan akibat pandemi Covid-19 pada dua tahun terakhir. Itu membuat suasana di rumah Albert meriah.
Paulina atau disapa Olin sibuk menyiapkan makanan yang dibantu oleh dua putranya. Sementara itu, Albert berbincang dengan rekan-rekannya yang makan di ruang tamu dan taman belakang. Topik utama pembicaraan mereka adalah pengalaman menyaksikan Piala Dunia 2022 di Qatar yang baru saja rampung.
“Acara ini menjadi kesempatan kami untuk saling bertemu dan bertukar cerita di tengah kesibukan sehari-hari. Bisa dikatakan agenda makan siang ini menjadi bagian perayaan Natal. Kami berencana mengikuti misa, Sabtu (24/12),” kata Albert yang memeluk Katolik.
Ya, nuansa Natal amat terasa di kediaman Albert. Pohon Natal berukuran 1,5 meter telah melengkapi dekorasi interior rumah yang diperkaya dengan karya wastra Nusantara yang terpasang di dinding. Di tangga rumah menuju ruangan lantai dua juga terdapat daun pinus tiruan yang menutupi pegangan tangga. Ada pula hiasan christmas wreath atau karangan bunga Natal di meja ruang tamu.
Ridwan menyambut positif agenda berkumpul diaspora Indonesia untuk menyambut hari raya Natal. “Kami senang dengan adanya inisiatif warga Indonesia menyelenggarakan acara demi menjaga kebersamaan dan silaturahim. Kami memberikan dukungan bagi setiap agenda warga Indonesia,” ucap Ridwan.
Diaspora Indonesia yang memeluk Nasrani mencapai hampir 500 orang. Adapun berdasarkan data Otoritas Statistik Qatar pada 2021, warga Indonesia yang menetap di Qatar berkisar 27.000 jiwa atau berjumlah 0,85 persen dari total populasi Qatar.
Tidak terasa
Suasana Natal tidak terasa di Qatar. Meskipun Piala Dunia telah selesai, Minggu (18/12) lalu, tidak ada hiasan-hiasan Natal yang terpasang di ruang publik dan pusat kegiatan masyarakat, seperti mal.
Dekorasi di tempat-tempat favorit masyarakat Qatar untuk menghabiskan waktu bersama keluarga itu masih didominasi nuansa Piala Dunia yang ditandai kehadiran bendera-bendera 32 negara peserta pesta sepak bola terakbar itu. Lalu, masih ada pula poster-poster besar yang menampilkan La’eeb, maskot Qatar 2022.
Dekorasi Natal hanya bisa dilihat di sejumlah hotel-hotel bintang lima yang menjadi pilihan favorit turis asing dan ekspatriat untuk menginap.
Meski begitu, Pemerintah Qatar tidak menutup mata dengan kehadiran umat Nasrani. Pada 2005, Emir Qatar kala itu, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, menyetujui pembangunan kompleks keagamaan yang menjadi sentra sejumlah gereja di Abu Hamour, Doha, Qatar.
Gereja umat Katolik menjadi gereja pertama yang hadir di kompleks keagamaan itu. Sejak 2008, umat Katolik di Doha dan sekitarnya bisa melaksanakan ibadah di gereja yang bisa menampung lebih dari 2.000 orang itu.
“Kami merasakan toleransi yang besar dari Qatari (sebutan warga Qatar asli) dan pemerintah Qatar. Selain toleransi, Pemerintah Qatar juga melindungi dan memberikan fasilitas yang baik agar kami bisa beribadah,” ucap Albert.
Sementara itu, komunitas kristiani Indonesia lainnya di Qatar juga tidak ketinggalan menyelenggarakan perayaan Natal. Mereka melaksanakan perayaan Natal anak-anak di Gereja International Full Gospel Fellowship (IFGF), Sabtu (17/12) lalu.
Agenda tahunan untuk menyambut Natal itu memadukan ibadah dengan pentas seni, seperti tarian anak-anak, drama, peforma musik, dan ditutup dengan pembagian hadiah dari sinterklas.
Esra Selvia Gurning, Koordinator Pelayanan Anak Gereja IFGF Qatar, mengungkapkan, perayaan Natal anak-anak itu juga diikuti oleh warga negara lain, seperti Filipina, Kenya, dan Amerika Serikat.
“Sekitar 100 anak hadir meramaikan kegiatan kami tahun ini. Tujuan kami menyelenggarakan kegiatan itu agar anak-anak bisa bersukacita merayakan suasana Natal yang kembali normal setelah pandemi serta di tengah-tengah euforia Piala Dunia,” tutur Esra.
Natal memang dirayakan secara sederhana di Qatar, tetapi hal itu tidak menghilangkan kegembiraan yang menjadi nafas utama di setiap perayaan Natal. Dengan kebebasan untuk melaksanan ibadah dan merayakan Natal, umat kristiani di Qatar merasakan kebahagiaan itu di dalam hati mereka. (M Ikhsan Mahar)