Perpanjangan kontrak Deschamps sudah seharusnya menjadi prioritas Perancis. Tidak ada yang lebih penting darinya, termasuk Benzema sekalipun.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
PARIS, RABU – Jangan merombak sesuatu jika tidak rusak. Kalimat bijak itu sangat cocok untuk tim nasional Perancis. Mereka seharusnya mempertahankan pelatih Didier Deschamps, terlepas dari kegagalan di final Piala Dunia Qatar 2022 dan problem dengan penyerang Karim Benzema.
Nasib Deschamps masih menjadi teka-teki setelah Perancis kalah adu penalti dari Argentina. Kontraknya akan segera habis, tetapi Deschamps dan federasi sepak bola Perancis (FFF) belum mengambil keputusan. Kata sang pelatih, pembahasan masa depannya baru akan dilakukan pada awal Januari 2023.
Di tengah ketidakpastian itu, Deschamps justru menjadi kambing hitam kekalahan “Si Biru”. Banyak pihak menilai hasil final bisa berbeda jika Benzema dipanggil lagi. Adapun sang peraih Ballon d’Or cedera sebelum turnamen dimulai, tetapi sudah pulih dan berlatih di Real Madrid jelang final.
Menurut media Perancis, L’Equipe, Deschamps tidak tertarik memanggil kembali Benzema untuk laga pamungkas itu. Padahal, Benzema masih tercantum dalam daftar 26 nama skuad untuk Piala Dunia. Deschamps yang memutuskan tidak mencoretnya dari daftar setelah sang pemain cedera.
Kisah lama perseteruan antara pelatih dan pemain itu dikabarkan berlanjut. Sebelumnya, Deschamps pernah mencoret Benzema dari skuad Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018 akibat terlibat skandal video seks. Keduanya lalu kembali berdamai pada Piala Eropa 2020.
Benzema langsung mengumumkan pensiun dari timnas seusai Piala Dunia rampung. “Saya melakukan kerja keras dan kesalahan untuk berada di posisi ini. Saya bangga karena itu. Saya telah menulis cerita dan cerita kita (dengan timnas) telah berakhir,” tulisnya di Twitter pada Senin (19/12/2022).
Benzema, pada usia 35 tahun, memang masih menjadi sosok penyerang terbaik di dunia saat ini. Dia bisa membantu Perancis. Namun, striker El Real itu tidak lebih penting dari Deschamps. Prestasi cemerlang Perancis satu dekade terakhir hadir berkat Deschamps, bukan Benzema.
Deschamps telah membawa Perancis ke tiga final turnamen besar dalam 6 tahun terakhir, Piala Eropa 2016 serta Piala Dunia 2018 dan Piala Dunia 2022. Pencapaian itu melebihi pelatih dari negara mana pun pada satu dekade terakhir. Uniknya, tidak ada Benzema dalam tiga edisi turnamen tersebut.
Deschamps, melatih “Si Biru” sejak 2012, sudah semestinya mendapatkan perpanjangan kontrak dari FFF. Pencapaian di Qatar bukan sebuah kegagalan, meskipun kalah di final. Deschamps terbilang sukses karena mampu mengantar Perancis dua kali beruntun ke partai puncak dengan kondisi pas-pasan akibat badai cedera.
Perancis harus tampil tanpa segudang pemain veteran, seperti N’Golo Kante dan Paul Pogba. Namun, mereka masih bisa mendominasi dengan dipimpin penyerang bintang Kylian Mbappe dan bantuan para pemain muda. Adapun mereka hanya kalah adu penalti yang lebih mengandalkan keberuntungan.
Bagi Perancis, kehilangan Deschamps membuat mereka harus mulai dari nol. Padahal, tim ini sedang menatap masa depan cerah bersama para pemain muda. Beberapa nama yang tampil di final kemarin masih belum berusia 25 tahun, antara lain Mbappe (24), Aurelien Tchouameni (22), dan Randal Kolo Muani (24).
Apalagi, Deschamps adalah pelatih spesialis turnamen singkat terhebat saat ini. Dia bisa konsisten mengantar “Si Biru” tetap di level tertinggi dengan gaya bermain agak pragmatisnya. Kepemimpinan mantan kapten yang pernah mengantar Perancis juara Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 itu juga tidak perlu diragukan lagi.
Pengalamannya di level internasional tidak perlu diragukan lagi. Dia adalah inspirasi untuk kami, para pemain. Yang terpenting, kami punya hubungan sangat baik dengannya. Bukan kebetulan dia sudah sangat lama melatih tim ini.
Pelatih 54 tahun itu selalu bisa meracik tim dengan komposisi yang pas. “Pengalamannya di level internasional tidak perlu diragukan lagi. Dia adalah inspirasi untuk kami, para pemain. Yang terpenting, kami punya hubungan sangat baik dengannya. Bukan kebetulan dia sudah sangat lama melatih tim ini,” kata kapten Perancis Hugo Lloris.
Di sisi lain, Deshamps sangat adaptif dan tidak takut terhadap perubahan. Dia bisa mengganti-ganti formasi tim tergantung ketersediaan pemain dan tetap menang. Sang pelatih memakai 4-4-2 ketika juara dunia di Rusia, lalu 3-4-1-2 saat juara Liga Nasional Eropa 2021, 4-2-3-1 di Qatar.
Adapun menurut L’Equipe, Deschamps tidak memanggil Benzema demi keharmonisan tim. Beberapa pemain dikabarkan kurang senang dengan sang penyerang, seperti Lloris dan Antoine Griezmann. Deschamps pun tidak mau mengambil risiko.
Kans Zidane
Sosok pelatih dan mantan pemain asal Perancis, Zinedine Zidane, menjadi sorotan di tengah teka-teki Deschamps. Zidane yang sedang menganggur saat ini, dinilai paling cocok mengisi kursi pelatih “Si Biru” jika rezim Deschamps tidak berlanjut.
“Tidak diragukan lagi, Zidane akan menjadi suksesor yang hebat untuk Deschamps. Pertanyaan terbesarnya, apa yang diinginkan Deschamps? Saya pikir peluangnya 70:30 untuk Zidane menjadi pelatih Perancis selanjutnya. Dia sudah tidak sabar kembali melatih,” kata gelandang Madrid Toni Kroos, mantan anak asuh Zidane, di siniar Einfach mal Luppen.
Zidane, eks kapten Perancis, punya segalanya untuk membawa Mbappe dan rekan-rekan sukses. Dia punya pengalaman sukses melatih Madrid. Di Madrid, dia berhasil menyatukan ego besar para bintang. Sebagai legenda hidup timnas, dia sudah pasti dihormati oleh pemain Perancis.
Hadirnya Zidane juga akan membuka peluang kembalinya Benzema dari pensiun. Keduanya punya kedekatan khusus saat bersama-sama di Madrid. Mereka pernah mengantar “El Real” untuk meraih trofi Liga Champions tiga musim beruntun.
Adapun publik Perancis masih ingin melihat Benzema berprestasi di timnas. Benzema merupakan pemenang aktif Ballon d’Or pertama yang tidak ikut serta di Piala Dunia sejak terakhir kali Allan Simonsen (Piala Dunia Argentina 1978). (AP/REUTERS)