Selain final yang dianggap terbaik sepanjang sejarah, upaya tim medioker mempersempit kesenjangan dengan kekuatan tradisional adalah warisan terbesar Piala Dunia 2022 untuk wajah baru pentas dunia ini di 2026.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
AP PHOTO/JORGE SAENZ
Lionel Messi dari Argentina, kanan, dan Saud Abdulhamid dari Arab Saudi memperebutkan bola selama pertandingan sepak bola grup C Piala Dunia antara Argentina dan Arab Saudi di Stadion Lusail di Lusail, Qatar, Selasa, 22 November 2022. (AP Photo/Jorge Saenz)
Sedikitnya ada 15 kejutan terjadi sepanjang Piala Dunia Qatar 2022 atau terbesar sejak Piala Dunia Swedia 1958. Dengan penambahan peserta dari 32 menjadi 48 tim, kisah dongeng di Qatar kemungkinan akan tersaji lebih banyak pada Piala Dunia Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko 2026.
Menurut BBC, Senin (19/12), lembaga analis Nielsen Gracenote mendata, Piala Dunia 2022 adalah ajang terbanyak memberikan kejutan dalam 64 tahun terakhir. Ada 15 laga yang berakhir di luar dugaan. Sebanyak 12 laga di luar prediksi terjadi pada penyisihan grup.
Dari total 64 laga Piala Dunia perdana di musim dingin dan Timur Tengah tersebut, 24 persen pertandingan berakhir di luar dugaan. Itu rekor tertinggi sejak 26 persen kejutan pada Piala Dunia 1958. Suatu laga dianggap di luar prediksi kalau tim pemenang memiliki peluang menang kurang dari 33,3 persen pada fase grup atau potensi menyingkirkan lawan maksimum 47 persen dalam babak sistem gugur.
Beberapa kejadian mengejutkan itu di antaranya seperti kemenangan Arab Saudi atas Argentina, 2-1, pada laga pembuka Grup C hingga Kroasia yang menyisihkan Brasil di perempat final.
Ketangguhan Maroko juga menarik perhatian dunia. Tim berjulukan Singa Atlas itu menaklukan Belgia di fase grup, menyingkirkan Spanyol di 16 besar, dan menundukan Portugal di perempat final.
”Kali ini adalah penyisihan grup terbaik di Piala Dunia. Tidak ada lagi tim kecil atau tim besar. Levelnya sangat seimbang. Untuk pertama kalinya juga, tim dari semua benua lolos ke 16 besar. Itu menunjukkan, sepak bola telah benar-benar mendunia,” terang Presiden FIFA Gianni Infantino dikutip Marca, Rabu (7/12).
Qatar menjadi panggung berseminya tim-tim dunia ketiga atau tim di luar Eropa dan Amerika Selatan yang menjadi kekuatan tradisional sejak Piala Dunia edisi perdana di Uruguay 1930. Para wakil Afrika mengumpulkan poin lebih banyak di penyisihan grup dibandingkan Piala Dunia Rusia 2018.
Maroko memuncaki Grup F yang berisi runner-up Piala Dunia 2018 Kroasia dan tim peringkat kedua dunia Belgia sebelum menahbiskan diri menjadi tim Benua Hitam pertama yang menembus semifinal Piala Dunia. Untuk pertama kali pula, ada tiga tim Asia yang melaju ke 16 besar ajang empat tahunan tersebut.
”Ini tidak seperti 30 tahun yang lalu ketika ikan besar (tim elite) selalu memakan ikan kecil (medioker),” ungkap pelatih Senegal Aliou Cisse.
Membangun mimpi
AFP/FADEL SENNA
Pendukung Maroko di Rabat, Maroko, merayakan keberhasilan tim kesayangan mereka melangkah ke perempat final Piala Dunia Qatar 2022, Rabu (7/12/2022) dini hari WIB. Maroko mengalahkan Spanyol lewat adu penalti di babak 16 besar.
Segenap dongeng yang mewarnai Piala Dunia 2022 pun membangun mimpi tim-tim Afrika dan Asia untuk menghentikan hegemoni tim ”darah biru” di Piala Dunia. Pelatih Maroko Walid Regragui sampai berani sesumbar tim Afrika akan menjuarai Piala Dunia dalam 15-20 tahun mendatang.
Salah satu alasannya karena ada penambahan peserta dari 32 tim menjadi 48 tim mulai Piala Dunia 2026. ”Dengan tambahan peserta dari lima tim menjadi sembilan tim untuk zona Afrika, kami akan mendapatkan banyak pelajaran. Dari pengalaman itu, dalam 15-20 tahun mendatang, saya optimis ada tim Afrika yang bisa memenangkan Piala Dunia,” kata Regragui.
Perluasan jumlah peserta adalah gebrakan besar FIFA untuk membuat Piala Dunia lebih menarik. Harapannya, bisa memunculkan juara baru di kemudian hari.
”Itu artinya kita akan mendapatkan 16 tim yang lebih bagus lagi. Jika ada lebih banyak negara yang berpartisipasi ke panggung dunia, itu akan berdampak lebih besar untuk pengembangan sepak bola di setiap negara,” ujar Arsene Wenger, Kepala Pengembangan Sepak Bola Global Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan tokoh sentral dalam mewujudkan 48 tim Piala Dunia dilansir CNBC, Rabu (7/12).
Jumlah peserta Piala Dunia sendiri terus berkembang. Dari 13 tim di Piala Dunia 1930 menjadi 16 tim dari Piala Dunia Italia 1934 hingga Piala Dunia Argentina 1978. Jumlahnya meningkat lagi menjadi 24 tim pada Piala Dunia Spanyol 1982 sampai Piala Dunia Amerika Serikat 1994.
Jumlah peserta bertambah menjadi 32 tim mulai Piala Dunia Perancis 1998 sampai terakhir di Qatar. Setiap penambahan peserta, itu memicu persaingan lebih ketat dan munculnya sejumlah kejutan. Tim debutan Kroasia, misalnya, menduduki tempat ketiga dan Perancis merebut gelar dunia perdana pada 1998.
Di Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002, tim debutan Senegal menembus perempat final, Korsel menembus semifinal, dan Turki mencapai urutan ketiga. Kisah berlanjut saat dua tim debutan melaju ke fase gugur Piala Dunia Jerman 2006, yakni Ghana melaju hingga 16 besar dan Ukraina mencapai perempat final. Kosta Rika dan Kolombia menembus perempat final Piala Dunia Brasil 2014 sebelum generasi emas Kroasia menjadi finalis pada 2018.
Perubahan format dalam Piala Dunia 2026 diyakini akan turut memberikan manfaat besar untuk wakil-wakil Afrika dan Asia. Sebab, ada tambahan signifikan untuk zona masing-masing, yakni Afrika dari lima menjadi sembilan dan Asia dari empat setengah menjadi delapan. Belum lagi, Amerika Utara dan Tengah mendapatkan enam jatah dari sebelumnya tiga setengah dan Oseania satu jatah dari sebelumnya hanya setengah.
”Bagi kami orang Afrika, itu adalah hadiah dari surga. Saya selalu berpikir Afrika harus mengirim lebih banyak perwakilan untuk memperbesar peluang (bersaing). Ini adalah benua besar dengan lebih dari satu miliar penduduk, termasuk negara saya yang memiliki sekitar 200 juta orang. Jadi, sangat menarik melihat Piala Dunia yang lebih besar,” tutur mantan pemain internasional Nigeria Sunday Oliseh dilansir Brecorder.com, Senin (19/12).
Dukungan teknologi
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Wasit pertandingan Denmark melawan Tunisia memberikan tanda tidak ada pelanggaran setelah mengecek melalui Video Assistant Referee (VAR) di babak fase grup C Piala Dunia 2022 di Stadion Education City, Qatar, Selasa (22/11/2022). Pertandingan berakhir imbang 0-0.
Lahirnya banyak kejutan di Piala Dunia 2022 tidak terlepas juga dari penerapan teknologi tinggi. Dengan bantuan VAR (video assistant referee), wasit bisa lebih akurat menentukan offside, kesahan gol, dan hadiah penalti.
Setidaknya, Nielsen mencatat, ada 23 penalti yang diberikan atau 0,36 penalti per laga, termasuk tiga di final. Jumlah yang sama terjadi pula tatkala VAR pertama kali diterapkan pada Piala Dunia di Rusia.
Ketua Komite Wasit FIFA Pierluigi Collina dikutip Sportsvideo.org, Senin (28/11), mengatakan, VAR memberikan dampak sangat positif untuk sepak bola. Semua pihak bisa melihat jumlah kesalahan besar telah berkurang secara dramatis. Dengan teknologi offside semi-otomatis yang menjadi evolusi dari sistem VAR, harapannya akan membawa sepak bola selangkah lebih maju.
"Kami menyadari, terkadang proses pengecekan offside terlalu lama, apalagi saat insidennya sangat ketat. Tetapi, di sini, teknologi offside semi-otomatis masuk menawarkan keputusan yang lebih akurat,” jelas Collina.
Selain itu, wasit lebih jeli memberikan tambahan waktu dengan rata-rata 11 menit per laga atau naik enam menit daripada 2018. Itu efektif untuk mengembalikan waktu yang terbuang oleh beragam insiden di lapangan.
Tidak jarang, tambahan waktu yang panjang itu menimbulkan drama. Salah satu contohnya, ketika Belanda menyamakan kedudukan 2-2 melawan Argentina di menit ke-90+11 pada perempat final.
”Semula, saya tidak setuju dengan tambahan waktu delapan, sembilan, hingga sepuluh menit tersebut. Tetapi, tampaknya itu berhasil untuk mencegah pemain membuang-buang waktu, terutama di akhir laga. Dalam beberapa dekade, saya rasa ini adalah upaya serius untuk menindak pemborosan waktu,” ujar penulis senior The Athletic Oliver Kay, Senin (19/12).
Terlepas dari segala kontroversinya, Piala Dunia 2022 menghadirkan banyak cerita baru di sepanjang gelarannya. Selain ditutup dengan final Argentina dan Perancis yang dianggap paling menarik dalam sejarah, upaya negara-negara berkembang mempersempit kesenjangan dengan kekuatan tradisional adalah warisan besar untuk wajah baru di Piala Dunia 2026.
”Kejutan selama penyisihan grup dan sistem gugur, serta final yang memberikan hasil berarti akan dikenang sebagai keunikan Piala Dunia ini. Melihat tim Afrika mencapai semifinal untuk pertama kalinya dan tiga tim Asia lolos dari fase grup adalah pertanda positif untuk perluasan turnamen empat tahun mendatang,” kata pakar taktik dan data The Athletic Liam Tharme. (AP/AFP/REUTERS)