Meski Ditemani Teknologi, Protes kepada Wasit di Qatar Masih Terjadi
Di ajang sekelas Piala Dunia 2022, protes terhadap wasit masih terjadi. Padahal, dalam ajang kali ini sudah ada penerapan beragam teknologi untuk meminimalkan kesalahan.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·5 menit baca
FIFA meniupkan angin segar menjelang laga Piala dunia digelar. Sebanyak 36 wasit utama, 69 asisten wasit, dan 24 wasit video assistant referee atau VAR bakal diturunkan mengawasi jalannya pertandingan. Meski ditemani teknologi terkini, protes tetap saja bermunculan.
Ketua Komisi Wasit FIFA Pierluigi Collina mengklaim semua wasit adalah yang terbaik dari penjuru bumi. Mereka dipilih murni berdasarkan kemampuannya. Pesan penting yang mereka jaga sebelum turun ke lapangan adalah melindungi para pemain yang berada di lapangan.
”Jadi, pesan pertama untuk wasit kami adalah melindungi keselamatan para pemain. Setiap kali ada sesuatu yang dapat membahayakan keselamatan pemain, pelatih harus mengharapkan sanksi disipliner yang paling keras, yaitu kartu merah,” tuturnya jelang laga Piala Dunia 2022 digelar.
Peringatan Collina datang empat tahun setelah jumlah total kartu merah yang dikeluarkan pada Piala Dunia 2018 di Rusia anjlok menjadi hanya empat, total terendah di putaran final sejak 1978. Sebanyak 10 kartu merah ditunjukkan pada final 2014 di Brasil, 17 di turnamen 2010 di Afrika Selatan dan 28 kartu di Piala Dunia 2006 di Jerman.
Dengan alasan yang sama, Collina mengatakan masa perpanjangan waktu akan diperpanjang. Semuanya untuk membayar waktu yang terhenti saat terjadi pelangaran atau pemain yang cedera di lapangan.
Tidak hanya sisi sumber daya manusia, Collina mengatakan, Piala Dunia kali ini juga menggunakan pendekatan teknologi terkini. Dua yang utama dalah semi-automated offside technology (SAOT) dan kecanggihan Al Rihla, bola pertandingan resmi adidas FIFA World Cup Qatar 2022.
SAOT akan mendukung video asisten wasit dan ofisial pertandingan di lapangan. Nantinya, teknologi itu akan memungkinkan wasit membuat keputusan yang lebih cepat, lebih akurat.
”Teknologi itu memungkinkan kami untuk lebih cepat dan akurat dalam membuat keputusan ini.” kata Collina.
Bola Al Rihla juga tidak hanya sekadar bundar dan nyaman ditendang. Bola dilengkapi sensor gerak inertial measurement unit (IMU) untuk membantu wasit menentukan keputusannya.
Keputusan FIFA membawa tiga wasit dan tiga asisten wasit perempuan juga diapresiasi. Sejauh ini, Stephanie Frappart asal Perancis sekali memimpin laga saat Jerman melawan Kosta Rika. Adapun Salima Mukansanga asal Rwanda dan Yoshimi Yamashita dari Jepang hanya puas menjadi wasit keempat di beberapa pertandingan.
Akan tetapi, semuanya tidak lantas meredakan protes. Sejumlah wasit menjadi kambing hitam di sejumlah laga. Kepemimpinan mereka dipertanyakan pemain hingga pengamat sepak bola.
Laga Argentina melawan Belanda menjadi yang paling panas. Pemain Argentina beberapa kali memprotes keputusan wasit. Seusai laga, Lionel Messi yang biasanya tidak banyak bicara begitu emosional. Dia bersama kiper Emiliano Martinez mengkritik wasit Antonio Miguel Mateu asal Spanyol.
Dalam laga itu, 18 kartu kuning dikeluarkan wasit. Delapan kartu untuk Belanda dan delapan kartu lainnya untuk Argentina. Selain itu, ada satu untuk Manajer Argentina Lionel Scaloni dan Pelatih Walter Samuel.
Denzel Dumfries bahkan mendapat dua kartu kuning dan dikeluarkan dari lapangan. Satu kartu kuning didapatkannya setelah laga usai dan Argentina tengah merayakan kemenangannya. Secara total, 15 pemain di lapangan menerima kartu menjadi rekor baru Piala Dunia.
Apabila Argentina merasa dirugikan, pemain Portugal Pepe dan Bruno Fernandez punya pandangan berbeda. Mereka menyebut wasit Facundo Tello yang memimpin laga Portugal melawan Maroko justru menguntungkan Argentina dalam berbagai keputusannya. Tello berasal dari Argentina.
Kepemimpinan Wilton Sampaiao meramaikan protes pada wasit di laga perempat final. Kali ini, aksinya memimpin laga Inggris melawan Perancis disebut menggelikan oleh pengamat sepak bola Gary Neville.
Meski enggan mencampuri kepemimpinan wasit, keputusan wasit asal Brasil itu dianggap memalukan gagal melihat pelanggaran terhadap Harry Kane dan Bukayo Saka. Ia tidak pernah melihatnya selama 11-12 tahun bekerja sebagai pengamat sepak bola.
Puncaknya, protes muncul dari tim penuh kejutan, Maroko, kepada FIFA. Wasit asal Meksiko César Arturo Ramos Palazuelos yang memimpin laga Maroko melawan Perancis di semifinal disebut melewatkan dua penalti.
Momen pertama saat Sofiane Boufal dilanggar Theo Hernandez, sedangkan pelanggaran kedua dialami Selim Amallah.
Penalti diyakini bisa mengubah jalan laga yang berakhir untuk kemenangan Perancis, dua gol tanpa balas. ”Kami sama herannya dengan VAR yang tidak bereaksi terhadap situasi ini,” begitu tulis Asosiasi Sepak Bola Maroko.
Belum ada tanggapan resmi dari FIFA terkait ulah wasit-wasit yang dikeluhkan peserta Piala Dunia. Namun, FIFA telah mengonfirmasi wasit Polandia Szymon Marciniak (41) akan memimpin pertandingan final Piala Dunia antara Perancis dan Argentina pada Minggu (18/2).
Ia menjadi orang Polandia pertama memimpin final Piala Dunia. Dia bakal dibantu rekan senegaranya Paweł Sokolnicki dan Tomasz Listkiewicz. Marciniak berpengalaman memimpin partai Liga Champions dan Piala Eropa 2016.
Di Qatar, kesempatan ini adalah yang kedua bagi Marciniak memimpin laga Argentina dan Perancis. Dia wasit dalam kemenangan 2-1 Perancis di babak penyisihan grup atas Denmark. Dia juga menjadi pengadil saat Argentina menang atas Australia, 2-1, di babak 16 besar.
Sementara itu, wasit Abdulrahman Al Jassim (35) dari Qatar bakal memimpin laga perebutan tempat ketiga antara Maroko dan Kroasia di Stadion Internasional Khalifa, Sabtu (17/12). Sebelumnya, dia wasit di laga berujung imbang antara Amerika Serikat dan Wales. Dia nanti akan dibantu asisten wasit asal Qatar, Taleb Al Marri dan Saoud Ahmed Almaqaleh.
Keputusan wasit di lapangan hijau sulit mengubah hasil setelah laga usai. Oleh karena itu, bantuan teknologi saja tidak cukup. Butuh kejelian, pengalaman, dan bekal ilmu yang cukup untuk memberikan rasa keadilan ideal bagi semuanya.