Argentina dan Kroasia akan memperebutkan satu tiket ke final pada duel di Stadion Lusail, Rabu (14/12) WIB. Lionel Messi menjadi poros permainan Argentina, sedangkan Kroasia mengandalkan kolektivitas tim.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR dari Doha, Qatar
·5 menit baca
Laga semifinal di Lusail adalah pertemuan ketiga Argentina dan Kroasia di Piala Dunia. Kedua tim berbagi kemenangan pada dua pertemuan sebelumnya.
Argentina tidak pernah kalah dalam lima laga semifinal Piala Dunia pada 1930, 1978, 1986, 1990, dan 2014.
Kroasia berambisi mengikuti jejak Italia, Belanda, dan Jerman sebagai negara Eropa yang lolos ke final Piala Dunia minimal dua kali beruntun.
DOHA, KOMPAS — Argentina tidak pernah menyembunyikan ambisi mereka untuk mengejar trofi Piala Dunia ketiga sejak tiba di Qatar. Keinginan kuat kembali menjadi juara dunia tercurah melalui emosi berlipat skuad ”La Albiceleste” dalam lima pertandingan yang telah dijalani di Piala Dunia 2022.
Semua pemain Argentina bersuara lantang menyanyikan lagu kebangsaan, “Himno Nacional Argentino”, sebelum memulai laga. Lionel Messi, bintang dan kapten Argentina yang dikenal tidak sentimental pun menjadi sosok yang paling keras bernyanyi.
Selain itu, Messi selalu membakar semangat pendukung Argentina dengan meminta suporter tidak berhenti menyerukan yel-yel dukungan. Pemandangan itu amat jarang dilakukan Messi di empat edisi Piala Dunia terdahulu, bahkan ketika masih menjadi idola nomor satu tim Barcelona.
Puncak dari luapan emosi Messi itu adalah konflik yang terjadi seusai laga Argentina melawan Belanda, Sabtu (10/12/2022) dini hari WIB. Ia menghampiri Pelatih Belanda Louis van Gaal untuk beradu argumen, kemudian mengusir penyerang Belanda, Wout Weghorst, yang melihatnya tengah melakukan sesi wawancara di lorong ruang ganti pemain.
Tak hanya Messi, pemain kalem Argentina seperti Leandro Paredes juga menendang bola ke arah bangku cadangan tim Belanda. Meski tubuhnya penuh tato, Paredes bukan dianggap pemain ”nakal” karena performanya yang tenang di lini tengah.
Menjelang menghadapi Kroasia di babak semifinal, Rabu (14/12) pukul 02.00 WIB, di Stadion Lusail, kota Lusail, La Albiceleste tak diragukan akan menumpahkan seluruh emosi mereka dan mengeluarkan penampilan terbaik agar bisa menang dan melaju ke final. Pelatih Argentina Lionel Scaloni menuturkan, tingkat emosi besar skuadnya disebabkan semangat mereka untuk memberikan kebahagiaan bagi warga Argentina.
Ia memastikan, emosi itu adalah wujud positif pemainnya yang selalu bertekad tampil dengan performa terbaik di setiap pertandingan. Namun, Scaloni juga mengingatkan pemainnya untuk menata emosi itu hingga tidak berimbas buruk pada penampilan mereka, seperti hujan sepuluh kartu kuning, termasuk untuk dirinya dan asisten pelatih Walter Samuel, yang diterima saat melawan Belanda.
”Emosi besar itu timbul setelah kami kalah dari Arab Saudi, karena kami menganggap semua laga adalah final dan wajib dimenangi. Cara berpikir seperti itu akan tetap kami jaga karena membantu pemain mengerahkan seluruh kemampuan terbaik,” ucap Scaloni dalam konferensi pers di Doha, Senin (12/12).
Laga semifinal di Lusail itu adalah pertemuan ketiga Argentina dan Kroasia di ajang Piala Dunia. Pada dua duel sebelumnya, kedua tim saling mengalahkan. Argentina unggul 1-0 di Perancis 1998, kemudian Kroasia membalas dengan kemenangan 3-0 di Rusia 2018.
Untuk memberikan kesedihan bagi Kroasia, Argentina tetap akan tampil dengan formasi utama 3-5-2, yang memberikan ruang kebebasan bagi Messi untuk menjadi motor serangan sekaligus pemecah kebuntuan. Scaloni juga mengandalkan tiga bek tengah sejajar dengan melibatkan Lisandro Martinez, Nicolas Otamendi, dan Cristian Romero.
Emosi besar itu timbul setelah kami kalah dari Arab Saudi, karena kami menganggap semua laga adalah final dan wajib dimenangi.
Argentina amat bernafsu lolos ke final untuk keenam kalinya. La Albiceleste lima kali menembus ke babak semifinal dan tidak pernah kalah ketika tampil di babak empat besar, yaitu pada edisi Uruguay 1930, Argentina 1978, Meksiko 1986, Italia 1990, dan Brasil 2014.
Ketika disinggung terkait emosi berlebihan dan menjurus berefek negatif yang hadir di laga melawan Belanda, bek Argentina, Nicolas Tagliafico, mengatakan, atmosfer skuad Argentina terasa kondusif dan penuh antusiasme. Menurut dia, semua kejadian yang hadir di laga babak delapan besar telah sepenuhnya dilupakan.
“Kami tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi pada pertandingan sebelumnya (melawan Belanda). Kami sepenuhnya fokus pada semifinal dan bersiap mengerahkan segalanya untuk membuat pendukung Argentina bahagia,” ucap Tagliafico.
Mengejar rekor positif
Sementara itu, Kroasia mengejar dua rekor positif yang bisa tercipta jika bisa menumbangkan Argentina. Mereka berambisi menjadi negara Eropa keempat yang bisa menembus final di dua edisi Piala Dunia beruntun setelah Italia pada 1934 dan 1938, Belanda 1974 dan 1978, serta Jerman pada 1982, 1986, dan 1990.
Kroasia juga ingin mengikuti jejak Jerman ketika menjadi juara di Piala Dunia 2014. Kala itu, Jerman menjadi kampiun dunia seusai mengalahkan Brasil dan Argentina. ”Vatreni” telah mengalahkan Brasil, lalu berpeluang memberikan mimpi buruk serupa bagi Argentina.
”Kami harus menjaga pertahanan sekaligus tampil efektif ketika menyerang sejak menit pertama. Kami telah menunjukkan penampilan itu yang membantu mengalahkan Brasil, Argentina adalah salah satu tim besar, tetapi tidak ada yang mustahil di pertandingan,” kata pemain sayap Kroasia, Ivan Perisic.
Pelatih Kroasia Zlatko Dalic menganggap, kemenangan mereka atas Argentina di fase grup Rusia 2018 tidak bisa menjadi patokan untuk laga semifinal Qatar 2022. Menurut dia, bobot pertandingan di Lusail jauh lebih besar karena menentukan bagi nasib kedua tim untuk tampil di final.
”Pada 2018, kami menang tetapi itu tidak memberikan efek menentukan bagi nasib kedua tim. Meski begitu, saya yakin kami punya kesempatan untuk kembali mengalahkan mereka karena kami telah membuktikan diri sebagai tim yang kuat dan kompak serta mengetahui permainan mereka,” ujar Dalic.
Secara terpisah, anggota grup teknis FIFA, Alberto Zaccheroni, mengungkapkan, Argentina dan Kroasia merupakan tim dengan karakter permainan berbeda. Argentina adalah tim yang berhasil menjaga identitas permainan selama Piala Dunia 2022, dan beradaptasi dengan baik dengan kekuatan lawan.
”Meski begitu, pusat utama penampilan Argentina tetap berada di Messi. Adapun Kroasia adalah tim yang menampilkan pengorbanan besar semua pemain untuk bertahan bersama, dan bahu-membahu ketika mendapat kesempatan menyerang,” kata Zaccheroni.