Hadapi Kroasia, Argentina Dinanti Malam Panjang Penuh Liku
Malam panjang nan melelahkan, yang berujung pada adu penalti, berpotensi menanti Argentina jika mereka tak bisa membongkar pertahanan solid Kroasia. Fleksibilitas taktik tim ”Tango” akan diuji mental petarung Kroasia.
LUSAIL, SENIN - Slaven Bilic, mantan pelatih dan pemain tim nasional Kroasia, adalah saksi nyata keajaiban di Piala Dunia Perancis 1998. Kroasia lolos ke semifinal untuk kali pertama sejak merdeka dari Yugoslavia. Mayoritas orang berkata kepadanya, Kroasia tidak akan pernah kembali ke titik itu.
Ucapan itu cukup logis jika melihat penduduk mereka yang bahkan tidak sampai 4 juta jiwa. Bilic nyaris percaya karena Kroasia tidak mampu menembus babak penyisihan grup pada kurun 2002-2014. Namun, di bawah asuhan pelatih Zlatko Dalic, vonis tersebut dipatahkan dua kali berturut-turut.
”Sekarang, kami sudah mencapai (semifinal) tiga kali. Luar biasa. Saya tidak tahu berapa banyak negara besar yang bisa masuk semifinal dua edisi beruntun. Faktanya, kami bukan negara besar. Kami negara kecil yang berbakat,” ujar Bilic, yang turut mengantar Kroasia meraih peringkat ketiga pada 1998, kepada The Athletic.
Seusai menjadi runner-up pada edisi 2018 di Rusia, Kroasia kembali menembus semifinal Piala Dunia Qatar 2022. Luka Modric dan rekan-rekannya membungkam tim-tim unggulan, seperti Belgia dan Brasil. Mereka sudah dinanti Argentina di Stadion Lusail, Rabu (14/12/2022) dini hari WIB.
Baca juga : Palagan Dua Genre Permainan Memperebutkan Tempat di Final
Kata Bilic, rahasia kesuksesan Kroasia lebih dari sekadar bakat pemain. Bakat saja tidak cukup bagi sebuah tim melangkah jauh di Piala Dunia. Lihat saja skuad Brasil yang dipenuhi bintang, tetapi akhirnya takluk juga dari Kroasia di perempat final lewat adu penalti.
Kuncinya adalah kebersamaan dan kesatuan antarpemain. ”Mereka sudah saling mengenal sejak 10 tahun. Mereka kebanyakan datang dari klub Dinamo Zagreb dan Hajduk Split. Di negara besar dengan liga dan klub yang besar, Anda tak akan punya kedekatan dan kekompakan seperti kami,” ucapnya.
Tim asuhan Dalic tidak takut menderita karena kebersamaan itu. Mereka saling melindungi satu sama lainnya. Wajar saja jika Kroasia begitu menyatu saat kondisi sulit. Mereka dijuluki sebagai tim spesialis ketika laga berlangsung lebih dari 90 menit alias waktu normal.
Di Qatar, Kroasia mencapai semifinal setelah menjalani dua laga fase gugur selama 240 menit, berikut dua kali adu penalti. Mereka menghadapi malam panjang akibat babak tambahan di fase 16 besar dan perempat final. Hal serupa terjadi di Rusia. Mereka menggapai final seusai tiga kali beruntun bermain sampai babak tambahan, dua di antaranya hingga adu penalti.
Kami tak punya rencana khusus menghentikan Messi. Argentina bukan hanya Messi. (Bruno Petkovic)
Penyerang Kroasia, Bruno Petkovic, menambahkan, mereka juga punya jiwa petarung yang berasal dari orangtua masing-masing. ”Kami dari negara kecil. Kami tahu dari orangtua bagaimana negara kami menggapai kemerdekaan pada 90-an. Kami belajar harus bertarung bersama dengan keras jika ingin mendapatkan sesuatu,” ungkap pencetak gol penyeimbang ke gawang Brasil itu.
Selain dari cerita orangtua, ada juga beberapa pemain veteran yang menjadi saksi langsung perang Balkan. Modric, sang kapten tim, misalnya, harus melewati masa kecilnya di kamp pengungsian. Hanya sepak bola yang memberinya kebahagiaan di tempat itu.
Kekompakan dan keberanian Kroasia menjadikan mereka tetap tangguh, meskipun tidak punya kualitas lini serang yang sama seperti 2018. Tidak ada lagi penyerang bintang, seperti Mario Mandzukic. Namun, tim yang baru mencetak 6 gol di Qatar itu bisa terus melaju dengan menekan sekecil mungkin peluang kebobolan.
Ambisi pasukan Kroasia untuk kembali ke final dan meraih trofi pertamanya di Piala Dunia akan berbenturan dengan mimpi kapten Argentina, Lionel Messi. Striker Paris Saint-Germain itu ingin meraih gelar juara dunia untuk pertama kalinya. Setelah mengikuti lima edisi Piala Dunia, ia meyakini, tidak ada kesempatan lebih baik baginya dan Argentina ketimbang edisi saat ini.
Messi telah menyaksikan bagaimana stadion-stadion di Qatar sudah terasa seperti rumah sendiri. Puluhan ribu pendukung Argentina selalu datang memadati laga setiap tim ”Tango” bermain. Mereka memenuhi stadion dengan warna putih dan biru langit.
Baca juga : Berita, Analisa, dan Data Piala Dunia Qatar
Kata Messi, dukungan itu memberi keyakinan dalam laga dramatis versus Belanda di perempat final. Setelah unggul dua gol, lalu sempat diimbangi pada menit akhir babak kedua laga itu, mereka bisa kembali bangkit saat adu penalti.
”Kami harus memanfaatkan keunggulan dengan orang-orang yang ada di sini dan di Argentina di mana semua orang bisa bergembira,” ucapnya.
Spirit bersatu skud Argentina tidak bisa diremehkan. Para pemain mereka sudah bertekad memberikan segalanya demi Messi di lapangan. Bagi pemain lain, Messi sudah seperti dewa sepak bola yang setara dengan sang legenda, Diego Armando Maradona. Mereka ingin memberikan hadiah bagi sang kapten. Hadiah itu tak lain adalah gelar juara dunia.
Tim asuhan pelatih Lionel Scaloni itu selalu menjaga Messi, di dalam maupun di luar lapangan. Lihat saja ketika Messi dijatuhkan dengan keras oleh bek Belanda, Nathan Ake. Gelandang Leandro Paredes langsung menekel keras Ake dengan kedua kakinya, beberapa detik setelah Messi dijatuhkan.
Argentina semakin kompak di setiap laga setelah sempat divonis ”mati” akibat kalah dari Arab Saudi pada laga pembuka. Selain peran Scaloni yang sangat tenang di ruang ganti, mereka juga telah menemukan racikan terbaik berkat kehadiran duo gelandang, Enzo Fernandez dan Alexis Mac Allister.
Mereka telah melewati periode ekonomi yang buruk. Memberikan mereka kegembiraaan adalah hal terbaik yang bisa saya lakukan saat ini. (Emiliano Martinez)
Kedua gelandang itu mampu menopang keseimbangan sekaligus menambah kreativitas di lini tengah. Berkat kehadiran mereka, Messi bisa lebih aktif terlibat dalam serangan di sepertiga akhir pertahanan lawan. Ia jadi tidak perlu sering menjemput bola dari lini tengah. Maka, ”Si Kutu”, julukan Messi, sudah mencetak 4 gol dan 2 asis di Qatar, sejauh ini.
Sulit ditebak
Strategi Scaloni juga sangat sulit ditebak lawan-lawannya. Mereka acapkali bergonta-ganti sistem permainan, terakhir menerapkan pola 3-5-2 untuk menyamai Belanda. Pada laga sebelumnya, sang pelatih juga sempat mencoba formasi 4-4-2 dan 4-3-3. Formasi dan taktik yang mereka pakai bergantung pada ketersediaan pemain dan gaya bermain tim lawan.
Pada laga semifinal nanti, Argentina mungkin akan kembali menurunkan formasi 4-3-3 karena penyerang sayap, Angel Di Maria, sudah bugar. Trio lini depan bisa ditempati Messi, Julian Alvarez, dan Angel Di Maria. Terakhir kali memainkan formasi itu, Argentina ”mengurung” Polandia dengan catatan 73,3 persen penguasaan bola dan 23 kali tembakan.
Baca juga : Watak Kekal Argentina
Namun, laga nanti tidak akan mudah bagi Argentina. Kroasia memiliki pertahanan sangat solid. Benteng mereka dikawal gelandang pekerja keras, Marcelo Brozovic, dan bek muda tangguh, Josko Gvardiol. Formasi 4-3-3 andalan Dalic bisa berubah menjadi tumpukan pemain di areal kotak penalti.
Di bawah mistar gawang, terdapat kiper Dominik Livakovic yang telah membuat 19 penyelamatan sepanjang Qatar 2022. Jumlah penyelamatan itu adalah yang terbanyak di antara kiper tim-tim semifinalis lainnya. Sistem yang solid dan baiknya kualitas kiper bisa menjadi neraka untuk tim-tim lawan, seperti Brasil.
Tim ”Samba”, yang memiliki empat penyerang dengan kemampuan duel satu lawan satu, antara lain Neymar Jr, tidak berkutik. Kroasia selalu menyiapkan dua pemain untuk mengantisipasi pemegang bola. Transisi Modric dan rekan-rekan dari bertahan ke menyerang, dan sebaliknya, juga bak kilat. Mereka bisa menyerang balik dengan mudah dan cepat, tetapi sulit dibalas serupa oleh lawan.
Menurut Petkovic, pendekatan menghadapi Argentina tidak akan jauh berbeda dengan saat meredam Brasil. Mereka akan fokus bertahan kolektif untuk mematikan pergerakan seluruh pemain lawan. ”Kami tak punya rencana khusus menghentikan Messi. Argentina bukan hanya Messi,” tuturnya.
Terakhir kali kedua tim bertemu, yaitu di fase grup Rusia 2018, Argentina takluk 0-3. Salah satu pencetak golnya adalah Modric yang akan memimpin kembali Kroasia di laga nanti. ”Mereka tim yang hebat, punya banyak pemain bagus, terutama di tengah. Mereka juga dewasa karena memiliki pelatih yang sama seperti Piala Dunia lalu. Mereka saling mengenal dengan baik,” kata Messi.
Baca juga : Bila Messi Bermain untuk Anaknya
Pertarungan panjang, seperti yang dialami kedua tim di perempat final, sangatlah mungkin terulang. Kroasia diunggulkan jika itu terjadi. Sejak 2018, mereka tidak pernah terkalahkan ketika laga berlanjut hingga babak tambahan waktu.
Adu penalti
Namun, Argentina sama sekali tidak takut jika malam panjang terjadi di Stadion Lusail, apalagi jika berujung dengan adu penalti. Kroasia memang tak terkalahkan dalam seluruh adu penalti yang diikutinya di Piala Dunia, yaitu empat kali. Namun, Argentina adalah tim dengan kemenangan terbanyak di adu penalti, yaitu lima kali.
Kiper kedua tim akan kembali menjadi sorotan seandainya laga harus ditentukan dengan tos-tosan. Livakovic telah menggagalkan empat kali tendangan penalti, yang terbanyak di Qatar. Dia menjadi pahlawan timnya dalam dua kemenangan beruntun di fase gugur. Kiper klub Dinamo Zagreb itu nyaris selalu bisa membaca arah tendangan lawan. Dengan tubuh setinggi 1,88 meter dan lengan panjang, dia bisa dengan mudah menghalau bola.
Adapun Argentina memiliki EmilianoMartinez. Meskipun kalah dalam hal insting membaca bola, dia ahli bermain pikiran. Kiper Aston Villa itu mempraktekkannya saat melawan Belanda. Dia seolah ingin memberikan bola ke pemain Belanda, lalu meninggalkannya begitu saja. Martinez juga banyak berbicara kepada pemain lawan sebelum bola ditaruh di titik putih.
Lewat intimidasi pikiran itu, dia sukses mematahkan dua tendangan awal Belanda. Ia juga membawa Argentina menang adu penalti atas Kolombia di semifinal Piala Amerika 2021. Ia datang dengan motivasi tertinggi. Selain untuk Messi, dia ingin mempersembahkan kemenangan untuk 45 juta warga Argentina.
”Mereka telah melewati periode ekonomi yang buruk. Memberikan mereka kegembiraaan adalah hal terbaik yang bisa saya lakukan saat ini,” katanya. (AP/REUTERS/KEL)