Argentina selalu dipandang memiliki watak licik yang kekal. Walakin, sikap itu menumbuhkan harapan “La Albiceleste” untuk meraih trofi Piala Dunia ketiga sepanjang sejarah
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LUSAIL, SABTU – Dalam drama yang penuh intrik dan ketegangan berkepanjangan, Argentina mengklaim satu tempat di babak semifinal Piala Dunia Qatar 2022. La Albiceleste memulangkan Belanda sekaligus menjaga mimpi merengkuh trofi Piala Dunia ketiga tetap hidup. Lionel Messi kembali menjadi pusat permainan Argentina yang dikenal punya watak licik kekal, piawai menekan lawan dan wasit, demi meraih kemenangan.
Argentina dan Belanda bermain imbang 2-2 pada waktu normal. Laga yang berlangsung di Stadion Lusail Iconic, Sabtu (10/12/2022) dini hari WIB, tersebut kemudian harus dilanjutkan ke babak adu penalti. Tiket semi final pada akhirnya menjadi milik Argentina dengan skor 4-3. Pertandingan ini berlangsung sengit dan cenderung keras. Total wasit mengeluarkan 18 kartu kuning untuk pemain kedua kesebelasan.
Jumlah kartu kuning itu menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah Piala Dunia. Rekor jumlah kartu terbanyak dalam satu pertandingan sebelumnya terjadi pada laga babak 16 besar Piala Dunia 2006 yang mempertemukan Portugal dengan Belanda. Saat itu, wasit mengeluarkan 16 kartu, termasuk empat kartu merah.
Perang urat syaraf sebelum laga antara Argentina dan Belanda sedikit banyak memicu laga menjadi keras. Dalam sesi konferensi pers jelang laga, pelatih Belanda Louis Van Gaal menyebut Messi merupakan pemain yang sulit dihentikan, tetapi bintang Paris Saint-Germain itu tak banyak membantu Argentina ketika kehilangan bola.
Kalimat-kalimat Van Gaal membuat Messi mendidih. Apalagi Messi memang tidak menaruh hormat kepada Van Gaal akibat pernah melontarkan kata-kata serupa kepada legenda timnas Argentina, Juan Roman Riquelme, saat membesut Barcelona.
Messi menjadi pusat permainan Argentina. Dua gol Argentina lahir berkat kepiawaiannya membaca ruang dan pergerakan rekan. Pada gol pertama Argentina yang dicetak Nahuel Molina, magnet Messi menarik pemain belakang Belanda untuk menjaganya.
Secepat kilat Messi mengarahkan bola kepada Molina yang berlari mencari ruang kosong. Daley Blind yang terlambat mengantisipasi pergerakan Molina tak mampu menutup ruang di antara pemain belakang Belanda. Molina tanpa kesulitan mencetak gol pembuka.
Gol kedua Argentina dicetak Messi dari titik penalti. Messi menyempurnakan kontribusinya di laga ini dengan sukses menjadi eksekutor pertama Argentina di babak adu penalti. Usai mencetak gol, Messi membalas Van Gaal dengan berselebrasi membuka telapak tangan di dekat telinga. Selebrasi itu merupakan gestur khas milik Riquelme.
Van Gaal bilang mereka memainkan sepak bola yang bagus. Namun, yang Belanda lakukan hanya menempatkan pemain bertubuh tinggi di depan dan melepaskan bola-bola panjang.
“Van Gaal bilang mereka memainkan sepak bola yang bagus. Namun, yang Belanda lakukan hanya menempatkan pemain bertubuh tinggi di depan dan melepaskan bola-bola panjang,” kata Messi.
Terkenal licik
Sejak dulu, Argentina memang dikenal mempunyai reputasi sebagai tim yang bersedia melakukan cara apapun untuk menang. Timnas Jerman, misalnya, pernah menyebut Argentina tidak lebih dari sekumpulan pemain-pemain berwatak licik. Hal itu diungkapkan mantan gelandang Jerman, Bastian Schweinsteiger, jelang laga antara Jerman dan Argentina pada Piala Dunia 2010.
Menurut Schweinsteiger, pemain-pemain Argentina sering kali mencampuri keputusan wasit dengan melakukan tekanan-tekanan ketika suatu insiden terjadi. Hal ini menyebabkan wasit dalam posisi yang sulit sehingga tergiring membuat keputusan salah.
“Ketika Anda melihat pertandingan Argentina, Anda akan melihat cara mereka memengaruhi wasit. Ini benar-benar tindakan kurang terpuji, tetapi pemain-pemain Argentina memang seperti itu,” kata Schweinsteiger.
Watak Argentina itu kembali muncul pada laga perempat final melawan Belanda di Qatar. Pemain Argentina beberapa kali melancarkan protes terhadap keputusan wasit. Setelah laga usai, Messi dan kiper Argentina, Emiliano Martinez, secara terang-terangan mengkritik kinerja wasit Antonio Miguel asal Spanyol.
Martinez mengatakan, dirinya tidak memahami mengapa Miguel memberikan waktu tambahan hingga 10 menit jelang laga usai. Padahal, saat itu pertandingan tidak banyak terhenti. Tambahan waktu selama itu membuat Belanda mampu mencetak gol penyeimbang lewat kaki Wout Weghorst. Pemain Besiktas itu sebelumnya memperkecil ketertinggalan Belanda melalui gol sundulannya.
Tindakan kurang terpuji juga sempat dipertontonkan Leandro Paredes saat mencoba menjegal bek Belanda, Nathan Ake, secara kasar. Setelah bola berhasil direbut, Paredes yang terbawa tensi tinggi pertandingan menendang bola ke arah bangku cadangan pemain Belanda. Tindakan Paredes itu menyulut emosi para pemain Belanda sehingga keributan terjadi di dalam lapangan.
Statistik FIFA mencatat, Argentina termasuk salah satu dari tiga besar tim pengoleksi kartu kuning terbanyak di Qatar. Dalam lima laga, Argentina sudah mendapat 10 kartu kuning. Posisi teratas ditempati Arab Saudi dengan 14 kartu kuning dan Belanda dengan 11 kartu kuning.
Diakui atau tidak, dalam sepak bola terkadang memang diperlukan intrik untuk mencapai kemenangan. Argentina yang berambisi meraih trofi Piala Dunia ketiga tentu rela melakukan apa saja untuk mewujudkannya. Bukan tidak mungkin saat melawan Kroasia di semifinal nanti, akan ada siasat gila lainnya dari Argentina. (REUTERS)