Indonesia gagal meloloskan wakil di semifinal nomor putri turnamen Final BWF World Tour. Meski demikian, perjalanan Gregoria dan Apriyani/Fadia pada tahun ini patut dihargai.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
BANGKOK, JUMAT — Wakil-wakil Indonesia di nomor putri tidak ada yang bisa melaju ke semifinal turnamen bulu tangkis Final BWF World Tour. Meski demikian, pujian pantas diberikan kepada Gregoria Mariska Tunjung dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti berkat penampilan mereka tahun ini.
Gregoria selalu bisa bermain tiga gim dengan para ”raksasa” tunggal putri di fase penyisihan grup. Tiga pemain yang dihadapinya pada persaingan Grup A adalah tiga dari empat tunggal putri terbaik dunia, yaitu Chen Yu Fei (China/peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020), An Se-young (Korea Selatan/juara Final BWF 2021), dan Akane Yamaguchi (juara dunia 2021 dan 2022).
Gregoria akhirnya menempati peringkat terakhir grup tersebut setelah kalah dari Yamaguchi, dengan skor 15-21 21-13 18-21, di Arena Nimibutr, Bangkok, Thailand, Jumat (9/12/2022). Adapun Chen menang atas An, 21-16, 21-12.
Dua pertandingan tersebut menjadi laga ”winner takes all” setelah keempat pemain memiliki statistik sama, yaitu sekali menang dan sekali kalah, dari dua pertandingan sebelumnya dalam format round robin. Dengan situasi tersebut, hanya kemenangan yang bisa mengantarkan pemain ke semifinal. Chen dan Yamaguchi akhirnya menempati peringkat teratas dan kedua sebagai syarat untuk tampil di semifinal, sedangkan Gregoria dan An tersingkir.
Tersingkir pula pada penyisihan Grup B ganda putri adalah Apriyani/Fadia. Kepastian itu didapat setelah mereka kalah dari juara dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (China), 16-21, 16-21, setelah sehari sebelumnya dikalahkan pasangan China lain, Zhang Shu Xian/Zheng Yu. Dua tiket semifinal dari ”grup neraka” ganda putri ini pun didapat kedua pasangan China itu.
Dua wakil Indonesia dari nomor putri itu sama-sama lolos ke Final BWF setelah sebelumnya berstatus sebagai cadangan. Gregoria bisa tampil setelah Pusarla V Sindhu (India) mengundurkan diri, sementara tiket bagi Apriyani/Fadia didapat ketika Nami Matsuyama/Chihari Shida (Jepang) batal tampil.
Final BWF pertama bagi saya adalah sebuah pengalaman berharga. Bertanding melawan pemain top-top dunia dengan format yang berbeda dari biasanya menjadikan pembelajaran penting untuk lebih baik tahun depan.
Final BWF adalah turnamen yang diikuti delapan wakil terbaik dari setiap nomor berdasarkan performa sepanjang tahun ini. Termasuk di antara delapan wakil itu adalah para juara dunia. Persaingan dimulai dengan fase penyisihan dalam dua grup pada setiap sektor untuk berebut dua peringkat teratas agar bisa tampil di semifinal.
Apriyani pernah merasakan rumitnya persaingan round robin ini ketika tampil bersama Greysia Polii pada Final BWF 2018-2021. Mereka selalu tersingkir pada penyisihan grup sebelum bisa menembus semifinal pada 2021 di Bali.
Adapun bagi Fadia dan Gregoria, penampilan mereka dalam turnamen dengan hadiah total Rp 23,412 miliar ini menjadi yang pertama. Mereka pun mendapat pengalaman bersaing dengan pemain yang semuanya berstatus pemain top dunia.
Pujian pun patut diberikan kepada Gregoria yang bisa mendapat satu kemenangan, yaitu atas Chen, pada laga pertamanya, Rabu. Setelah itu, dia kalah dari An dan Yamaguchi, masing-masing dalam tiga gim.
Dalam tiga laga itu, Gregoria memperlihatkan permainan dan sikap yang tidak terlihat dalam 6 bulan pertama, bahkan sejak dia beranjak dari kategori yunior pada 2018. Memasuki persaingan senior, setelah menjadi juara dunia yunior 2017, dia kehilangan kepercayaan diri karena kesulitan bersaing. Semangat juangnya juga jarang terlihat. Dalam lima turnamen pada semester pertama 2022, Gregoria hanya bisa bertahan, paling jauh, hingga babak kedua.
Namun, di Final BWF, pemain berusia 23 tahun itu bagai menjadi sosok yang berbeda. Dia bisa mengimbangi performa para bintang dunia dengan daya juangnya. Faktor mental inilah yang tidak terlihat sebelumnya meski dia sebenarnya memiliki keistimewaan dalam beberapa pukulan, seperti dropshot dan pukulan silang.
Melawan Yamaguchi, dia berkali-kali mengecohnya dengan jenis pukulan itu dan permainan net. Daya juangnya juga diperlihatkan ketika pemain peringkat ke-14 dunia itu bertahan dalam kondisi kaki yang kesakitan setelah jatuh pada gim ketiga. Gregoria jatuh saat akan mengembalikan kok, yang diarahkan ke baseline, sambil memutar badan. Kaki kanan menahan tubuhnya yang terjengkang.
Kami sudah tahu level kami ada di mana. Jadi, ke depan, harus fokus pada diri sendiri.
Setelah momen yang menjadikan Yamaguchi unggul 17-12 itu, Gregoria kesulitan bergerak dengan lincah meskipun masih bisa menambah enam poin. Setiap berjalan, langkahnya pincang. Tekadnya untuk memberi perlawanan terbaik dan menyelesaikan pertandingan mendapat pujian dari penggemar bulu tangkis Indonesia melalui media sosial.
Pengalaman untuk masa depan
Selain bagi Gregoria, persaingan dalam Final BWF ini menjadi pengalaman bagi Apriyani/Fadia untuk bisa lebih berkembang pada masa depan. Mereka menjadi ganda putri andalan Indonesia, yang berpasangan sejak Juni, setelah Apriyani tak memiliki pasangan karena Greysia pensiun.
”Final BWF pertama bagi saya adalah sebuah pengalaman berharga. Bertanding melawan pemain top-top dunia dengan format yang berbeda dari biasanya menjadikan pembelajaran penting untuk lebih baik tahun depan,” kata Fadia.
Meski tersingkir, Apriyani Fadia bersyukur dengan pencapaian tahun ini. Meski baru setengah tahun berpasangan, mereka bisa tampil di Final BWF. ”Banyak pelajaran yang bisa kami ambil sejak berpasangan sampai hari ini. Saya berterima kasih kepada Fadia yang mau terus belajar,” kata Apriyani sambil menahan tangis.
”Kami sudah tahu level kami ada di mana. Jadi, ke depan, harus fokus pada diri sendiri. Kami harus terus mengembangkan hal positif yang sudah didapat tahun ini dan berharap selalu sehat, tanpa cedera. Semoga tahun depan bisa lebih baik,” tutur Apriyani.
Pada nomor tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran, wakil-wakil Indonesia berjuang memperoleh tiket semifinal melalui laga terakhir di grup masing-masing. Mereka adalah Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Rinov Rivaldy Pitha Haningtyas Mentari. Satu-satunya wakil Indonesia yang telah dipastikan tampil di semifinal, sejak Kamis, adalah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.