Tim bulu tangkis Indonesia meraih awal baik pada turnamen Final BWF World Tour saat enam dari tujuh wakil meraih kemenangan. Mereka harus tetap waspada karena ini tak menjamin mereka lolos dari penyisihan grup.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BANGKOK, RABU - Kemenangan enam dari tujuh wakil Indonesia, termasuk kejutan yang dibuat Gregoria Mariska Tunjung, menjadi awal baik bagi skuad bulu tangkis Indonesia dalam turnamen Final BWF World Tour. Namun, satu kemenangan tak akan berarti jika Gregoria dan kawan-kawan terlena pada laga berikutnya.
Pada hari pertama turnamen di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, Rabu (7/12/2022), kemenangan Indonesia didapat oleh Gregoria, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, Anthony Sinisuka Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Satu-satunya kekalahan dialami Jonatan Christie karena dia berhadapan dengan Anthony pada penyisihan Grup B tunggal putra.
Kejutan bahkan dibuat Gregoria sebagai debutan di antara para juara Final BWF di Grup A. Dia mengalahkan juara Final BWF 2019 yang juga peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Chen Yufei (China). Gregoria mengalahkan unggulan teratas tunggal putri itu dengan skor 21-9, 14-21, 21-16.
Hasil positif tersebut menjadi salah satu dampak dari perubahan pola pikir yang diperlihatkan Gregoria dalam enam bulan terakhir. Jika sebelumnya dia sering kalah sebelum bertanding saat akan bertemu pemain top dunia, kali ini Gregoria memandang tantangan tersebut sebagai motivasi untuk menunjukkan kemampuannya.
Sikap positif itu dia perlihatkan di lapangan dengan tetap tenang saat harus menjalani gim ketiga. Dia juga mengemukakan pendapatnya dengan baik ketika diwawancara staf BWF di mixed zone. “Saya tidak mau menganggap hasil ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Masih ada pertandingan berat melawan An Se-young dan (Akane) Yamaguchi,” katanya.
Dua pemain yang disebut Gregoria adalah lawan yang akan dihadapi pada Kamis dan Jumat. Seperti Chen, mereka memiliki reputasi menjuarai ajang besar. An (Korea Selatan) adalah juara Final BWF 2021 , sedangkan Yamaguchi (Jepang) juara Final BWF 2017 serta juara dunia 2021 dan 2022.
Dalam persaingan yang menggunakan format round robin, kemenangan pada laga pertama tak akan berarti jika pemain lengah dalam laga berikutnya. Final BWF menggunakan format tersebut pada fase penyisihan dengan delapan wakil dibagi dalam dua grup di setiap nomor. Mereka harus menempati dua posisi teratas di setiap grup untuk lolos ke semifinal.
Tantangan bertambah besar karena peserta kejuaraan adalah pebulu tangkis dengan prestasi terbaik sepanjang 2022, termasuk juara dunia. Apriyani/Fadia yang berlaga di Grup B akan bertemu dua pasangan China setelah mengalahkan Pearly Tan/Thinaah Muralitharan (Malaysia) 23-21, 21-19.
Pasangan Indonesia peringkat ke-14 dunia itu akan melawan finalis All England, Zhang Shuxian/Zheng Yu, pada Kamis, lalu berhadapan dengan Chen Qingchen/Jia Yifan pada Jumat. Chen/Jia adalah juara Final BWF 2019 yang juga berstatus juara dunia 2017, 2021, dan 2022.
Anthony juga harus mewaspadai dua pemain lain yang akan dihadapinya di Grup B setelah mengalahkan Jonatan 6-21, 21-10, 21-9. Anthony unggul 8-6 dalam pertemuan dengan Chou Tien Chen, pemain Taiwan yang akan menjadi lawannya pada Kamis. Namun, kemenangan pada pertemuan terakhir, yaitu di final Hylo Terbuka, sebulan lalu, didapat dengan tak mudah. Anthony menang 18-21, 21-11, 22-24.
Saya tidak mau menganggap hasil ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Masih ada pertandingan berat melawan An Se-young dan Yamaguchi.
Adapun dengan Loh Kean Yew (Singapura), Anthony berbagi dua kemenangan. Loh mendominasi pertandingan ketika melawan Chou dan menang 21-15, 21-17. “Pertandingan berikutnya pasti tidak akan mudah, meski saya sudah sering bertemu Chou dan Loh. Saya akan mencoba fokus pada persiapan diri sendiri sambil menyiapkan strategi untuk melawan mereka,” kata Anthony.
Kemenangan debutan
Selain Gregoria dan Apriyani/Fadia sebagai pasangan—Apriyani bermain dalam Final BWF 2018-2021 bersama Greysia Polii—kemenangan didapat Fajar/Rian dan Rinov/Pitha yang juga debutan dalam turnamen ini. Fajar/Rian, yang bersaing di Grup A ganda putra menang atas Choi Sol-gyu/Kim Won-ho (Korea Selatan) 23-21, 21-17. Adapun Rinov/Pitha mengalahkan Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai 21-12, 21-15 setelah selalu kalah dari pasangan Malaysia itu dalam tiga pertemuan sebelumnya.
Datang sebagai unggulan teratas meski berstatus debutan, Fajar/Rian menyadari bahwa mereka akan menjadi incaran pasangan lainnya. Ganda putra peringkat ketiga dunia itu meraih gelar terbanyak tahun ini, yaitu empat gelar dari delapan final. Untuk itu, mereka pun bertekad ekstra waspada, apalagi dengan kekuatan yang merata di antara semua peserta. Selain Choi/Kim, Fajar/Rian juga akan bersaing dengan juara bertahan, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), yang menang 21-19, 21-16 atas Ong Yew Sin/Teo Ee Yii (Malaysia).
Senior mereka yang bersaing di Grup B, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, juga masih memperlihatkan ketangguhan mereka di antara lawan yang lebih muda. Dalam ulangan final Kejuaraan Dunia di Tokyo, Jepang, Agustus, mereka mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik 21-12, 21-15. Ini menjadi pembalasan kekalahan Hendra/Ahsan dari pasangan Malaysia itu saat kalah 19-21, 14-21 di Tokyo.
Kemampuan dalam menempatkan kok ke arah yang sulit dijangkau lawan, meski kalah dalam kekuatan dan kecepatan dari lawan, membuat Hendra/Ahsan unggul dalam laga yang hanya berlangsung 32 menit. “Kami memang berusaha agar tidak banyak terjadi reli panjang dalam pertandingan tadi,” kata Ahsan mengatakan kunci kemenangannya.
Ini menjadi awal yang baik bagi juara Final BWF 2013, 2015, dan 2019 itu, karena lawan yang akan dihadapi dalam dua laga berikutnya, yaitu Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark) dan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China), tak akan mudah dikalahkan. Apalagi, Hendra/Ahsan kalah dalam pertemuan terakhir dengan kedua pasangan itu.