Kejuaraan Akuatik, Panggung Kompetisi Antar Klub Renang Indonesia
Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka 2022 jadi ajang perenang potensial untuk unjuk gigi. Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia akan menjaring bibit atlet untuk ikut ajang-ajang berprestasi lainnya.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Seiring semakin terkendalinya pandemic Covid-19, Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia kembali menyelenggarakan Indonesia Open Aquatic Championship (IOAC) atau Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka 2022 secara lengkap. Ajang yang rutin diadakan setiap tahun ini juga digunakan untuk memantau perenang yang tergabung dalam pemusatan latihan nasional, dan menjaring bibit perenang muda.
Kejuaraan ini akan dilaksanakan pada 12-19 Desember 2022 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Sekretaris Jenderal PB PRSI Ali Patiwiri mengatakan, Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka ini adalah pengembangan dari Kejuaraan Renang Antar Perkumpulan Seluruh Indonesia (KRAPSI). Sejak 2017, turnamen tersebut meningkatkan standarnya ke jenjang internasional dengan mengundang sejumlah peserta dari negara tetangga.
Tak hanya renang, kejuaraan ini juga memperlombakan tiga disiplin lain di cabang akuatik, yakni polo air, renang artistik, dan loncat Indah. “Hal ini untuk memberikan informasi pada masyarakat, bahwa pembinaan olahraga akuatik berjalan baik,” ujar Ali dalam kunjungan ke Menara Kompas, Jakarta, Selasa (6/12/2022).
Kejuaraan ini sempat ditiadakan penyelenggaraannya saat pandemi berlangsung tahun 2020. Setahun lalu, ajang ini kembali digelar namun hanya untuk disiplin renang. Adapun IOAC 2022 kembali menggelar disiplin renang, polo air, loncat indah, dan renang artistik, serta nomor renang master. Nomor terakhir ini terbuka bagi masyarakat umum, dengan tujuan memasyarakatkan olahraga renang.
Wakil Ketua Umum PB PRSI Harlin E Rahardjo mengatakan, seperti sebelumnya, untuk disiplin renang lomba akan dibagi berdasarkan kelompok umur. Namun, final di setiap nomor pertadingan akan disatukan untuk 16 perenang terbaik dari semua kelompok umur. Dengan demikian, perenang muda bisa bersaing dengan perenang senior di kolam yang sama
“Hal ini dilakukan agar para peserta, baik perenang senior maupun perenang muda bisa lebih kompetitif. Namun, catatan waktu perenang kemudian tetap dikelompokkan sesuai kelompok umur masing-masing,” kata Harlin.
Ali, yang juga Ketua IOC 2022 menyebut, hampir 700 perenang akan berpartisipasi dalam turnamen ini, berdasarkan data hingga Selasa (6/12). Mereka berasal dari 125 klub dari seluruh Indonesia. Sejumlah klub yang memiliki sejarah panjang di dunia renang seperti Hiu, Suryanaga, dan Tirta Taruna ikut serta, begitu juga klub yang berusia lebih muda seperti Pusat Renang Takahide (TSC) dari Bali.
“Iklim renang di Bali cukup bagus saat ini. Dalam beberapa tahun terakhir, Bali cukup menonjol dan terus melahirkan atlet-atlet muda,” tambah Ali.
Perenang berpotensi
IOAC 2022 akan menjadi sarana bagi PB PRSI untuk menyeleksi perenang yang berpotensi untuk mengikuti sederet ajang internasional. Bibit-bibit atlet berprestasi itu tak terbatas pada usia tertentu.
Hal ini dilakukan agar para peserta, baik perenang senior maupun perenang muda bisa lebih kompetitif. Namun, catatan waktu perenang kemudian tetap dikelompokkan sesuai kelompok umur masing-masing.
Kejuaraan ini juga bisa menjadi ajang unjuk gigi para perenang senior yang tidak lagi tergabung di pelatnas untuk membuktikan kemampuan mereka. Menurut Harlin, keputusan PRSI untuk tidak menyertakan perenang senior ke pelatnas justru memacu motivasi mereka untuk bersaing. Hal ini mengatasi kekhawatiran kualitas perenang senior akan menurun setelah keluar dari pelatnas.
“Meski mereka berlatih di klub, mereka punya motivasi tinggi karena ingin membuktikan mereka masih mampu bersaing. Mereka justru tertantang untuk bisa kembali masuk pelatnas. Jadi ini malah kompetitif,” ujar Harlin. Di sisi lain, pemanggilan perenang muda ke pelatnas akan memberi mereka kesempatan lebih banyak untuk berkompetisi.
Ali menambahkan, salah satu alasan untuk memanggil 23 perenang muda ke pelatnas adalah berkaca dari negara lain SEA Games 2021. Di Vietnam saat itu, rerata usia tim renang Indonesia yang lebih dari 25 tahun, adalah yang tertinggi dibandingkan dengan usia perenang dari Singapura, Malaysia, dan Thailand yang berkisar 22-23 tahun.
Mengingat renang menjadi salah satu cabang olahraga yang termasuk dalam program Desain Besar Olahraga Nasional yang memiliki tujuan jangka panjang untuk berlaga di Olimpiade, dan menjadikan SEA Games serta Asian Games sebagai sasaran antara, maka PB PRSI memutuskan untuk merekrut perenang kelahiran mulai tahun 2000.
“Para perenang senior masih berpeluang masuk pelatnas, melalui semacam seleksi nasional yang direncanakan pada bulan Februari 2023. Karena ada target untuk meraih medali, untuk mereka akan diterapkan kriteria tertentu, misalnya meraih catatan waktu setara dengan peraih medali perak SEA Games. Kriteria ini akan kami tentukan kemudian,” ujar Ali.