Wajah Perancis yang Serupa Sekaligus Berbeda
Wajah andalan Perancis di turnamen kali ini terlihat serupa dengan empat tahun lalu. Namun, peran pemain banyak yang berubah total.
- Adaptasi formasi dari 4-4-2 menjadi 4-2-3-1 diikuti perubahan peran para pemain, terutama penyerang seperti Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann.
- Didier Deschamps mengeksploitasi serangan dari sisi kiri Perancis untuk memaksimalkan talenta Mbappe.
- Perubahan pendekatan strategi Perancis membuat mereka lebih baik dalam segala aspek.
Pelatih Perancis Didier Deschamps tidak senaif itu. Dia menyadari, sorotan seluruh tim pesaing tertuju kepada mereka sebagai juara bertahan. Deschamps datang dengan pemain andalan hampir sama, kecuali yang absen akibat cedera, tetapi memberi mereka peran berbeda-beda.
Perancis yang sama sekaligus berbeda kembali tampak saat menumbangkan Polandia 3-1 di babak 16 besar, Minggu (4/12/2022) WIB. Lini serang mereka dipimpin tiga pemain utama yang mengantar ”Si Biru” juara dunia di Piala Dunia Rusia 2018.
Mereka adalah dua penyerang veteran Olivier Giroud dan Antoine Griezmann serta megabintang muda Kylian Mbappe. Giroud (1 gol) dan Mbappe (2 gol) berkontribusi terhadap seluruh gol Perancis, sementara Griezmann menjadi motor serangan yang bergerak bebas.
Sosok pemain memang sama. Namun, peran mereka sudah jauh berbeda. Paling sederhana bisa dilihat dari perubahan perubahan formasi Perancis. Deschamps mengganti formasi dari 4-4-2 di Rusia menjadi 4-2-3-1 di Qatar. Posisi dan pemain pemain turut berubah signifikan.
Mbappe yang menempati sisi sayap kanan empat tahun lalu berpindah ke kiri. Griezmann yang berperan sebagai pendamping Giroud sebagai ujung tombak sekarang lebih mundur menjadi gelandang serang. Giroud bertarung seorang diri di posisi terdepan.
Di antara itu, peran Griezmann berubah paling drastis. Sang pemain Atletico Madrid ini pencetak gol terbanyak untuk Perancis di Rusia, 4 gol. Namun, di Qatar dia belum menghasilkan satu gol pun hingga perempat final. Dia sudah bermain di 4 laga selama 287 menit.
Mengapa Griezmann paceklik gol? Karena perannya bukan lagi penyerang bayangan yang sekaligus predator di kotak penalti. Dia diberikan tugas sebagai pengatur serangan. Dia yang akan menjemput bola ke bawah dan menyuplai ke para penyerang Si Biru.
Bisa dilihat, jumlah umpan kuncinya naik hampir tiga kali lipat di Qatar. Dari rerata 1,4 kali menjadi 3,8 kali. Sebaliknya, tendangan per laganya berkurang dua kali lipat lebih, dari 3,1 kali menjadi 1,5 kali. Sejauh ini, menurut Opta, Griezmann memiliki catatan expected assist (xA) tertinggi di turnamen, 2,67.
Baca juga: Bertarung dengan Spirit "Bushido"
Arti nilai xA tersebut, Griezmann idealnya bisa mencetak 3 asis untuk rekan-rekannya. Namun, dia baru menciptakan 1 asis hingga saat ini karena pemain lain tidak bisa memanfaatkan umpannya dengan efektif.
Griezmann mendapat instruksi bergerak bebas ke segala sisi lapangan, tetapi lebih sering berada di halfspace sisi kanan. Halfspace adalah area vertikal di antara tengah lapangan dan sisi sayap atau separuh lapangan kanan. Di posisi itu, dia yang berkaki kidal punya keleluasaan membagi bola ke penyerang tengah atau para sayap.
Mbappe juga punya tugas baru. Dia bukan hanya berpindah dari satu sisi ke sisi lain. Mbappe bermain lebih sentral. Empat tahun lalu, dia bermain sebagai pembawa bola yang menempel di garis sisi kanan. Sekarang dia beroperasi di sisi separuh kiri, di antara Giroud dan bek sayap Theo Hernandez.
Selain lebih dewasa setelah empat tahun berlalu, posisi lebih sentral juga membantunya lebih dekat ke gawang dan terlibat dalam proses mencetak gol. Dengan kaki kanan dominan dan di posisi sayap kiri, dia selalu berada dalam posisi menusuk ke arah gawang. Mbappe pun bisa memaksimalkan kemampuan kompletnya sebagai pencetak gol, kreator serangan, dan pembawa bola.
Wajar saja jika Mbappe sudah mencetak 5 gol dan 2 asis meskipun Perancis baru bermain 4 kali di Qatar. Jumlah rerata tendangan pemain 23 tahun itu naik drastis. Empat tahun lalu, dia berada di urutan ke-137 dalam catatan rerata tembakan per laga (1,1 kali).
Penyerang asal klub Perancis Paris Saint-Germain itu mencatat jumlah rerata tendangan terbanyak sepanjang turnamen ini (5,3 kali). Adapun dia sudah melampaui catatan golnya di Rusia, 4 gol dari 7 penampilan.
Baca juga: Nyala Sihir Sang Imperator Argentina
Salah satu yang menurun hanyalah jumlah rerata dribel, dari 4,6 kali menjadi 3,3 kali. Namun, hal itu memperlihatkan aksi dribelnya saat ini lebih efektif dibandingkan empat tahun lalu. Dia tidak perlu banyak mendribel karena didukung posisi lebih strategis dan bantuan lebih rekan-rekannya.
Di sisi lain, Giroud yang tidak mencetak satu gol pun selama di Rusia sudah mencetak 3 gol seusai laga 16 besar. Penyerang yang sudah berusia 36 tahun itu tidak bertambah hebat signifikan, tetapi bisa dimanfaatkan lebih baik kali ini.
Giroud tidak lagi menjadi pemantul bola atau target man yang pasif di lini depan. Dia berperan sebagai pencetak gol utama untuk memanfaatkan hujan umpan silang dari kedua sayap. Deschamps melihat tubuh kokoh Giroud setinggi 1,93 meter akan efektif menjadi menara di kotak penalti lawan.
Terbukti, Si Biru merupakan tim yang melakukan umpan silang terbanyak, 92 kali, setelah Amerika Serikat. Mereka bahkan menciptakan 25 umpan silang ketika bertemu Polandia. Cara tersebut sangat ideal untuk memaksimalkan Giroud sekaligus menutupi kehilangan Karim Benzema.
Eksploitasi kiri
Dari keseluruhan permainan, Perancis sangat mengutamakan serangan dari sayap kiri. Deschamps ingin memaksimalkan bakat pemain di sisi itu yang terdapat Mbappe. Theo Hernandez pun diberi kebebasan maju mengisi sayap, membantu Mbappe.
Perancis memainkan strategi overload, memanfaatkan kelebihan jumlah pemain, dari sisi sayap kiri. Alhasil, serangan mereka dari kiri selalu berbahaya sekaligus membuat bingung pertahanan lawan. Sementara itu, Dembele di sisi kanan menjadi terisolasi seorang diri. Dembele dijadikan senjata rahasia ketika serangan dari kiri buntu.
Pelatih Polandia Czesław Michniewicz berkata, sudah seharusnya Deschamps memfasilitasi talenta besar Mbappe. ”Dia melukai kami hari ini, tetapi saya akan mendukungnya karena dia adalah bintang sesungguhnya. Dia yang akan mengambil takhta (Lionel) Messi dan (Cristiano) Ronaldo sebagai pemain terbaik,” tuturnya.
Di laga versus Polandia, menurut Opta, Perancis sangat bergantung pada serangan dari sayap kiri, terutama pada 45 menit pertama. Sebanyak 55,9 persen serangan diawali dari sisi yang dipimpin Mbappe itu. Sisanya 20,6 persen dari tengah dan 23,5 persen dari kanan.
Deschamps menyadari ada lubang di sisi kiri saat transisi bertahan. Dia mengantisipasi itu dengan menugaskan bek sayap kanan Jules Kounde agar tidak maju. Kounde lebih berperan mendampingi dua bek tengah, Raphael Varane dan Dayot Upamecano.
Pendekatan terhadap bek sayap kali ini berbeda dengan di Rusia. Ketika itu, dua bek sayap Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez sama-sama bergerak dinamis menyerang dan bertahan. Namun, mereka tidak mendapat kebebasan maju seperti Hernandez.
Perubahan strategi membuat Perancis lebih kreatif dan eksplosif saat menyerang. Mereka mencatat peningkatan dalam rerata tendangan dibandingkan empat tahun lalu, dari 11,6 kali jadi 17,5 kali; rerata umpan kunci, dari 8,3 kali ke 14 kali; dan penguasaan bola, dari 48,5 persen ke 58,1 persen.
Si Biru pun punya keleluasaan saat menyerang. Mereka begitu berbahaya saat menguasai bola ataupun tidak. Mbappe dan rekan-rekan tidak lagi hanya mengandalkan transisi serangan balik seperti di Rusia.
Arsene Wenger, pelatih ternama asal Perancis, menilai kemewahan Perancis di sisi sayap akan membawa mereka ke puncak sekali lagi. ”Saya berpikir tim dengan pemain sayap terbaik akan memenangkan turnamen ini,” ujar mantan pelatih Arsenal tersebut.
Perubahan itulah yang membawa Perancis ke perempat final sekaligus mengakhiri kutukan juara bertahan yang gagal lolos fase grup dalam tiga edisi teranyar. Sangat mungkin, mereka bisa mempertahankan juara dunia setelah terakhir kali dilakukan Brasil pada 1962. (AP/REUTERS)