Setelah kalah dari Korsel, Portugal kembali ditantang kuda hitam paling tangguh dan konsisten dalam turnamen besar, yaitu Swiss.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
AFP/FABRICE COFFRINI
Paemain Swiss mengikuti sesi latihan tim nasional Swiss di lapangan University of Doha di Doha, Qatar, Senin (5/12/2022). Swiss akan menantang Portugal pada laga babak 16 besar di Stadion Lusai, Lusail, Rabu (7/12/2022) dini hari WIB.
LUSAIL, SENIN — Publik Portugal tidak asing dengan nama pelatih tim nasional Swiss, Murat Yakin. Dia adalah kakak dari salah satu pesepak bola terhebat yang pernah dimiliki Swiss, yaitu Hakan Yakin. Hakan pernah menjadi bagian yang menaklukkan timnas Portugal pada masa lalu.
Tepatnya pada Piala Eropa Austria-Swiss 2008. Berstatus ”kuda hitam”, Swiss mengalahkan Portugal yang dipimpin Cristiano Ronaldo, 2-0, pada babak grup. Sepasang gol dari kaki Hakan menghadirkan kekalahan pertama bagi Portugal di turnamen tersebut.
Aksi heroik Hakan tercatat sebagai kisah duel terakhir Swiss versus Portugal di turnamen besar. Berselang 14 tahun, giliran sang kakak memimpin perlawanan Swiss terhadap Portugal dalam babak 16 besar Piala Dunia Qatar 2022 di Stadion Lusail, kota Lusail, Qatar, Rabu (7/12/2022) dini hari WIB.
”Para pemain bermimpi untuk menciptakan sejarah. Mereka belum mau perjalanan berakhir sampai di sini. Kami datang dengan kesatuan tim dan pemain lebih berpengalaman. Portugal tidak akan suka bertarung melawan kami. Mereka favorit, tetapi semua bisa terjadi di babak gugur,” kata Murat.
Reputasi Swiss masih melekat dengan status ”kuda hitam”, sedangkan Portugal adalah tim unggulan juara. Portugal kembali dipimpin Ronaldo yang sudah berevolusi dari bintang muda pada 2008 menjadi kandidat greatest of all time. Waktu telah membuktikan, tim yang diperkuat Ronaldo lebih dekat dengan kemenangan.
Namun, Swiss bukanlah tim ”kuda hitam” biasa. Mereka adalah tim non-unggulan paling menyeramkan. Terbukti, mereka menjadi dua tim Eropa, selain Perancis, yang berhasil melaju dari babak gugur dalam lima turnamen besar beruntun (Piala Dunia dan Piala Eropa) sejak 2014.
Menariknya, fondasi skuad berjuluk ”A-Team” sama dalam delapan tahun terakhir. Mereka diperkuat para veteran, seperti bek Ricardo Rodriguez (30), gelandang Granit Xhaka (30), dan penyerang sayap Xherdan Shaqiri (31). Rata-rata usia pemain mula mereka di atas 25 tahun kali ini.
Xhaka dan rekan-rekan selalu bisa menjadi mimpi buruk bagi tim besar berkat kematangan itu. Tahun lalu, di babak 16 besar Piala Eropa 2020, mereka sukses menumbangkan Perancis yang berstatus juara dunia. Swiss juga sempat menahan Spanyol di perempat final, sebelum kalah adu penalti.
Kata Shaqiri, Swiss tidak memiliki megabintang seperti Portugal. Namun, mereka punya kesatuan tim yang begitu melekat. Mereka berkorban bersama demi negara. Prinsip itu selalu dibawa setiap turnamen besar. Dia percaya, kebersamaan cukup untuk mengalahkan Portugal yang belum kompak.
AFP/FABRICE COFFRINI
Pelatih Swiss Murat Yakin mengawasi latihan tim di lapangan University of Doha di Doha, Qatar, Senin (5/12/2022).
”Sebagai tim, kami selalu sukses. Laga nanti juga tidak akan jauh berbeda. Semua harus bersatu. Jika kami bisa memainkan level tertinggi, peluang besar untuk lolos. Kami harus memberikan segalanya sebagai tim karena seperti diketahui kami tidak punya Cristiano Ronaldo,” ujar Shaqiri yang sudah menyumbang 1 gol dan 1 asis.
Kekuatan terbesar tim asuhan Murat terletak di efektivitas saat menyerang dan bertahan. Lewat penguasaan bola 48,4 persen, mereka hanya mencatat rerata tendangan sedikit pada tiga laga Grup G (9 kali). Namun, Swiss bisa menghasilkan 4 gol dan menang 2 kali. Mereka bahkan mencetak gol lebih banyak dari Brasil, 3 gol, yang mencatat 19 kali tendangan per laga.
Para pemain bermimpi untuk menciptakan sejarah. Mereka belum mau perjalanan berakhir sampai di sini.
Pertahanan mereka juga cukup kokoh. Xhaka sering memimpin rekan-rekannya untuk melakukan blok tinggi dan menengah. Sementara itu, bek asal Manchester City, Manuel Akanji, sangat sigap menjaga garis terakhir. Adapun keduanya sama-sama bertugas membangun serangan tim dari bawah.
Brasil nyaris menjadi korban Swiss pada duel fase grup. Tim ”Samba” yang punya talenta penyerang terbaik saja tidak mampu mencetak gol hingga 83 menit laga berjalan. Brasil hanya menang 1-0 berkat gol ajaib Casemiro yang bermula dari kesalahan pemain Swiss.
AFP/FABRICE COFFRINI
Pemain Swiss, (dari kiri ke kanan) bek Manuel Akanji, gelandang Xherdan Shaqiri, striker Breel Embolo, gelandang Remo Freuler, dan penyerang Haris Seferovic, mengikuti sesi latihan tim di lapangan University of Doha di Doha, Qatar, Senin (5/12/2022).
Magis Fernandes
Portugal masih trauma dengan kejutan ”kuda hitam”, setelah ditaklukkan Korea Selatan, 1-2, di laga terakhir grup. Pelatih Fernando Santos banyak merotasi skuadnya dalam laga itu, tetapi kekalahan tidak pernah baik untuk sebuah tim di turnamen besar.
Masalah lainnya, tim berjuluk ”Selecao” itu tidak pernah mendominasi satu pun laga selama fase grup. Mereka mengalami fase sulit dalam setiap laga meskipun menang atas Ghana dan Uruguay. Ronaldo dan rekan-rekan tampak belum menyatu sebagai sebuah tim. Mereka tertolong aksi individu para bintang.
Portugal beruntung memiliki gelandang bintang Bruno Fernandes. Magisnya seolah cukup untuk membuat mereka menang dengan hanya mengandalkan aksi individu. Fernandes sudah mengoleksi 2 gol dan 2 asis dalam 180 menit. Dia akan bermain melawan Swiss dalam kondisi prima, karena diistirahatkan di laga terakhir.
Fernandes yang sering menempatkan diri di antara Ronaldo dan Joao Felix sangat sulit ditebak pergerakannya. Dia punya tembakan mematikan sekaligus umpan terukur untuk pemain lain. Pemain bertahan lawan pun akan kebingungan, terpaksa memilih salah satu racun setiap bola di kaki Fernandes.
Fernandes bisa memaksimalkan magisnya ketika mendapatkan ruang di lini serang. Karena itu pula, dia begitu bersinar saat berada dalam situasi transisi serangan balik. Sebaliknya, Swiss sudah kemasukan total tiga gol yang seluruhnya berasal dari transisi cepat lawan. Fernandes pun akan menjadi mimpi terburuk bagi Swiss.
AFP/PATRICIA DE MELO MOREIRA
Pelatih Portugal Fernando Santos menghadiri konferensi pers di Qatar National Convention Center (QNCC), Doha, Senin (5/12/2022). Portugal akan menghadapi Swiss pada laga babak 16 besar di Stadion Lusai, Lusail, Rabu (7/12/2022) dini hari WIB.
”Kami ingin melangkah sejauh mungkin, tetapi kami harus fokus ke Swiss lebih dulu. Faktanya, banyak kejutan terjadi di turnamen ini. Kami harus menyatu dari menit pertama hingga terakhir. Detail kecil akan sangat berpengaruh karena lawan kami sangat tangguh,” ujar gelandang Portugal, William Carvalho.
Ronaldo, kapten tim, juga pasti akan lebih termotivasi. Apalagi, setelah melihat sang rival Lionel Messi telah mencetak gol pertama di babak gugur Piala Dunia ketika Argentina menaklukkan Australia. Messi dan Ronaldo belum pernah mencetak gol di fase gugur dalam empat edisi turnamen sebelumnya.
Di sisi lain, laga ini akan lebih emosional untuk kiper Portugal, Diogo Costa. Dia lahir di kota Rothrist, Swiss, dari kedua orangtua asli Portugal. Costa bahkan tinggal di kota kelahirannya sampai berusia 7 tahun sebelum pindah ke kota Porto, Portugal.
Kesempatan bermain Costa di Qatar juga datang berkat Swiss. Kiper veteran Rui Patricio kehilangan posisi utamanya setelah Portugal kalah dari Swiss, 0-1, di Liga Nasional Eropa, Juni lalu. Sang pelatih yang belum menentukan kiper utama di Piala Dunia langsung memercayakan Costa sejak itu. (AP/REUTERS)