”Tangan Tuhan” dan Pembuktian Duo Kebanggaan Afrika
Kamerun dan Ghana akan mengejar satu tiket tersisa, masing-masing, di Grup G dan H Piala Dunia 2022. Mereka bertekad menjaga martabat Afrika meskipun telah berkali-kali terluka, antara lain lewat skandal ”tangan Tuhan”.
Oleh
m ikhsan mahar dari Doha, Qatar
·4 menit baca
DOHA, KOMPAS — Hari terakhir fase penyisihan grup Piala Dunia 2022, Jumat (2/12/2022), menjadi penentu bisa tidaknya Ghana dan Kamerun mengikuti jejak Senegal yang lolos ke babak 16 besar. Dua tim kebanggaan Afrika itu bakal diuji barisan raksasa Amerika Selatan, Uruguay dan Brasil, dalam upayanya lolos ke fase gugur.
Bersama Senegal, Ghana dan Kamerun adalah duta-duta Afrika tersukses sepanjang sejarah Piala Dunia. Mereka pernah menembus perempat final. Kamerun meraih fase ”elite” itu pada edisi Italia 1990.
Senegal lalu menyamai catatan itu pada debutnya, yaitu saat edisi Korea Selatan-Jepang 2002. Pada edisi 2010 di Afrika Selatan, giliran Ghana yang menegakkan martabat Benua Hitam dengan lolos ke delapan besar.
Untuk pertama kalinya, ketiga duta terbaik Afrika itu berpeluang tampil bersama di fase gugur. Senegal telah lebih dulu memastikan tempat di fase itu dan akan menghadapi Inggris, Senin (5/12/2022) pukul 02.00 WIB.
Tim ”Bintang Hitam”, julukan Ghana, punya motivasi berlipat ganda untuk menyusul Senegal. Mereka tidak sabar ingin mengalahkan Uruguay sekaligus menyembuhkan luka ketika disingkirkan dua kali juara dunia itu di perempat final 2010.
Pada saat itu, impian Ghana menjadi duta Afrika pertama di semifinal Piala Dunia dikubur skandal ”tangan Tuhan” ala striker Uruguay, Luis Suarez. Ia dihukum kartu merah dan timnya diganjar penalti. Namun, Ghana gagal memanfaatkannya sehingga lantas tersingkir lewat adu penalti.
Pendukung Ghana, hingga kini, belum bisa melupakan skandal itu. Mereka menilai timnya semestinya lolos ke semifinal saat itu jika Suarez tidak menghalau bola tandukan Dominic Adiyiah dengan tangannya pada akhir perpanjangan waktu.
”Seisi dunia tahu kejadian itu. Maka, ketika tahu Uruguay berada satu grup, satu hal yang terlintas di pikiran adalah balas dendam. Kami menginginkannya,” tutur Asamoah Gyan, pemain Ghana yang gagal mencetak gol penalti saat melawan Uruguay pada 2010.
Publik Ghana kian gemas karena Suarez, hingga kini, menolak meminta maaf. ”Saya tidak akan melakukannya karena saya menerima hukuman kartu merah dan wasit memberikan penalti. Justru yang seharusnya meminta maaf (kepada rakyat Ghana) adalah pemain yang gagal mengeksekusi penalti itu,” kata Suarez menyerang balik.
Maka, meskipun hanya butuh hasil imbang untuk lolos (dengan syarat Korea Selatan gagal mengalahkan Portugal), Ghana akan berupaya mati-matian mengalahkan Uruguay. Di lain pihak, Uruguay tidak akan tinggal diam dan berupaya untuk kembali membekap Ghana karena masih berpeluang lolos ke babak 16 besar.
Kami akan melakukan segalanya untuk menang. Fokus untuk menghadapi laga ”final ” ini dan meraup tiga poin. Selanjutnya, kita lihat apa yang akan terjadi (nasib lolos ke babak 16 besar). (Rigobert Song)
Menyikapi panasnya suasana menjelang laga krusial itu, Pelatih Ghana Otto Addo meminta pasukannya berkepala dingin. Ia tidak ingin timnya bersikap gegabah pada laga nanti.
”Uruguay adalah tim dengan sejarah panjang sepak bola dan memiliki pemain dengan kemampuan serta kekuatan mental luar biasa. Saya meminta pemain mengorbankan segalanya dan memberikan permainan terbaik demi mengalahkan Uruguay,” ucap Addo dalam konferensi pers di Doha, Qatar.
Hapus nasib buruk
Ambisi menumbangkan raksasa juga akan diusung Kamerun saat menghadapi Brasil di Stadion Lusail, Sabtu (3/12/2022) pukul 02.00 WIB. Meskipun kini menempati peringkat ketiga di Grup G dengan koleksi satu poin, Kamerun masih berpeluang lolos ke babak 16 besar. Syaratnya, mereka harus bisa menjungkalkan Brasil. Lalu, di saat yang sama, Swiss, tim peringkat kedua yang mengemas tiga poin, ditahan Serbia.
Pelatih Kamerun Rigobert Song berharap timnya mampu menghapus nasib buruk mereka di fase penyisihan grup Piala Dunia. Mereka tengah mengejar kemenangan pertama dalam sembilan laga tanpa hasil positif di fase grup Piala Dunia sejak edisi 2002.
”Kami akan melakukan segalanya untuk menang. Fokus untuk menghadapi laga ’final’ ini dan meraup tiga poin. Selanjutnya, kita lihat apa yang akan terjadi (nasib lolos ke babak 16 besar),” ujar Song.
Kamerun bisa meniru jejak Tunisia yang mampu menampar Perancis. Serupa Perancis, Pelatih Brasil Tite kemungkinan akan mengistirahatkan sejumlah pemain utamanya.
Brasil tak perlu ngotot mengejar kemenangan karena lebih dulu meraih tiket fase gugur. Tite berencana memberikan kesempatan tampil sejak menit pertama kepada beberapa pemainnya yang selama ini hanya menjadi pemain cadangan.
Pada jumpa pers menjelang laga itu, Tite lantas mendoakan agar legenda sepak bola Brasil, Pele, bisa segera pulih dari gangguan kesehatan yang dialaminya dalam beberapa hari terakhir. Pele merupakan mantan pemain Brasil yang tiga kali membawa negara itu meraih tiga trofi Piala Dunia, yaitu 1958, 1962, dan 1970. (BBC)